Adik.
| Jay mengambilnya.Melihat teks balasan yang ia terima dari Hyungseok membuat DG cukup mempertanyakan tentang siapakah orang dibalik nama yang baru saja Hyungseok sebutkan. tapi setidaknya kesimpulan yang dibuat DG membuatnya kini tau dengan siapa Hyungseok tinggal.
'Jay ya? tak kusangka dia punya teman.' DG berjalan santai diatas propertinya, sebuah hotel berbintang lima yang berdiri bagai menara, berisi para pria dan wanita yang namanya sudah cukup dikenal dunia. 'Pantas saja dia tak pernah kutemukan, dia bahkan berada di luar jangkauan Jonggun.'
"Nomor yang anda tuju tidak menjawab, silahkan—" mendengar suara operator yang menyapa, DG lantas segera mematikan ponselnya.
segalanya berjalan sesuai dugaan. Jonggun yang kalap kini sibuk mengejar DG sampai ke agensi. mungkin beberapa bawahannya telah mati, tapi hal yang lebih menarik adalah isi dari ponsel Jonggun yang kini berada dalam genggamannya. DG tersenyum melihat interaksi mereka, seolah sadar akan fakta bahwa Jonggun telah berusaha sangat keras demi melindungi adiknya.
"Hubungan saudara yang manis." pujinya. lantas ia menyimpan ponsel itu dalam kantung celana, "Sayang sekali harus berakhir."
.o0o.
beberapa tetes air yang tak sengaja jatuh ke wajah, lantas membangunkan Hyungseok dari tidur nyenyaknya. kejadian semalam membuat Hyungseok tak memiliki cukup waktu untuk beristirahat, namun seseorang sepertinya bangun dengan cukup bersemangat.
'Apa di luar hujan?' Hyungseok mengerjap perlahan, Jay-pun tersenyum gemas lantaran ikut memperhatikan.
Chuu~
untuk sesat, belah bibir Jay menyapa hangat bibir Hyungseok yang terpaku karena terlalu terkejut. dan saat pria itu mampu memproses kejadian yang baru saja dialaminya, wajahnya langsung berubah merah. namun si pelaku justru bersikap seolah tak terjadi apa-apa, ia bangkit dan mulai mengeringkan rambutnya dihadapan kaca.
Bugh!
Jay berhasil menangkap sebuah bantal yang Hyungseok lemparkan. ia yang awalanya bingung kenapa Hyungseok melemparnya, kini justru dibuat tersenyum saat sadar sudah semerah apa wajah pria-nya.
"Apa yang kau lakukan, Jay?"
"Menciummu. Mau lagi?"
Hyungseok dengan cepat menggeleng. kini wajahnya memerah bahkan sampai ke telinga. Jay sendiri gemas melihat bagaimana tubuh jangkung Hyungseok semakin mengecil lantaran sengaja menenggelamkan diri dalam selimut mereka.
Hyungseok jelas tak bisa protes, pria itu bahkan bersikap jauh lebih agresif saat Jay menuangkan serbuk itu ke mulutnya. Hyungseok ingin sekali meledak tiap kali mengingatnya.
"Hari ini mau kemana?" Hyungseok bangkit membantu Jay untuk mengeringkan bagian belakang rambutnya. sedang si pria pirang sibuk mengaplikasikan pelembab bibir.
"Membeli obat untukmu." sebenarnya niat Jay bukan hanya itu. karena alat bantu dengarnya sudah bisa diambil hari ini, ia bermaksud untuk melakukan keduanya sekaligus.
"Obat apa?"
saat ditanya, Jay sempat menatap bingung kearah Hyungseok sebelum kemudian membuka laci untuk menunjukkan serbuk narkoba milik Hyungseok yang sengaja disembunyikannya. "Ini obat."
"Bukan narkotika?"
"Memang benar ada campurannya, tapi 70% dari isi benda ini adalah risperidone." melihat reaksi Hyungseok yang terkejut melalui kaca, Jay-pun segera mengangkat kepalanya, "Kau tidak tau?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]
Fanfiction"Jaeyeol, aku.. menyerah saja ya?" keterkejutan menjadi hal pertama yang Hyungseok tangkap dari raut wajah Jaeyeol. bayangan akan ketidak percayaan terhadap kalimat yang baru saja melayang dari sosok tangguh, Park Hyungseok, membuat Jay bahkan tak l...