28. Persoalan

310 8 2
                                    

Maira dengan hati sedang bergembira--tengah mengaca di dalam kamarnya, tepatnya di depan kaca bundar berukuran cukup besar yang menggantung di tembok--persis di sebelah kasurnya tersebut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maira dengan hati sedang bergembira--tengah mengaca di dalam kamarnya, tepatnya di depan kaca bundar berukuran cukup besar yang menggantung di tembok--persis di sebelah kasurnya tersebut.

Yah--Ia sedang mencoba lingerie yang tadi sempat di belinya itu di mall. Lingerie berwarna hitam dengan jenis yang diinginkan. Maira sedikit berlenggok ke kanan, lalu ke kiri--masih sambil terus berkaca disana.

"Pas sekali" Ucap Maira begitu puas akan baju tidur pilihannya ini.

Maira pun segera keluar kamar, kelak mau menunjukkan pada sang suami bahwa Ia tengah memakai baju yang tadi di beli

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maira pun segera keluar kamar, kelak mau menunjukkan pada sang suami bahwa Ia tengah memakai baju yang tadi di beli.

Tok.. tok. Maira telah sampai di depan pintu kamar Fathan. Mengetuknya dahulu memastikan dirinya di perbolehkan masuk atau tidak.

"Masuk aja atuh Mai, gak usah di ketuk lagi pintunya." Sahut Fathan dari dalam--yang sudah ketebak pasti itu memang istrinya di depan pintu.

Kreett. Maira membuka pintu kamar suaminya perlahan. Menyongok sekilas untuk memberikan kekehan kecil, terkesan kikuk--kemudian melangkah masuk pada detak jantung yang bersusah payah di stabilkan sedari sesaat Ia berada di luar barusan.

Karena sebelumnya Maira ragu sebenarnya untuk masuk ke dalam sini. Pertama, beberapa menit lalu--ketika Ia ingin mengetuk pintunya tiba-tiba saja perutnya dilanda mulas tak karuan.. jadilah Maira buang air besar dulu. Selanjutnya yang kedua--saat Ia telah memposisikan telapak tangan sudah tergenggam sempurna, siap untuk mengetuk sisi pintu.. lagi-lagi nyeri di perut datang. Namun kali ini dikarenakan Ia kelaparan--membuat Maira tentu turun dulu ke lantai bawah, menyedu mie instan di dapur.

Dan.. yang terakhir ketiga--gangguan ada pada jantungnya yang berdebar kencang secara bagaikan mau copot dari tempatnya. Ah! sungguh keterlaluan kau jantung. Masa cuman ingin menemui suami sendiri, bisa-bisanya Ia di buat kalut seperti demikian.

Fathan menoleh sebentar kala Maira, sang istri tengah menyongok dari belahan pintu yang terbuka itu. Selayang pandang fokus lagi beralih pada laptop di pangkuannya sekarang.

Maira cemberut memperhatikan ke wajah Fathan yang seenaknya melengos dari pandangan Ia barusan saja.

"Ehem.. ehem." Maira pura-pura seret di tenggorokkan sambil memegangi lehernya ini. "Fathan aku minta air minum ya.." Kata Maira beralasan, memutari kasur tersebut--berhenti di depan meja nakas, menaruh lututnya di lantai bergegas menuang teko air ke dalam gelas kaca disitu.

Behind The Struggle Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang