Chapter 22 - Another villain?

1.4K 273 8
                                    

Grab

"Wah, aku tak tau ternyata kau seorang pengguna.. Jonggun?" siluet kemerahan itu menyala, menatap remeh pada Jonggun yang dengan cepat merebut sebungkus narkotika yang baru saja digenggamnya.

"Kalau tidak salah jenisnya bath salt, ya? itu salah satu narkotika dengan efek samping yang kuat. kenapa perlu dicampur obat?" DG, pria bersiluet merah yang kini sibuk memperhatikan Jonggun dari atas sampai bawah, seolah penasaran akan kemana perginya si lawan bicara. "Mau kau bawa kemana?"

"Bukan urusanmu."

"Ketus seperti biasa." DG tersenyum lumrah, ia mulai bangkit dari posisi duduknya, lantas menghampiri Jonggun yang sibuk merapikan pakaiannya. jika ditilik lewat penampilan, monster ini jelas terlihat seperti baru saja menghabisi sekumpulan orang demi sebuah tujuan.

"Sejak meninggalnya ketua, tujuanmu jadi lebih sulit dibaca, ya?"

DG hanya bisa memastikan satu hal. bahwa Jonggun tidak sedang mencari seorang pengganti. karena jika memang pengganti itu adalah apa yang sedang ia cari, tentu apa yang ia lakukan takkan berarti. karena ketua mereka sekarang sudah mati.

"Hei, bukankah jadwalmu padat?" Jonggun bertanya, dengan halus berniat mengusir si pria berambut merah muda.

DG akui, memang sulit untuk bernegosiasi dengan tipe orang seperti ini. itu karena DG hanya akan memiliki 20% kemungkinan untuk bisa menyeret Jonggun kedalam permainannya. jika gagal sedikit saja, kesempatan itu akan hilang sepenuhnya. karena tipe orang seperti Jonggun ini, lebih suka untuk mengurus urusan mereka sendiri. selain itu DG juga harus berani mempertaruhkan beberapa hal, terlebih karena DG belum mengetahui pasti kepada siapa Jonggun berpihak.

"Sebenarnya ada yang ingin kutanyakan."

"Cepat katakan, aku ada urusan."

'Bocah ini..' DG menggeram dalam hati, melihat bagaimana Jonggun bicara tanpa menatap DG. menghadapi pria ini, benar-benar membutuhkan kesabaran lebih.

"Kau tau kemana Hyungseok pergi?"

untuk sesaat, jantung Jonggun berhasil dibuat berhenti berpacu. seolah khawatir tentang niat asli dari pria yang sedang diam menunggu. "Kenapa tiba-tiba?"

"Bukan masalah besar sebenarnya." DG bicara, sembari dilepaskannya kacamata hitam yang bertengger manis pada hidung bangir miliknya. "Kau kan tau ketua sudah mati. karena itu kita harus bisa menyingkirkan segala macam bukti yang bisa menyudutkan perusahaan demi keamanan finansial diri kita sendiri."

"Urusannya dengan Hyungseok apa?" Jonggun yang mengerti kemana arah pembicaraan ini berakhir, dibuat semakin terpancing. sedangkan DG cukup puas karena Jonggun ternyata begitu sensitif saat membicarakan Hyungseok.

seolah ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan.

"Hyungseok merupakan satu-satunya bukti hidup yang masih tersisa. bukankah terdengar cukup mengkhawatirkan saat tau bahwa dia ternyata masih sibuk berkeliaran di luar sana?" DG dengan tenang menatap kearah Jonggun yang diam. sorotnya menatap dengan tajam, nampak seolah siap mencabik-cabik tubuh si lawan bicara melalui masing-masing sudut mata.

mengerikan, namun DG sudah biasa menerima perlakuan serupa.

"Dia sudah mati."

"Benarkah? lalu bath salt dengan campuran risperidone itu untuk siapa?"

"Aku." Jonggun jelas berbohong. selama ini ia masih sibuk melindungi koneksinya dengan Hyungseok karena pria itu menolak keras untuk direhabilitasi, artinya Hyungseok masih sangat membutuhkan obat-obatan ini.

[✓] " Hiraeth " [ JAYSEOK LOOKISM ] [ BL ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang