Gadis itu menatap nyalang pada Atma yang tersenyum manis, sudah 2 tahun Atma mengejar-ngejar dirinya tapi Sera yang mengenal tabiat Atma, tidak goyah sama sekali. Gadis itu mendorong dada bidang Atma yang semakin berani mendekatinya, dengan tatapan dingin, Sera meninggalkan Atma seorang diri.
"SERA! Sera tunggu gue dong,"
"Menjauh, Atma."
"Akhirnya lo sebut nama gue juga,"
Sera memutar bola matanya malas, gadis itu bergegas masuk ke dalam mobil yang sialnya, Atma mengikuti masuk ke dalam mobil. Andaikan Atma tidak memilki skandal sebagai fuck boy tukang ghosting, pasti Sera akan memikirkan ulang tentang pernyataan cinta Atma padanya 2 tahun lalu.
Pandangan Atma tersihir pada Sera, entah mengapa, berawal dari tantang teman-temannya, Atma malah terjebak sendiri oleh pesona mematikan Sera. Gadis itu beda dari para perempuan yang pernah menjadi korban Atma. Sera lebih dingin, sifatnya agak mirip dengan Kara yang juga dingin dan cuek pada sekitar.
Sudah sejak lama Atma taubat dari kebiasaannya memberi harapan palsu untuk para perempuan, fokus Atma sekarang hanya mendapatkan cinta dari Sera. "Lo udah dua puluh satu kan? Kita bisa nikah muda, Ser. Gue janji bakal membahagiakan lo dan anak-anak kita,"
Sera mendengus, gadis itu menyalakan mesin mobilnya dan melaju perlahan. "Menikah bukan cuma urusan bisa membahagiakan, At. Ada banyak syarat yang harus lo penuhi, termasuk kesiapan mental dan finansial dari kedua belah pihak."
"Gue siap mental dan finansial, Ser. Lo kan tau kalau gue udah jadi CEO di perusahaan keluarga gue, sebentar lagi gue juga wisuda S1."
"Itu lo, At. Gimana sama gue?"
Sera menghentikan mobilnya di halte tepi jalan, "Lo bisa turun. Ada banyak taksi yang akan lewat, gue harus cabut, At."
Lagi-lagi gagal, Atma mengembuskan napasnya kasar, laki-laki itu akhirnya turun dan membiarkan mobil mewah Sera pergi. Sera memutuskan untuk pulang ke rumah Tantenya saja daripada apartemen, karena kalau ke apartemen, Atma akan terus mendatanginya. Sera serasa di teror, dia tidak suka dengan semua tindakan Atma padanya yang lebih seperti obsesi.
Di halaman rumah Tantenya, Sera melihat ada mobil asing yang terparkir. Itu bukan mobil Tantenya atau pun Omnya, tapi Sera yang malas menebak, memilih langsung masuk saja ke dalam. "Tante, Sera pulang."
"Keponakan Tante yang paling cantik, ke sini, sayang."
Sera menghampiri Tantenya, dia cukup terkejut melihat kehadiran Dewa yang duduk dengan tegap. Sera menatap Tantenya, "Apa dia kekasih Shela, Tan?"
Shela adalah anak Tantenya Sera yang juga seusia dengan Sera, "Bukan kekasih Shela. Dia ini datang untuk kamu, Ser."
Terkejut? Sangat! Gadis itu menatap Dewa yang hanya tersenyum tipis ke arahnya, sosok Dewa yang terkenal dingin dan tak pernah memiliki kasus dengan perempuan mana pun, berhasil membuat Sera bertanya-tanya. "Dewa? Ada apa?"
Seperti paham akan situasi, Tante Sera izin ke dapur dengan dalih mengambilkan cemilan dan minuman untuk Sera. Sera dan Dewa yang di tinggalkan berdua langsung saling tatap, "Dewa?"
"Sierra Valeta Caesalpinia, izinkan gue menjadi bagian penting dalam hidup lo."
Bukan lagi terkejut, rasanya Sera seperti akan pingsan saat ini juga. Dia menatap Dewa, "Wa? Lo tahu kan kalau Atma juga suka gue? Dia udah ngejar gue selama dua tahun, enggak mungkin kan lo beneran suka sama gue?"
"Gue enggak bercanda, Sera. Gue serius,"
Sera menelan air liurnya dengan susah payah, "Persahabatan lo dengan Atma bisa aja hancur, Wa. Gue enggak mau jadi alasan kehancuran hubungan persahabatan kalian, sorry, Wa."
Dewa tersenyum sekilas, laki-laki itu berdiri, mengusap puncak kepala Sera sembari berucap. "Baik, terima kasih untuk jawabannya, Sera. Gue pamit ya, oh ya, di mana Tante lo?"
"Tante di sini, ganteng."
Dewa berpamitan pada Tante Sera lalu pergi meninggalkan Sera yang termangu di tempatnya.
***
Wajahnya pucat pasi, tubuhnya turut lemas tak berdaya di atas brankar rumah sakit. "Dok, kapan gue mati?"
Dokter yang selama 2 tahun terakhir menjadi Dokter langganannya tampak tersenyum, "Kamu pasti sembuh Mahatma Aswanta Bhagawanta."
Atma tertawa, "Tapi kondisi gue kebalikan dari apa yang lo bilang, Dok. Gue cape banget begini,"
Sejak mendapat diagnosa ada kanker darah dalam dirinya, Atma seperti kehilangan semangat hidup. Dia berhenti menjadi fuck boy, tapi ketertarikannya pada Sera, membuat Atma ingin dicintai gadis itu sebelum nyawanya terenggut kelak. Di satu sisi, Atma takut melukai Sera dengan kepergiannya jika gadis itu benar mencintainya.
Dan Atma bersyukur, sampai detik ini, Sera tidak juga mencintainya. Jika nanti Atma pergi, Sera tidak akan merasa kehilangan atau terluka kan hatinya? Sebab Sera tidak mencintai Atma, perjuangan Atma selama 2 tahun di tengah terpaan penyakit yang kadang anfal sampai harus masuk ruang ICU selama beberapa pekan. Atma sudah berteman dengan alat medis sejak 2 tahun terakhir.
"Ada yang ingin kamu sampaikan sebelum saya pergi karena ada pasien lain?"
Atma berpikir, "Dok. Nanti kalau gue mati, tolong lo sampaikan sama Sera, kalau gue tulus mencintainya. Gue enggak pernah benar-benar ingin mempermainkan dia, gue tulus cinta dia, Dok."
"Sera?" Kening Dokter itu berkerut samar, "Sierra Valeta Caesalpinia?"
"Dokter kenal?"
"Iya, dia sepupu saya."
Dokter yang selama 2 tahun ini menangani Atma adalah Shela, Dokter Shela yang tidak lain anak dari Tante Sera. Atma sendiri sangat terkejut, berarti setiap kali dia kontrol dan curhat tentang Sera pada Dokter langganannya, sama saja seperti Atma curhat tentang Sera pada sepupunya Sera sendiri. Aih.
"Kamu sejak kapan mencintai sepupu saya?"
Atma tersenyum miris, "Dari dua tahun lalu. Dia perempuan pertama yang gue cintai, Dok. Tapi dia enggak mencintai gue, kasihan banget ya jadi gue? Apa ini karma buat gue karena terlalu sering menebar harapan palsu ke banyak perempuan?"
Dokter Shela tersenyum, "Hidup di dunia pasti selalu ada timbal baliknya. Kamu yang sabar ya, kamu pasti sembuh dan bisa mendapatkan cinta dari Sera. Kamu harus semangat, jangan pernah putus asa. Karena apa? Karena saya akan selalu menemani proses kesembuhan kamu," Dokter Shela pamit pergi karena dia memang masih ada pasien.
Di tinggalkan Dokter Shela, Atma merenung. Andaikan yang menjadi Dokter adalah Sera, pasti Atma akan semangat 45 untuk sembuh dan melalui serangkaian pengobatan yang menyakitkan. Tapi sayangnya, jangankan jadi Dokter, Sera saja tidak tahu kalau laki-laki yang selama 2 tahun mengejarnya tanpa lelah, tengah menderita penyakit mematikan.
"Sera, apa salah gue berharap bisa bersama lo sedangkan kesembuhan hanya satu persen dari seratus persen. Kalau gue nyerah, lo benci gue enggak ya? Atau lo malah lega atas kepergian gue? Karena udah enggak ada yang ganggu lo,"
Ternyata, Dokter Shela belum benar-benar pergi. Dokter muda itu mendengar ucapan Atma dari balik pintu dengan tatapan kasihan, pasien yang di tanganinya sejak 2 tahun terakhir, memiliki semangat sembuh yang membara di awal tapi lama kelamaan, pasiennya itu kebanyakan ingin mati.
"Kamu pasti sembuh, Atma. Tuhan akan berbaik hati dengan memberikan kesembuhan padamu, berdoa lah."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Girl Mischief [The End]
Novela Juvenil"Memohon atau mati," Caramel Clearesta merasa, hukuman terbaik adalah penyiksaan berakhir mati mengenaskan. Dirinya yang bagai bunglon, senantiasa bersikap tenang dan santai padahal memiliki ribuan trik mematikan. Di pacari seorang penguasa tidak m...