25. Marah Besar

523 13 4
                                    

"Kamu kemana aja Mai sedari tadi?" Tiba-tiba Fathan sudah berdiri di ambang pintu belakang dapur--menatap tajam ke wajah istrinya itu, tengah berkacak pinggang dengan menyenderkan sebagian bahunya di dinding

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kamu kemana aja Mai sedari tadi?" Tiba-tiba Fathan sudah berdiri di ambang pintu belakang dapur--menatap tajam ke wajah istrinya itu, tengah berkacak pinggang dengan menyenderkan sebagian bahunya di dinding.

"Ya ampun" Ia mengumpat pelan. Kini balik menatap sang suami--tersenyum kaku. Kemudian menjawab. "Aku abis main sebentar sama temen-temen."

"Temen?" Fathan mengulangi kalimat terakhir yang Maira ucapkan. "Beneran sama temen?.. bukan sama yang lain, hmm?!" Raut wajah Dia telah berubah marah--seakan merasa di bodohi serta di bohongi oleh istrinya sendiri.

"Aduh.. kayaknya Fathan tau deh gue bukan main sama temen, melainkan sama bang Athar" Batinnya menduga.

"Jawab Mai.. kamu punya mulut kan?!" Nada bicara Fathan meninggi seketika.

"A.. aku" Maira mendesis takut. Tak berani memandang mata suaminya itu. "Aku sejujurnya bukan main sama temen, Than." Ia meneguk salivanya gelisah--mengenai tindakan sang suami saat Dia tau kalau Maira yang baru saja menjadi istrinya ini malah sudah berani berbohong. "A.. aku tadi main ke mallnya sama bang Athar." Lanjutnya--menekan kan nama abang dari suaminya itu.

"Oh.. jadi kamu udah berani bohong sama aku Mai?!.. Iya.. benar begitu hah?!"

"Bu.. bukan begitu Than. Aku cuma.."

Belum sempat Maira menjawab--Fathan telah menggamit betis Maira--membopong Ia secara cepat--dan membalikkan badan sekarang--membuat Maira sekejap menjerit.

"Aaaa! Fathan.." Ya Tuhan--Maira betul-betul ketakutan kini. Suaminya ini mau apakan Dia sih..

Fathan melangkah lebar ke arah tangga--menaiki setiap anak tangga disana--mau membawa sang istri ke dalam kamarnya.

Seusai membuka gagang pintu kamarnya Maira--masuk ke dalam--dan sekelebat lalu membanting sang istri ke atas ranjangnya tersebut. Fathan naik ke atas tubuhnya Maira.

"Kamu mau ngapain sebenarnya sih Than?"

Fathan tidak menghiraukan perkataan istrinya itu--malah membuat jari-jemarinya membuka setiap kancing kemeja blouse yang sedang dipakai oleh Maira.

"Fathan berhenti!" Cegah Maira yang berusaha menghalangi lengan tangan sang suami--namun tenaganya tak cukup kuat kini. Fathan menepis tangan Maira kencang.

Suaminya semakin kasar membuka kancing demi kancing di kemejanya tersebut--dan sekarang kemeja Maira sudah seutuhnya terbuka. Kemudian Fathan mengesampingkan belahan kemeja yang sudah terbuka barusan.

Perut juga bra yang dikenakan Maira--terekspos di hadapan Fathan.

"Fathan! kamu mau ngapain sebenarnya?." Ia dengan mengguncang-guncangkan sebelah lengan tangan atas sang suami. "Jawab aku dong.. jangan diam kayak begini."

Masih tak mempedulikan ucapan dari Maira--justru Fathan menyelusupkan tangannya di balik kemeja istrinya ini--berniat akan membuka pengait bra milik Maira.

Behind The Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang