"Ganteng banget pacar aku kalau lagi masak,"
Kara cekikikan, wanita itu bergerak maju lalu memeluk kekasihnya dari belakang. "Kamu bisa masak makanan lain?"
"Bisa, sayang." Dave mematikan kompor, "Kamu menjauh dulu sebentar, aku mau tuang mie ke mangkok."
Kara menurut, wanita itu duduk di kursi meja makan, membiarkan Dave menuang mie ke mangkok lalu menatanya di depan Kara. "Terima kasih pacar aku,"
"Sama-sama, sayang." Dengan penuh cinta, Dave mencium puncak kepala Kara lalu duduk di samping wanita itu, tentunya dengan jarak yang hanya sedikit. "Enak, sweetheart?" Tanya Dave sembari menyatukan rambut Kara, hanya ingin membuat wanitanya nyaman saat makan.
"Enak! Aku suka, terima kasih, sayangku."
Baru kali ini Kara memanggil Dave dengan sebutan manis, jantung Dave sampai berdebar keras mendengarnya. "Panggil aku itu terus, sweetheart."
Kara tak menjawab, hanya tertawa kecil sembari melanjutkan acara makan mie ternikmatnya. Melihat bagaimana Kara yang antusias memakan masakannya, Dave tersenyum hangat. Pria itu mengusap puncak kepala Kara lalu tangannya yang lain turun membelai paha Kara yang tidak tertutup apa pun karena Kara memang hanya mengenakan gaun tidur tipis.
Tangan Dave semakin nakal merayap, tapi Kara tidak protes, hanya membiarkan saat jemari panjang Dave sudah berhasil membelai miliknya di bawah sana. "Aku menginginkanmu, sayang."
"Mesum!"
"Sayang," Dave merengek.
"Aku lagi makan, Dave! Habis makan, aku mau nonton film sama kamu! Pokoknya khusus malam ini, tidak ada bercinta!"
Wajah Dave berubah kuyu, tidak ada bercinta? Ini bagaikan tidak di kasih makan setahun, Dave tidak akan mampu tapi dia juga tidak bisa membantah ucapan wanitanya yang tampak kekeuh. Setelah makan, Dave benar-benar menemani wanitanya ke ruang tengah. Kara tengah sibuk memilih film apa yang akan dia tonton malam ini.
"Kamu mau nonton film apa, sweetheart?" Tanya Dave yang ikut pusing melihat betapa bingungnya Kara dalam memilih.
"Sebentar, Dave. Aku masih milih," Dave pun diam, dia hanya memperhatikan kekasihnya yang tengah sibuk mencari film apa yang akan dia tonton. "Nah! Ketemu!"
Kara langsung memulai film, dia duduk berdampingan dengan Dave, di tangannya ada popcorn. "Ini film apa, sayang?"
"Pokoknya seru, aku pernah nonton tapi enggak sampai habis."
"Kenapa?" Kara mengangkat bahunya, wanita itu fokus menonton, Dave malah salah fokus dengan paha wanitanya yang terpampang. Tanpa meminta izin, tangan besar Dave mengusap paha dalam wanitanya dan Kara tidak menolak. "Seru banget filmnya, hm?"
"Seru banget tangannya, hm?" Bukannya menjawab, Kara malah membalas dengan pertanyaan menyindir.
Dave tergelak, "Seru. Ini lembut banget, sayang. Hangat juga kalau aku masukin,"
"Mesum," Kara mengabaikan jari Dave yang semakin nakal di bawah sana.
"Lebarin kakinya, sayang." Kara menuruti, membuat tangan Dave semakin lincah membelai milik sang wanita di bawah sana. "Kamu tidak menginginkannya?"
"Cuma kamu kayaknya,"
Dave berdecak, tapi tangannya tidak henti meraba-raba sampai suara bel pintu terdengar. "Biar aku yang buka, Dave."
"Tapi, sayang."
"Aku aja,"
Kara langsung berdiri, membuat tangan Dave terlepas dari goa kesukaannya. Dia membiarkan Kara membuka pintu, yang langsung menampilkan raut wajah bingung dengan satu alis terangkat. "Ada urusan apa ya?"
Nyatanya, tak hanya Kara yang bingung, si tamu juga tampak kikuk melihat Kara yang membuka pintu, bukan pujaan hatinya. Dia mengenal Kara, "Gue mau ketemu sama pemiliknya."
"Gue yang punya," Balas Kara yang mulai bisa menebak ke arah mana perempuan di depannya ini melangkah, yang tidak lain, Syila.
Setelah berpikir sejenak, Kara akhirnya punya ide bagus. "Kalau gitu, lo masuk dulu."
Syila langsung masuk dengan senang hati, di pandanginya penuh cinta pada Dave yang tak acuh. "Sayang ke sini," Syila hampir kepedean dan ingin langsung duduk di dekat Dave, tapi arah pandang Dave ke Kara juga Kara yang lebih dulu duduk di samping Dave, membuat kedua tangan Syila terkepal erat.
Kara berbisik, "Aku ingin memberi pelajaran untuk pelakor kecil itu." Dave hanya menahan senyum, dia berusaha keras berwajah datar karena di sini ada orang asing. Yang bisa menikmati senyum dan wajah hangatnya hanya Kara seorang.
"Jangan lupa nikmati filmnya ya,"
Syila mencoba tersenyum menjawab ucapan Kara, dia tidak ingin imagenya jelek di mata Dave. Film terus berlanjut, dengan tangan Dave yang ternyata tetap lanjut menyelinap ke dalam gaun tidur Kara, mengusap milik wanitanya dengan lembut.
Sudut mata Syila tidak sengaja melihat ke mana tangan Dave pergi, gadis itu hampir saja terbakar emosi tapi dia harus tetap stay kalem di depan Dave. Dia mencoba fokus pada film di depan, yang sialnya, adegan selanjutnya yang juga belum pernah Kara tonton, malah memperlihatkan adegan ranjang yang sangat intim tanpa sensor.
Kara, Dave, dan Syila sama-sama terkejut. Kara tidak menyangka, jika film romantis yang belum di tontonnya sampai selesai, ternyata ada adegan ranjang. "Sayang, kamu sengaja?" Bisik Dave dengan suara beratnya, Kara hanya mampu meneguk susah payah air liurnya, dia juga tidak tahu.
Tangan Dave di miliknya secara perlahan masuk ke celah liang miliknya, bergerak pelan membuat Kara tidak tahan untuk tidak mendesah. Wajah Syila sudah Semerah tomat busuk, gadis itu berdiri dan pergi keluar apartemen. Kesempatan tak Dave sia-siakan, pria itu bergegas membaringkan Kara ke atas sofa dengan dirinya di atas sang wanita.
"Aku enggak tahan, sayang."
Desahan dan erangan keduanya menyatu dengan desahan dalam film, membuat Syila yang belum benar-benar pergi, mengepalkan kedua tangannya. Belum juga dia bergerak mendekati Dave eh malah langsung di patahkan oleh kenyataan.
Esok harinya, Kara yang datang dengan wajah dingin namun cerah, berbeda dengan Syila yang tampak murung. Gadis itu masih memikirkan kejadian semalam, jika dia nekat membeberkan, maka yang namanya di usik bukan hanya Kara, tapi pujaan hatinya juga akan turut terseret. Syila tentu saja tidak rela jika pujaan hatinya di bicarakan banyak orang tentang keburukannya.
Syila duduk di kursinya, "Syil, lo kenal Kak Kara enggak?"
Mendengar nama itu, wajah Syila semakin kusut. "Kenapa?"
"Dia pacarnya Kak Dave! Alumni Smada! Kak Dave itu ganteng banget sumpah, gue ke sini karena pengen satu sekolah sama doi eh doi malah udah lulus." Syila bersama dua temannya memang murid baru di kelas 11 Smada ini, keduanya berasal dari sekolah berbeda sebelumnya tapi sekarang menjadi dekat karena kebetulan sekelas.
"Patah hati banget gue, pas nanya-nanya sama kakel eh mereka malah bilang kalau Kak Dave pacarnya Kak Kara."
Jadi, hubungan mereka berdua sudah di ketahui banyak orang? Terutama murid Smada, semakin kacau saja wajah Syila.
"Mau nekat deketin tapi sadar diri, saingan gue Kak Kara cui! Cewek tercantik di Smada!"
Syila semakin sebal, gadis itu bahkan tanpa sadar sudah mengepalkan kedua tangannya erat.
Syila akui, Kara bukanlah saingan yang sepadan untuknya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Girl Mischief [The End]
Teen Fiction"Memohon atau mati," Caramel Clearesta merasa, hukuman terbaik adalah penyiksaan berakhir mati mengenaskan. Dirinya yang bagai bunglon, senantiasa bersikap tenang dan santai padahal memiliki ribuan trik mematikan. Di pacari seorang penguasa tidak m...