01 - Caramel Clearesta

36.7K 810 10
                                    

Dia bukan Caramel macchiato apalagi Caramel Frappuccino, tapi dia, Caramel Clearesta. Seperti keindahan makna namanya yaitu jernih, terang, jelas, dan terkenal. Begitu pula sosoknya yang memang di kenal semua orang di Boston sebagai gadis muda yang berprestasi dan sukses dengan bisnis kulinernya di usia yang baru beranjak 16 tahun beberapa hari lalu.

Makanan kesukaannya sate Padang, padahal lahir di Dubai dan besar di Boston, tetap saja, lidahnya itu lidah nusantara Indonesia. Dengan minuman kesukaan air putih di gabungkan beberapa jenis minuman lain seperti kopi Americano atau susu cokelat dingin. Kara, nama panggilannya yang biasa orang-orang sebut.

Khusus keluarga atau kerabat dekat, Kara jauh lebih sering di panggil Reen yang berarti hujan dalam bahasa Luxemburg. Sebab dirinya yang selalu menyukai hujan, bagi Kara, hujan adalah suatu ketenangan tersendiri yang menyenangkan. Meski setelah bermain hujan Kara akan jatuh sakit, gadis itu tetap mengagumi hujan.

Dan menjadi anak bungsu yang terlahir di keluarga kaya raya serta di ratu kan sebagaimana prioritas utama, bukan berarti Kara tumbuh menjadi gadis yang manja, semena-mena, dan angkuh apalagi sombong.

Buktinya, di usia 9 tahun, Kara yang gila belajar telah berhasil mengembangkan usaha pertamanya, yaitu di bidang kuliner. Awal mula, Kara menerima tawaran teman Neneknya di dunia entertainment untuk menjadi model iklan. Oh ya, Nenek Kara yaitu Oma Clarissa adalah mantan model semasa kecil sampai beranjak dewasa tapi setelah menikah, Oma Clarissa berhenti dari dunia entertainment.

Kara si gadis jenius, memanfaatkan upah hasil syuting iklan dan pemotretannya untuk membeli gedung di tempat strategis. Atas bantuan Opanya, Kara pun membangun sebuah restoran dengan desain yang aesthetic abis. Banyak kalangan datang untuk menikmati makanan yang memanjakan lidah dan nuansa yang nyaman.

Otak bisnisnya yang di turunkan keluarga, ternyata membawa Kara pada dampak baik. Gadis itu menggilai bisnis sama seperti dia yang gila belajar, bahkan Kara sudah meloncati beberapa kelas semasa sekolah. Otaknya yang mudah menyerap pelajaran, membuat Kara tidak kesulitan dalam menangkap maksud dan isi pelajaran yang tidak sesuai umurnya.

Kakek dan Neneknya mendukung penuh sang cucu yang begitu antusias dan obsesi dalam belajar, dengan bantuan kekuasaan dan uang, Opa mendaftarkan cucunya pada program akselerasi sekolah yang pada saat itu untuk pertama kalinya Kara rasakan. Gadis itu lebih antusias lagi, tidak sabar membuat puncak rekor terbaru dalam hidupnya selain berhasil menghasilkan miliaran dari keringatnya sendiri.

Dalam waktu singkat, Kara berhasil menguasai semua mata pelajaran. Dia pun mendaftar kuliah di salah satu universitas terbaik dunia, hanya butuh waktu 4 tahun untuk Kara menyelesaikan kuliahnya yaitu S1 dan S2 dengan IQ di atas rata-rata. Kara menyukai segala jenis tuntutan supaya dia bisa lulus kuliah dengan cepat, saat ini, di selingi memantau usahanya, Kara juga tengah sibuk menjalani S3 nya di Universitas yang juga terbaik dunia.

Oh ya, Kara mengambil jurusan Kedokteran.

Dia menyukai bisnis tapi juga menginginkan menjadi Dokter, atau lebih seru lagi, kalau Kara mengambil pendidikan supaya dia bisa menjadi Profesor di salah satu universitas. Akan sangat menantang kalau Kara menjadi Profesor di usia muda, bahkan lebih muda Profesornya di banding mahasiswa/i.

"Reen, cucu kesayangannya Oma, kamu sudah bangun, sayang?"

Kara bergegas menutup laptopnya yang sejak tadi menyala, menampilkan diagram data keuangan usahanya. "Yes, Oma, Reen sudah bangun."

"Bagus, ayo kita sarapan, sayang."

"Iya, Oma."

Kara membasuh wajahnya secepat kilat, gadis dengan piyama abu-abunya itu langsung membuka pintu yang selalu terkunci otomatis, tersenyum manis di sertai kecupan manja darinya di pipi sang Oma kesayangan. "Selamat pagi Ibu ratuku,"

"Pagi, udah ayo cepat kita ke bawah. Opamu yang bawel itu sudah menunggu sejak tadi,"

Kedua wanita dengan perbandingan usia yang sangat jauh itu berjalan sembari bergandengan tangan. Kara bukan tipe orang yang bisa sarapan berat, dia akan mual jika harus sarapan di pagi hari. Maka untuk meminimalisir dampak buruk tak pernah sarapan sebelum beraktivitas, Oma selalu menyiapkan susu cokelat hangat dan beberapa biji buah beri.

Selesai sarapan ala Kara, Kara pun berpamitan pada Opa dan Omanya karena harus ke restoran miliknya. Kara ingin memantau secara langsung, sebab siang nanti, Kara akan ada kelas di kampusnya. Jadi sembari menunggu jam kelasnya tiba, Kara akan membantu di restoran miliknya sendiri.

"Baiklah, hati-hati, Reen. Jangan lupa untuk makan siang! Makan nasi ya,"

Bagi Oma yang campuran Dubai Indonesia tapi lahir dan besar di Indonesia, makan tanpa nasi itu sama saja belum makan. Makanya, beliau selalu mewanti-wanti Kara agar makan nasi meski sehari sekali. Kara yang selalu terlihat penurut di depan Neneknya, hanya mengangguk. Tapi yakin lah, gadis itu tidak akan makan siang dengan nasi.

"Reen pamit, Opa, Oma. See you!" Kara mencium pipi Opa dan Omanya bergantian, lalu pergi mengendarai salah satu mobil mewahnya yang sang Kakek belikan sebagai hadiah di ulang tahunnya yang ke 16 beberapa hari lalu.

Kara pandai menyetir mobil, meski dia baru mendapatkan SIM beberapa hari lalu tepat saat berulang tahun ke 16. Jangan ragukan kemampuan Kara dalam menyetir, dia bisa saja menjadi pembalap dadakan ketika jalanan lenggang mau pun padat. Karena diam-diam, Kara suka menyetir mobil sendiri di usia belum legal. Untung, Opa dan Omanya tidak tahu.

Andaikan Opa dan Oma tahu, Kara pasti akan di hukum dan tidak di izinkan menyetir mobil sebelum usianya legal dan memiliki surat izin mengemudi, SIM. Sembari menyetir, Kara bersenandung mengikuti alunan lagu yang beberapa hari ini sedang dirinya sukai. Suara Kara merdu, dia bisa saja menjadi penyanyi selain menjadi model iklan.

Di Caramel Restaurant, Kara langsung turun dari mobilnya. Tersenyum ramah membalas senyum karyawan di restorannya, "Selamat datang, Mrs."

"Ya, lanjutkan pekerjaan kalian."

Sudah sering kali Kara peringatkan, agar tidak memanggilnya dengan sebutan Nona, Mrs, atau pun lainnya. Kara risih, karena mereka rata-rata, teman di kampusnya yang berbeda fakultas. Bekerja paruh waktu di sini untuk membiayai sehari-hari, Kara sangat baik pada mereka, sudi membayar mahal tanpa menuntut waktu kerja.

Mereka bebas datang kapan saja, bahkan tidak datang pun, Kara tidak masalah dan gaji mereka akan tetap full setiap bulannya. Mereka tentu saja sangat segan pada Kara yang mereka anggap malaikat penolong, Kara yang baik hati dan ramah, membuatnya di sukai banyak orang dan tidak ada satu pun yang berani menyinggungnya.

"Reen, kenapa datang tapi tidak bilang?" Seorang wanita dewasa yang mungkin berusia 26 tahun, langsung memeluk singkat Kara yang di balas serupa sang empu.

"Kan kejutan, Kak. Kalau bilang, namanya bukan kejutan lagi." Kara menyengir, membuat wanita itu menjawil gemas hidung mancung Kara yang sangat idaman bagi semua orang.

***

HOLA!

Selamat datang di cerita baruku setelah sekian abad aku malas mengetik, xixi

Semoga suka ya!!

Jangan lupa dukungan kalian dengan memberikan vote juga komentar membangun.

Sampai jumpa!!


Dangerous Girl Mischief [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang