Atma kembali anfal di rumahnya, kedua orang tuanya bergegas membawa Atma ke rumah sakit tempat biasa laki-laki itu datangi. Kebetulan, Dokter Shela tengah melintas. Beliau langsung membantu mendorong brankar Atma, membawanya ke ruang tindakan dengan gerakan gesit.
Serangkaian proses Dokter Shela lakukan di bantu rekannya untuk mengembalikan detak jantung Atma yang melemah, di sela tugasnya, Dokter Shela berbisik. "Kamu kuat, Atma. Kamu kuat, ayo buktikan sama saya kalau kamu bisa sembuh. Ayo Atma!"
Mengikuti progres kesehatan Atma yang kadang naik dan turun, Dokter Shela tentu saja ikut merasakan sakit yang Atma derita. "Atma kamu kuat," sekali lagi dan akhirnya detak jantung Atma kembali.
Dokter Shela menghela napasnya lega, Dokter muda itu menyiapkan ruang ICU untuk Atma. Mengizinkan orang tua Atma untuk masuk tapi bergantian, sambil menunggu istrinya yang tengah menjenguk ke dalam, Papa Atma menghampiri Dokter Shela lalu mengajaknya untuk bicara penting.
"Ada yang bisa saya bantu, Pak?"
"Dok, apa anak saya bisa sembuh?"
Dokter Shela tersenyum, "Semua kembali atas kuasa sang pencipta, Pak. Saya sebagai perantara hanya mampu memperjuangkan sebisa saya, untuk hasil akhirnya, hanya Tuhan yang tahu dan maha penentu."
"Anak saya dulu begitu semangat untuk sembuh tapi sekarang, semangatnya hilang. Saya harus apa, Dok?" Papa Atma tampak sangat pasrah, mengingat anaknya yang mulai lalai dalam minum obat sampai lebih sering anfal.
"Nanti saya akan bicara berdua dengan Atma, semoga Atma bisa mengerti dan mau semangat untuk sembuh lagi."
"Baik, terima kasih banyak, Dok."
Selesai kedua orang tua Atma menjenguk, kini Dokter Shela turut masuk. Gadis itu mengusap punggung tangan Atma yang terdapat selang infus, "Kamu tidak bosan di rawat terus begini? Di suntik terus, di pasang alat bantu pernapasan, bahkan berkali-kali kritis. Kamu tidak bosan, Atma?"
"Saya yang melihat saja bosan, ayo semangat untuk sembuh. Saya yakin kalau kamu bisa sembuh, kelak jika kamu sembuh, saya sendiri yang akan membuat Sera mencintaimu. Saya janji, Atma."
Ketika tangan Dokter Shela menjauh dari tangan Atma, Atma malah membuka mata dan menahan tangan Dokter Shela dalam genggaman tangannya. "Atma? Sebentar, saya periksa kamu dulu."
Tapi Atma menggeleng, laki-laki itu menggenggam tangan Dokter Shela dengan erat. "Ada apa, Atma? Saya harus memastikan kondisi kamu dulu, sebentar, lepas tangan saya. Saya tahu kamu kesakitan, setelah ini kita akan makan ice cream berdua. Tunggu,"
Akhirnya Atma membiarkan Dokter Shela mengecek kondisi kesehatannya, "Syukurlah, kamu berjuang dengan baik, Atma. Saya bangga padamu,"
Atma menatap dalam pada Dokter Shela, dia ingin bicara tapi rasanya terlalu lemah hanya untuk mengucapkan satu kata saja. Laki-laki itu lebih memilih memejamkan mata kembali, fisiknya tidak memungkinkan untuk dia banyak bicara sekarang.
"Tidur yang nyenyak Atma, tapi jangan lupa bangun ya. Saya menunggu kamu sehat, nanti saya sendiri yang akan jadi Bridesmaids dalam pernikahanmu dengan Sera. Saya pamit dulu ya, masih ada pasien yang membutuhkan saya."
***
Sudah 2 hari Atma tidak mengganggu hari-hari Sera, gadis itu tampak gelisah sejak bangun tidur. "Kenapa, Sera? Kamu aneh banget sih,"
Tantenya yang tengah menyiapkan sarapan malah di buat gemas dengan keponakannya yang tiada lelah melamun sejak tadi. "Mending bantu Tante, sebentar lagi Ommu dan Shela turun untuk sarapan bersama."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Girl Mischief [The End]
Подростковая литература"Memohon atau mati," Caramel Clearesta merasa, hukuman terbaik adalah penyiksaan berakhir mati mengenaskan. Dirinya yang bagai bunglon, senantiasa bersikap tenang dan santai padahal memiliki ribuan trik mematikan. Di pacari seorang penguasa tidak m...