hari ini Hyungseok memutuskan untuk tak bekerja, ia duduk menemani Jay yang sedang diperiksa. semua hal yang terjadi tadi malam Hyungseok sampaikan, berharap mungkin akan ada jalan keluar.
sedangkan Jay hanya diam diatas tilam. kedua lengannya mencengkram masing-masing telinga, berharap dengan begitu ia bisa kembali seperti semula. lalu lain dari sepasang tangan yang terulur, Hyungseok berusaha untuk melepaskan cengkraman Jay dari telinganya sendiri. perlahan dan teratur. Jay melihat Hyungseok yang tersenyum padanya, hangat, namun tak berarti apa-apa.
Jay kehilangan harapannya.
"Jay, katanya-"
Grab.
Jay tak peduli akan apa yang baru saja disampaikan oleh dokter tadi. atensinya kini berpusat hanya pada pinggang ramping milik Hyungseok yang ditariknya. Jay menenggelamkan wajahnya pada dada Hyungseok. lengan yang terulur lembut untuk mengusap kepalanya kini membuat Jay mengerti bahwa si pria cantik juga tak menolak.
"Pulang."
"Kau belum boleh pulang."
Jay tak mau tau. ia menenggelamkan wajahnya lebih jauh. tak peduli akan larangan yang disampaikan oleh si tampan. toh ia juga tak bisa mendengar, jadi Jay bisa bersikap acuh hanya dengan tak menatapnya.
tak ada yang mampu Hyungseok lakukan selain mendekap balik tubuh Jay dalam pelukan. atmosfer menyedihkan yang mengelilingi mereka, membuat Hyungseok khawatir tentang sang Tuan Muda. lantas dekapan hangat serta lembut surai Jay yang ia usap, berharap bisa sedikit menyemangatinya.
"Ekhem.. teman-teman~ sepertinya kita datang di waktu yang salah!" Hyungseok menoleh dengan tergesa tatkala suara lantang itu menyapa. Hyungseok pikir siapa, ternyata Zin serta beberapa orang lainnya datang sebagai sumber suara.
"Hyungseok-ah, bagaimana keadaanmu?" Haneul bertanya.
"Ah, teman-teman kalian datang." Hyungseok yang panik lantas segera melepaskan pelukan Jay dari tubuhnya. Jay yang bingung lantas menatap Hyungseok seolah bertanya kenapa. namun Hyungseok tak menatapnya. Jay tak tau kenapa, tapi yang pasti kini lengan Hyungseok tengah sibuk menghalangi netranya, entah dari apa. jadi Jay memutuskan untuk diam dan menurut saja.
saat lengan Hyungseok akhirnya berhenti menutupi matanya, Jay menemukan wajah tersenyum Hyungseok menyapa. "Maaf karena mengejutkanmu. tapi teman-teman hari ini datang menjenguk."
'Menjenguk?' Jay menoleh ke arah pintu, beberapa orang yang berdiri menatapnya seolah dengan tak sabar menunggu. Jay tersenyum pada tiap-tiap individu. ia mengenali mereka, teman-teman sekelasnya.
"Dia sakit apa?" Zin berbisik pada Hyungseok, cukup kesal karena rencananya untuk pergi ke pantai musim kali ini gagal.
"acoustic trauma." Hyungseok bicara tanpa memperhatikan Zin yang bertanya. sedangkan netranya terkunci pada bagaimana teman-teman kelasnya menawarkan Jay untuk makan beberapa buah yang mereka bawa. tak satupun dari mereka mampu berbahasa isyarat, namun yang jelas mereka berusaha untuk tetap bisa bicara pada Jay dengan begitu bersemangat.
"Acoustic trauma? apa itu?" Zin kembali bersuara.
"Pecahnya gendang telinga karena suara yang terlalu keras."
terkejut, Zin lantas segera menarik kerah baju Hyungseok. dengan kasar memaksa si cantik untuk menatap wajahnya, "Apa yang terjadi? bagaimana bisa? lalu, apa kau baik-baik saja?"
Hyungseok tersenyum, "Aku hanya mengalami sedikit penurunan fungsi pendengaran, juga beberapa luka ringan. tapi aku baik-baik saja sekarang."
Zin terkejut atas senyum yang Hyungseok tunjukkan. ia lantas melepaskan kerah baju Hyungseok dengan wajah yang sengaja berpaling. 'Apa-apaan senyumnya itu.'
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]
Fanfiction"Jaeyeol, aku.. menyerah saja ya?" keterkejutan menjadi hal pertama yang Hyungseok tangkap dari raut wajah Jaeyeol. bayangan akan ketidak percayaan terhadap kalimat yang baru saja melayang dari sosok tangguh, Park Hyungseok, membuat Jay bahkan tak l...