Tuk tuk tuk
Hyungseok mengetukkan jarinya diatas meja, bosan melihat bagaimana Jay yang fokus melakukan pekerjaannya. membantu-pun percuma, kertas-kertas yang kini menjadi pusat atensi sang tuan muda, tak ada satupun yang bisa dengan mudah dipahaminya. Hyungseok berakhir hanya memperhatikan dalam diam, padahal mereka baru selesai makan malam, setidaknya Hyungseok ingin sedikit diperhatikan.
"Hm?" Jay mulai berdehem menanggapi Hyungseok yang terus menarik lengan kausnya. namun perhatian sang tuan muda, tak juga lepas dari pekerjaannya. karena itu, Hyungseok tak berhenti mengganggu.
"Tinggalkan itu dulu, ayo main bersamaku." Hyungseok memelas, namun Jay hanya merespon dengan kekehan sebelum kemudian berkahir meminta sedikit waktu pada si manis.
"Dua puluh menit lagi ya, Hyungseok. Aku benar-benar harus menyerahkan ini besok." Jay sedikit mengacak gemas surai kelam si pria cantik lantaran Hyungseok yang entah sejak kapan bisa merungut semanis ini.
"Kalau begitu cepat selesaikan." Hyungseok mengalah dan membiarkan dua puluh menit hadir berisi keheningan. Jay sendiri tak sadar kapan Hyungseok pergi, tiba-tiba saja pria ini membali lengkap dengan piyama serta segelas air. "Waktunya minum obat."
'Masih harus minum obat ya?' Jay menatap tak suka kearah beragam jenis obat yang Hyungseok bawa. kebanyakan dari pil ini hanyalah pereda nyeri, dan tak ada pengaruh lebih. dokter juga telah menegaskan bahwa obat-obat ini hanya mampu menghilangkan rasa sakit tanpa bisa memberi efek kesembuhan. namun efek samping yang ditimbulkannya-pun beragam.
pun kadang muak sekali.
'Yasudahlah.' satu-persatu obat-obatan itu mulai ia konsumsi, Hyungseok yang memperhatikan-pun ikut merasa nyeri. 'Rasanya pasti pahit. semoga cepat sembuh, Jay.'
Tuk.
sudah berakhir. Jay sedikit membanting gelas itu ke atas meja, ia menutup mulut serta sedikit terengah-lantaran harus menelan semuanya tanpa jeda. hingga sebuah usapan lembut di punggung Jay rasa, kala dicari ternyata Hyungseok-lah pelakunya. pria cantik itu duduk di sisinya, usapan lembut di punggung pun ia beri agar Jay tak menyerah dengan keadaannya.
ketara. Hyungseok terlalu mudah dibaca.
Cough cough
Jay mulai mencengkram mata kirinya sembari terbatuk, pertanda dari dimulainya efek buruk. "Jay!" Hyungseok berteriak khawatir. secara tak sadar lupa bahwa Jay tak bisa mendengar.
"Tidak apa-apa."
melihat Jay yang harus mengalami hal semacam ini, membuat Hyungseok kadang marah pada dirinya sendiri. trauma masa lalu yang menggangu, membuatnya terlalu lemah saat itu. semua ini terjadi akibat kehadirannya, Hyungseok yang sadar pun jelas terlihat sangat menyesalinya.
Tuk tuk
Jay mengetuk dahi Hyungseok, "Tidak tidur?" Jay bertanya lembut. waktu berlalu dengan cepat, kini jarum jam sudah menunjukkan angka dua belas tepat. sedang Hyungseok hanya merespon dengan menggeleng ringan.
"Kenapa?"
"Tidak ada kau."
Deg.
"Aku akan tunggu di sini sampai pekerjaanmu selesai." Hyungseok berujar mutlak. ia segera menidurkan kepalanya diatas paha si pria tampan seolah enggan mendengar keinginannya ditolak.
sedang Jay kini sibuk menutupi wajahnya sendiri. lantaran terlalu senang mendengar kalimat yang baru saja Hyungseok lontarkan tanpa kenal keadaan. 'Ah, brengsek.. rasanya ingin kucium sampai mati.'
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]
Fanfiction"Jaeyeol, aku.. menyerah saja ya?" keterkejutan menjadi hal pertama yang Hyungseok tangkap dari raut wajah Jaeyeol. bayangan akan ketidak percayaan terhadap kalimat yang baru saja melayang dari sosok tangguh, Park Hyungseok, membuat Jay bahkan tak l...