2. Menanti Hari Esok

585 17 3
                                    

{1 minggu sebelum lamaran}

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

{1 minggu sebelum lamaran}

Elfathan Alfarizqi. Itulah namanya. Pria yang berprofesi sebagai Arsitek muda di salah satu perusahaan properti terbesar di Bandung, jawa barat ini.. kini sedang menyiapkan diri untuk menuntaskan sebuah misinya. Misi apakah itu?.

Yaa.. misi memantapkan hati pada sang belahan jiwa.
Umurnya yang sekarang telah memasuki usia renta, menjadikan dirinya tidak boleh menunda-nunda lagi hal yang berkaitan dengan pernikahan.

Karena apa?... kedua orang tuanya ingin sekali segera menimang cucu.

Huufft. Beginilah nasib seorang anak. Sudah susah payah berkorban untuk keluarga, banting tulang dari pagi sampai sore.. eehh, menikahpun juga mesti cepat-cepat.

Bukannya Ia tidak mau menikah.., tetapi yang menjadi permasalahannya adalah calonnya kelak di dalam berumah tangga. Karena dirinya hanya mencintai satu wanita sejak dulu, yaitu merupakan sahabatnya sendiri.. otomatis Fathan harus melamarnya bukan?... Bahwa kalau tidak segera, Uminya akan menjodohkan Ia dengan wanita pilihannya.

Padahal kalian tau?.. Fathan bukanlah anak pertama, melainkan anak kedua dari empat bersaudara. Berarti itu tandanya Ia mempunyai kakak.. yang umurnya terpaut dua tahun lebih tua daripadanya. Namun, dengan berbagai alasan entah mengapa kakaknya tersebut bisa lolos dari nasehat sang ibu yang selalu menceramahi mereka berdua setiap hari. Yaa, lebih tepatnya kalau mereka berdua sedang stay di rumah sih...

"Le, mau kemana kamu?" Wanita paruh baya tengah memasuki kamarnya yang pintunya terbuka lebar. Mendekat ke arahnya.

Fathan melirik tersenyum, lalu fokus lagi pada pandangan ke depan melihat kaca. Ia menyeprotkan minyak wangi ke sekitar kemeja lengan panjangnya.

"Mau pergi ke rumahnya Maira, Mi."

Orang yang di panggil Umi barusan, mentautkan alisnya heran.

"Ke rumahnya Maira?.." Ratna menerawang pakaian anaknya dari atas ke bawah, serta mengendus bau yang berasal dari badannya tersebut. "Serapih dan sewangi ini?"

Fathan menganggukkan kepala. "Benar, Mi." Jawabnya sambil memeluk Uminya dari samping.

"Loh, biasanya kamu kalau main ke rumah Maira cuma pake kaos biasa aja. Ini kok macem kayak ada urusan penting aja kamu kesana"

"Memang Fathan ada urusan penting kok, Mi."

Hah. Ratna melepaskan pelukan anaknya, menatap serius wajah Fathan. "Urusan penting apa toh Le?"

"Mau.. Fathan sedikit ragu memberitahu Uminya, tapi kelak uminya akan tau jua. Meminta izin ingin melamar Putrinya, Mi."

Senyuman Ratna mengembang seketika. "Kamu serius Le?.. Mau lamar Maira berarti?"

Fathan mengangguk sekali lagi. "Iya Umi.. Kan juga cuma Maira satu-satunya perempuan yang belum menikah di keluarganya"

"Iya juga sih ya." Balas Ratna manggut-manggut.

Behind The Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang