Chapter 11 - buyer.

1.7K 417 102
                                    

pecah.

Hyungseok rasanya ingin sekali menangis sejadi-jadinya. ia tak pernah disentuh dengan begitu lembut sebelumnya, tidak juga ia pernah mendengar kalimat selembut itu dalam seumur hidupnya. tidak bahkan setelah diadopsi oleh kakaknya. sehari-hari mereka terus-terusan berlatih, hanya agar Hyungseok tak kehilangan kemampuannya.

hari-hari Hyungseok tak pernah jauh dari siksaan. namun tiap harinya siksaan itu terus berkurang.

Deg. deg. deg.

Jantung mereka sama-sama terasa terpacu, dan Hyungseok diam-diam menangis dalam dekap hangat pria kaya itu.

Hyungseok melingkarkan lengannya di leher sang tuan muda, lalu menyeretnya jatuh ke lantai saking leganya perasaan Hyungseok setelah mendengar bagaimana lembut cara Jay mengapresiasi usahanya.

"Kau sudah bekerja keras, Hyungseok." Jay menahan kepala Hyungseok dengan tangannya, berusaha menjaga kepala si cantik agar tak langsung bersentuhan dengan tanah. sedangkan yang diajak bicara kini termenung menatap cakrawala.

tak pernah sekalipun Hyungseok bersyukur maupun mengganggap Tuhan itu ada, karena selama ini kisah yang ia tulis tak pernah dengan baik menyalaminya.

namun untuk pertama kalinya, atas kedatangan pria kuning ini dalam kehidupannya. Hyungseok bersyukur atas segala sesuatunya yang berjalan dengan lebih mudah. atas genggaman tangan Jay yang terus-menerus ada di sisinya.

Hyungseok bersyukur karena akhirnya, punya sosok yang bisa dia sebut sebagai 'segalanya'. karena berkat dia, Hyungseok kini benar-benar bisa bernafas dengan lebih mudah. dengan lebih lega. dengan benar-benar lega.

[ visualisasi posisi, cr: pin ][ https://pin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[ visualisasi posisi, cr: pin ]
[ https://pin.it/295IB33 ]

"Hyungseok.." Jay memanggil, lantas deheman lembut itu menjadi jawaban yang keluar dari belah bibir Hyungseok.

"Hm?"

"Mau tinggal bersamaku?"

Hyungseok tersenyum, diusapnya helaian lembut sewarna blonde itu dengan hati-hati, seolah juga tengah menyiapkan diri. "Aku tidak bisa."

"Aku akan minta izin pada kakakmu."

"Dia tak akan mengizinkannya."

"Kenapa?"

"Aku ini.. masih alat milik mereka." Hyungseok memberi jeda, ditiliknya wajah tampan Jay yang juga tengah menatapnya dengan dagu menempel di dada Hyungseok, "Aku juga tak ingin kau merebutku secara paksa, dia terlalu berbahaya."

mengetahui Hyungseok yang ternyata mengkhawatirkannya, membuat Jay bungkam selama beberapa saat. "Jika kau mengobjekkan diri sebagai 'alat' dan mereka juga menganggapmu begitu, bukankah setidaknya aku bisa berusaha membelimu?"

Hyungseok sedikit terkekeh mendengarnya. benar, Jay yang pintar. "Hargaku ini mahal sekali, lho." candanya.

"Berapa?"

"Aku dibeli dengan harga sekitar 5 miliar."

lima miliar rupiah bukanlah jumlah yang sedikit. meski begitu Jay merasa tak terima, karena menurutnya, tubuh Hyungseok bisa mencapai angka triliunan rupiah.

karena sosoknya yang sempurna, hanya ada satu di dunia.

Jay mendudukkan dirinya, disusul Hyungseok yang ikut duduk merenggangkan badannya. "Ayo temui kakakmu."

Hyungseok dibuat terkejut mendengar Jay yang bahkan tanpa ragu meminta untuk dihadapkan langsung dengan kakaknya. dalam diam bertanya, pria ini sebenarnya sekaya apa? padahal bagi Hyungseok, untuk membayar uang pinalti saja membuatnya benar-benar mau mati.

"Jay, kau serius?"

"Kenapa tidak?" Jay tersenyum menatap Hyungseok yang masih saja bertahan dengan mimik terkejutnya.

"Tapi 'kan, belum setahun kita kenal."

"Kau lihat bagaimana kau mempercayakan kisah masa lalumu padaku?" Jay mengganggam erat lengan Hyungseok, lantas sedikit meremasnya untuk memberikan lebih banyak keyakinan dalam hati Hyungseok. "Apa saat itu kau juga mempertimbangkan fakta bahwa kita belum lama bersama?"

suara itu terdengar begitu tenang dan penuh keyakinan. padahal manusia biasanya enggan meluangkan sepeser uang demi menyelamatkan satu sama lain, namun sepertinya Jay bukan tipe orang yang memerlukan banyak pertimbangan soal uang. Hyungseok sendiri dibuat kagum melihat sosok Jay yang benar-benar tanpa ragu.

"Jay-"

"Aku menyukaimu, Hyungseok."

Deg.

.o0o.

Buk!

Hyungseok datang menggebrak meja si ketua dengan dua buah koper penuh berisi uang. "Lunas ya, aku pergi."

Choi Dongsoo tau Hyungseok merupakan alat penghasil uang yang luar biasa. tetapi untuk menghasilkan uang sebanyak ini dalam waktu singkat benar-benar membuat ia tak lagi bisa mempercayai netranya.

"Darimana kau mendapatkan semua uang ini?" Dongsoo bertanya.

"Seseorang memberinya dengan suka rela."

'Cih, alasan macam apa itu.' Choi Dongsoo dibuat sedikit gemetaran melihat bagaimana pria tampan dihadapannya ini nampak begitu tenang seolah baru saja melepaskan ribuan ton beban.

padahal rencana pembunuhannya sudah disiapkan sedemikian rupa, tapi Hyungseok justru bisa meloloskan diri secepat ini??

tidak bisa dibiarkan.

"Kau merampok bank ya?"

"Jangan asal tuduh begitu, jika ada yang dengar namanya pencemaran nama baik, lho." tepat sasaran. Hyungseok berasil membuat Choi Dongsoo bungkam.

namun ternyata tak lama kemudian ia tertawa, "Kau seharusnya lebih berhati-hati, jika ada yang tau anak SMA sudah bisa menghasilkan uang sebanyak ini.. apa yang-"

"Bapak tau? bapak terlalu banyak bicara." rasanya ingin sekali Hyungseok tertawa melihat bagaimana terkejutnya Choi Dongsoo yang mendengarnya. "Kan sudah saya bilang uang itu saya dapat karena ada seseorang yang mau memberikannya secara suka rela, dan bukannya dari memungut 5 ribu rupiah dari setiap anak sekolah di tiap distrik yang dipimpin oleh komplotan preman."

sindiran yang bagus, kebetulan Choi Dongsoo juga masih belum sempat memotong ekor karena sulitnya mendorong perusahaan untuk jadi yang terbaik.

"Aku pergi ya, uang itu sekarang milikmu."

"Tidak usah berlagak seolah kau punya tujuan. kau mungkin hanya akan berakhir sebagai gelandangan di luar sana."

"Kata siapa aku tak punya tujuan?" Hyungseok berbalik mengacuhkan Choi Dongsoo, diam-diam tersenyum sembari dengan enteng menjawab, "Sekarang aku punya."

suara tawa jelek itu berkumandang dengan begitu nyaring, lantas menghentikan langkah Hyungseok untuk pergi. "Park Hyungseok, kau tau kan aku takkan pernah membiarkanmu lolos begitu saja."

To be continued.

[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang