Jay tak bisa tinggal diam melihat bagaimana Hyungseok yang kini nampak begitu tersiksa. ia merogoh ponselnya, lantas dengan cepat menghubungi ambulans dengan salah satu tangan yang menahan pergerakan Hyungseok untuk terus memukul dadanya.
"Halo, disini pusat kesehatan Seoul. apa yang bisa saya bantu?"
"..."
"Pertolongan pertama untuk teman yang sedang sesak nafas ya? boleh saya tau apa pasien merupakan penderita asma? atau ada penyebab lain?"
"..."
"Tertimpa puing bangunan, itu kasus yang sulit. bagaimana keadaan pasien?"
untuk sesaat Jay melihat bagaimana wajah Hyungseok kini sudah benar-benar memerah, sepertinya tak sedikitpun udara bisa masuk ke rongga dadanya, hingga membuatnya sampai separah ini.
"Apa tuan bisa melakukan pertolongan pertama selagi kami mengirim ambulans kesana?"
pertanyaannya masih sama, pertolongan pertama seperti apa yang ia butuhkan?
"Nafas buatan. anda bisa 'kan?"
meski tak banyak tau tentang cara melakukan pertolongan pertama, Jay tentu tak asing dengan cara yang satu ini. apakah benar boleh ia melakukannya? namun melihat keadaan Hyungseok yang semakin lama semakin melemas membuat Jay lebih tak tega.
"Katupkan hidung pasien, lalu tiupkan udara lewat mulut pasien."
Jay mengerti caranya, ia dengan cepat mengikuti arahan wanita operator rumah sakit disebrang sana. dan membuat Hyungseok yang semula hampir berubah pucat kini mampu kembali bernafas meski Jay harus terus melakukan ini hingga ambulan datang.
"Mohon untuk terus dilakukan hingga pertolongan datang."
maski keadaannya tengah panik begini, Jay takkan bisa berbohong untuk yang satu ini, bibir Hyungseok terasa manis seperti kelihatannya, dan jujur Jay sangat menyukainya.
namun ditengah-tengah usaha kerasnya, Hyungseok terbatuk dan langsung bangun memeluk Jay. sedangkan Jay yang semula terkejut, kini meledakkan rasa syukurnya dalam pelukan yang Hyungseok beri.
"Kau baik-baik saja?"
"Iya, aku baik-baik saja. bagaimana denganmu? kenapa bisa sampai kemari?" Hyungseok melepaskan pelukkannya, lantas segera menangkup wajah si pria tampan tuk pastikan apakah benar ia tak terluka.
Jay tersenyum sembari mengusap lembut lengan Hyungseok yang kini berada di pipinya, "Aku tak punya alasan untuk tidak datang."
entah sejak kapan Hyungseok baru sadar, jika dilihat dari dekat Jay ternyata terlihat jauh lebih tampan. begitu pula dengan harum tubuh Jay yang ternyata sangat sedap meski sedang berkeringat.
"Terimakasih."
Jay lagi-lagi mengangguk, Hyungseok ditarik untuk bersandar di dada si tuan muda, lalu mengarahkannya untuk segera meluruskan tungkai jenjangnya. lantas sembari melingkarkan lengannya ke pinggang, ia mulai membersihkan wajah Hyungseok yang tampan.
Yena pun kini berada di pangkuan Hyungseok. ada helaan nafas lega yang hadir saat ia tahu bahwa Yena baik-baik saja, meski tangis itu keluar dengan tanpa henti melihat ayahnya yang tak berdaya. Hyungseok meninggalkan sedikit kecupan pada rambut Yena, lalu berkata, "Ayahmu baik-baik saja. yang penting jangan dekat-dekat dengan puing-puing yang bertebaran di sana, ya?" dengan nafas tersengkal, Hyungseok nampak sibuk membujuk si kecil.
Jay pun mengulirkan tangannya untuk mengusap surai Yena, "Kau berhutang satu penjelasan."
Hyungseok mengangguk paham, "Ada satu hal yang membuat kakakku begitu tertarik pada Janghyun. dan kau mungkin tau karena sudah menghadapinya tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]
Fanfiction"Jaeyeol, aku.. menyerah saja ya?" keterkejutan menjadi hal pertama yang Hyungseok tangkap dari raut wajah Jaeyeol. bayangan akan ketidak percayaan terhadap kalimat yang baru saja melayang dari sosok tangguh, Park Hyungseok, membuat Jay bahkan tak l...