Mendengar kabar jika Maurin di rundung habis-habisan di sekolah, Cheyla gigit kuku. Gadis itu ketakutan, dia takut jika Maurin akan buka suara dan menyeret namanya. Cheyla tidak siap di rundung! Dengan kekalutannya, Cheyla berlari menuju kamar sang Mama.
Brakk!
Brakk!
Brakk!
"MAMA! MAMA! MAMA BUKA PINTUNYA!"
Cheyla yang panik terus menggedor pintu kamar sang Mama, sampai tidak lama kemudian, pintu pun di buka. Cheyla mengabaikan penampilan Mamanya yang acak-acakan, hanya menggenakan bathrobe saja. "Ada apa, Che? Kamu mengganggu Mama!"
"Mama, bantu aku. Aku takut,"
Melihat wajah putrinya yang tidak biasa, Mama Cheyla pun memboyong Cheyla agar masuk ke kamarnya supaya pelayan tidak curi-curi dengar. Cheyla awalnya enggan, dia malas melihat pria yang selama ini menjadi selingkuhan Mamanya. Ya, setiap kali Papa tirinya pergi ke luar kota dalam jangka waktu lama, Mamanya itu akan membawa pulang selingkuhannya yang seorang pria muda seusia dirinya.
Kan, belum apa-apa Cheyla sudah ingin menampar wajah selingkuhan Mamanya saja. Pria muda seusia dirinya itu tampak santai duduk di ranjang hanya dengan celana dalam, Mamanya pun tidak menegur pula, Cheyla main jengkel. Dia duduk di sofa dengan sebal, "Ceritakan pelan-pelan, Che."
Cheyla akhirnya menceritakan tentang kerja samanya bersama dengan Maurin dan kasus Maurin yang sekarang tengah di rundung siswi Smada. Cheyla juga mengungkapkan ketakutannya yang bersarang. "Astaga, Che! Kamu kenapa ceroboh banget sih? Harusnya kamu bilang sama Mama! Biar Mama saja yang turun tangan! Kalau sudah begini, bagaimana lagi coba?!"
"Mama, tolong bawa aku pergi yang jauh, Mah. Aku enggak siap di bully, Mamah tolong aku," Cheyla menangis sesenggukan, membuat Mamanya merasa tidak tega.
"Iya, nanti Mama bawa pergi kamu yang jauh asalkan kamu janji, untuk tidak bersikap ceroboh lagi!"
Cheyla langsung mengangguk setuju, setelah mencium pipi sang Mama, Cheyla pun pergi keluar kamar. Dia benar-benar tidak suka melihat tatapan mesum dari pria yang menjadi selingkuhan Mamanya.
Malam hari, setelah puas menenangkan diri dan meyakinkan diri kalau semuanya akan baik-baik saja. Cheyla pun turun ke lantai bawah untuk mengisi gelasnya yang sudah kosong. Ketika tengah menunggu gelasnya penuh, sebuah tangan tiba-tiba meremas bokongnya. Cheyla tersentak kaget, hampir saja dia melemparkan gelas itu ke arah seseorang yang dengan kurang ajar meremas bokongnya.
"Kamu?!" Cheyla memelototkan matanya, menatap selingkuhan sang Mama yang kini tersenyum genit dengan tatapan mesum.
"Ibumu sudah tidak bisa memuaskan aku, bagaimana kalau aku mencicipi juga anaknya? Bukankah ini jackpot besar untukku yang beruntung?" Pria mesum itu semakin berani meremas bokong Cheyla, "Kalau kamu berani teriak, aku akan meracuni Ibumu sampai mati. Kau tahu bukan? Ibumu itu sangat bucin padaku!"
Tubuh Cheyla bergetar ketakutan, dia sangat menyayangi Ibunya karena hanya sang Mama keluarga yang dia punya sekarang. Dia takut jika pria mesum ini benar-benar akan meracuni Ibunya, dengan rasa takut, Cheyla mengangguk. "L-lakukan, tapi jangan meracuni Mamaku!"
"Dengan senang hati," senyum pria mesum itu semakin lebar bersamaan dengan tangannya yang merayap ke surga dunia milik Cheyla. "Kau akan ku buat berteriak kenikmatan di bawah kungkungan tubuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Girl Mischief [The End]
Teen Fiction"Memohon atau mati," Caramel Clearesta merasa, hukuman terbaik adalah penyiksaan berakhir mati mengenaskan. Dirinya yang bagai bunglon, senantiasa bersikap tenang dan santai padahal memiliki ribuan trik mematikan. Di pacari seorang penguasa tidak m...