Alarm handphone seseorang membangunkan dirinya yang padahal masih ingin terlelap.. enggan bangun sebenarnya, tetapi suara alarm itu kian mengeras. Menjadikan gendang telinga Maira bergemuruh.
Perlahan Maira membuka matanya, mengedip-ngedipkannya pada tatapan menerawang ke langit-langit kamar, mengangkat kedua lengan tangan ingin melakukan peregangan, namun lengan tangannya tak bisa terangkat. Berusaha sekali lagi.. tapi tetap tidak bisa. Ia pun merengutkan wajah, sepertinya tahu apa penyebabnya. Dengan malas Maira memiringkan badannya ke samping tepat kehadapan suaminya.
"Tuh kan bener.. gue udah duga, pasti nih bocah tidur meluk-meluk gue" Gerutunya seraya memindahkan lengan tangan Fathan yang tersampir di pinggangnya ini. Lalu, setelahnya memposisikan dirinya untuk duduk di kasur.
Fathan yang sadar lengan tangannya di pindahkan barusan, kini membuka mata, lalu menguncek-nguceknya dengan tumpuan tangan. "Mai.." Panggilnya pada suara serak khas bangun tidur.
"Apaan?"
"Ini jam berapa? udah subuh belom sih?"
"Menurut Lu kalo alarm bunyi terus daritadi di ponsel Lu, berarti tandanya.." Ujar Maira sambil melirik sepintas ke wajah suaminya, menggantungkan kalimat tersebut.
Fathan menyengir lebar. "Hehe, berarti udah masuk waktunya sholat"
"Nah, itu tau.." Tentu, Maira mengetahui tentang maksud bunyi dari alarm ponselnya Fathan. Dikarenakan setiap kali mereka jalan, alarmnya selalu berbunyi tepat memasuki jam-jam adzan lima waktu tersebut.
Ia pun beranjak dari kasur, mendahului suaminya masuk ke kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah Maira selesai, Fathan pun yang giliran masuk. Sembari menunggu suaminya, Maira menggelar sajadah untuknya dan satu lagi untuk dirinya sendiri. Tidak lupa mengambilkan peci hitam yang biasa dipakai olehnya saat sholat. Begitu gampang menemukannya, berada di gantungan belakang pintu kamarnya ini. Yaa.. Maira tentu sudah hapal, telah menjadi kebiasaannya yang tidak pernah lupa selalu membawa peci kemanapun dia pergi. Sejak masih sama-sama duduk di bangku sekolah menengah pertama (SMP), Fathan sudah melakukan kebiasaan itu. Setiap mendengar adzan berkumandang buru-buru lelaki ini datang ke Masjid sambil membawa peci, lalu memakainya saat di jalan.
Setelah Fathan keluar dari kamar mandi, dia langsung menghampiri ke arah istrinya. Dengan cepat Maira memberikan peci hitam yang diambil tadi ke hadapannya itu. "Nih, pecinya udah gue ambilin"
Fathan tersenyum memandangi wajah Maira. Ternyata tanpa disuruh lagi, istrinya sudah mengerti kebiasaannya yang setiap mau sholat hendak memakai peci. "Makasih ya Mai"
Maira hanya menyahutinya dengan satu anggukkan kecil. Segeralah mereka bergegas sholat. Fathan menjadi imam begitu lantang melantunkan kalimat takbiratul ihram.
"Allahuakbar.." Selepasnya membaca surat wajib Al-fatihah diikuti surah-surah pendek seusainya, kemudian di rakaat kedua membaca doa qunut, serta salam sebagai penutup dari sholat subuh berjamaah mereka berdua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind The Struggle Of Love
Romance{(BUDAYAKAN MEMFOLLOW SEBELUM MEMBACA:))} (PERHATIAN : HARAP DI BACA SEMUA PART! , BAGI YANG TIDAK SUKA BOLEH MINGGAT :)) (21+) HARAP BIJAK DALAM MEMBACA! Sinopsis : Di lamar?... dengan sahabat sendiri?.. What the...??!! -_- Bagaimana jadinya kal...