Chapter 26 - a withered beauty.

2.5K 306 41
                                    

saat senja tiba, Jay terbiasa bangun untuk membuka selambu kaca yang sejak siang ditutupnya. ia khawatir jika cahaya yang masuk akan membuat Hyungseok terluka karena kepanasan.

tiba-tiba saja sudah musim gugur. dan Jay masih menunggu Hyungseok yang tertidur. begitu sabar meski waktu yang terus berjalan tanpa kenal mundur, benar-benar telah menggerogoti si pria pirang sampai setengah hancur.

sejak dipastikan bahwa racun yang menempel pada belati itu adalah sianida, Jay pun perlahan sadar bahwa Hyungseok mungkin takkan pernah bangun dan memeluknya.

takkan ada lagi senyuman di wajah cantik pria berhati mulia. hanya ada harapan kosong terhadap tubuh tak berpenghuni yang hanya bisa diam bahkan saat waktu mulai menggerogoti cantik tubuhnya.

'Padahal aku sudah merencanakan segalanya. masa depan kita, aku juga sudah tak sabar untuk menceritakan segalanya. tapi kenapa..' Jay menggenggam erat lengan Hyungseok yang semakin ringan. tubuh berisi nan lembut yang dulu menjadi favoritnya, kini hilang dengan kulit serta tulang-belulang yang disisakannya. Jay yang bisa langsung merasakan perbedaannya, benar-benar berhasil dibuat tak berdaya.

meski begitu Jay tetap mencintainya.

'Sudah bertahun-tahun, Hyungseok.. kapan kau akan bangun?' genggaman itu mengerat seiring dengan jumlah dari banyaknya bulir air mata yang berusaha keras ia tahan namun terus memaksa keluar.

"Jay sudah.. kenapa kau terus saja menangis?" Hyungseok yang ikut memperhatikan interaksi keduanya-pun berhasil dibuat marah. namun hal itu tak mampu bertahan lama. seiring dengan Jay yang perlahan juga ikut melemah, pertahanan yang sudah Hyungseok bangun untuk tak ikut menangis-pun berkahir sia-sia.

"Jay, tolong hiduplah dengan baik! tolong.." Hyungseok memohon. ia jatuh berlutut dengan tangis keras yang mengiringi. urat-urat yang nampak di lehernya, begitu menggambarkan usaha yang terus dilakukannya, meski tau akan berakhir sia-sia. karena bahkan Jay sudah menggunakan alat bantu dengar, ia tetap takkan pernah bisa mendengar Hyungseok yang meraung.

dimensi mereka berbeda. dan keduanya telah hidup dalam perasaan duka yang menyelimuti atas hilangnya sesuatu yang begitu berharga.

tangis yang raungkan oleh keduanya, membisikkan harapan yang mulai melemah. bahwa mungkin saja, entah dibelahan dunia mana, seseorang akan datang dan membantu mereka agar bisa kembali bersama. setidaknya, masing-masing dari mereka berharap agar penantian mereka takkan berakhir sia-sia.

padahal sudah empat puluh tahun mereka terpisah. Jay-pun sudah menginjak usia lima puluh tujuh dimana ia seharusnya sudah tak perlu memikirkan apapun dan hanya menikmati hari tua bersama cucu-cucunya.

namun pria ini bersikeras untuk tinggal di rumah sakit dan merawat pria yang dicintainya, tak peduli meski rasanya sakit luar biasa. sedangkan ruh Hyungseok yang memperhatikannya, masihlah pria sembilan belas tahun yang berada dipuncak kejayaannya. selama ini ia telah melihat segalanya, bagaimana Jay dengan sabar terus merawatnya. bagaimana Jay yang perlahan berubah menjadi maniak dalam hal kedokteran demi bisa menyembuhkan Hyungseok-nya.

Hyungseok tau sudah sekeras apa Jay berusaha. teknologi kedokteran Korea-pun sudah mencapai puncaknya, namun tak sekalipun Jay bisa menemukan penawar dari racun yang bersemayam dalam tubuh kekasihnya.

"Kak.." Hyungseok menoleh saat seorang wanita muncul dari arah pintu.

menanggapi panggilan tersebut Jay langsung memunggungi si wanita, menghapus air mata dari wajahnya, lalu berbalik dengan senyum manis yang tertoreh disana. ia tetap terlihat tampan meski tak lagi muda, tubuhnya-pun masih terlihat kokoh dan begitu gagah. namun Hyungseok tak pernah menyukai senyuman Jay yang satu ini. keterpaksaan yang bisa dilihat jelas, membuat Hyungseok ingin sekali memeluknya sembari menangis.

[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang