Chapter 17 - the explosion.

1.5K 347 49
                                    

BOOM!

panik. nyaringnya suara ledakan itu membuat Jonggun terusik. berkali-kali ia menoleh kebelang seolah berharap jika Hyungseok dan Jay bisa muncul secara ajaib. namun tentu saja hal semacam itu takkan pernah terjadi.

"Suaranya keras sekali.. bukankah posisi kita sudah sangat jauh dari posisi?"

DG melirik Jungoo yang bertanya melalui kaca, "Benar. beruntung posisi gladiator ada di tengah hutan, jadi setidaknya suara sekeras itu takkan menimbulkan terlalu banyak keributan."

keduanya mengangguk setuju, dahsyatnya suara ledakkan itu memang sempat membuat mereka terkejut. beruntungnya ketua mereka adalah orang yang sangat berhati-hati, karena meski alamat Gladiator tertuju pada kediaman Jungoo, Jonggun dan Hyungseok, pada akhirnya, para tamu akan diantar sampai ke titik lokasi dimana Gladiator bersembunyi.

namun keadaan kini kembali berubah sunyi, posisi rumah sakit yang mereka tuju sudah tak jauh lagi, sedangkan DG sedikit merasa kasihan saat melihat Jonggun yang pucat kini mengikat lehernya yang berdarah dengan kain.

"Kau mau bunuh diri?" Jungoo menghentikan Jonggun saat pria itu tanpa sadar membuat ikatan yang terlalu kuat pada lehernya sendiri.

"Tenang saja, aku belum boleh mati."

"Sialan, memangnya siapa yang memperbolehkanmu mati setelah ini?" Jungoo marah, namun keduanya lebih terfokus akan suara DG didepan sana.

"Bagaimana dengan ketua?"

.o0o.

"Turunkan senjatamu." Choi Dongsoo yang nampak tersudutkan, kini mulai mundur secara perlahan. Hyungseok tau pria tua itu sedang berusaha lari, lantas segera menuntun tubuh Jay untuk tak membuat jarak lebih dari 4.5 meter meski dengan tubuh gemetar.

Jay yang melihat bagaimana Hyungseok berusaha melawan ketakutannya, ikut maju dan memperkokoh keberaniannya. lantas sikap keduanya mengundang amarah dari si pria tua. ia menunjuk kearah pemicu ditangannya dan berkata, "Jangan maju, keparat. kau tidak tau ini apa hah!?"

Jay tau benda itu merupakan sebuah pemicu, mereka semua akan berada dalam bahaya jika tombol merah itu disentuh.

kalian tidak salah, mereka semua akan benar-benar berada dalam bahaya. karena tempat ini tak hanya diisi oleh mereka bertiga. namun para budak yang tersisa juga masih sibuk bertarung di arena. tak sedikitpun sadar akan kabar bom yang tertanam di sekeliling mereka.

haruskah Jay menyelamatkannya?

Jay memandang lembut Hyungseok yang bergetar, seolah bimbang tentang apa yang harus dia lakukan.

"Kalian ini masih tak mengerti, ya?" Choi Dongsoo kembali bersuara, "Saat ini kalian berada dalam keadaan yang tak menguntungkan."

menghiraukan kalimat si pria tua, Jay kini justru sibuk berbisik pada pria disampingnya. "..."

"A-apa?"

Jay memberikan kode pada si tampan untuk sedikit menurunkan suaranya, karena Hyungseok dengan lantang hampir membocorkan rencana yang baru Jay sampaikan.

"..."

mendapati sinyal itu, Hyungseok akhirnya ikut berbisik dengan tanpa mengalihkan atensi. "Lari? apa maksudmu? aku takkan meninggalkanmu."

"1.."

"Jay, aku tak mau—"

"2.."

"Jay—" jujur saja, Jay senang saat tau bahwa Hyungseok tak mau meninggalkannya, namun saat ini bukan waktu yang tepat untuk jogging bersama. dan satu-satunya cara Jay untuk membuat Hyungseok percaya, hanyalah dengan menunjukkan senyumannya.

[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang