52 - Surga Menanti

4.3K 160 1
                                    

Dengan telaten, Kara turun dari mobil bersama putra Asya dan Arga. Di saat itu juga, beberapa anak seusia Nayvadius Giovanno Hilbert, berlarian menghampiri. Mereka memeluk Kara secara bersamaan, membuat Kara tertawa pelan lalu mencium pipi anak-anak itu satu persatu dengan penuh kasih sayang dan ketulusan.

"MOMMY! I MISS YOU!"

"MOMMY HUG! HUG!"

"MOMMY I LOVE YOU!"

Ketulusan seorang Kara membuat semua anak kecil sangat lengket padanya, "Mommy juga merindukan kalian dan Mommy juga mencintai kalian, sini peluk."

Mereka kembali memeluk Kara, membuat seorang bocah laki-laki mengerucutkan bibirnya. "Mom melupakan aku," lirihnya dengan mata berkaca-kaca.

Kara tentu mendengar berkat telinga tajamnya, wanita itu terkekeh gemas pada anak laki-laki yang tampak cemburu. "Aduh sayangnya Mommy, sini peluk Mommy."

Anta berlari memeluk Kara, "Aku rindu Mommy."

"Mommy juga merindukan, Anta."

Semua anak kecil menyayangi Kara, tapi Kara tidak kunjung di beri kesempatan untuk mengandung kembali. Setelah mengantar anak-anak ke kelas mereka masing-masing, Kara masuk ke dalam mobil Arga. Mobil pun kembali melaju pergi, membuat Arga seseorang melirik Kara melalui spion dalam.

"Little girl, are you okay?"

"Iya," Kara menatap keluar kaca jendela, wanita itu memikirkan, begitu banyak dosanya selama ini sampai untuk memiliki anak kembali saja rasanya sangat sulit.

"Mau berlibur?" Tanya Arga seraya menepikan mobil, pria itu keluar dari kursi pengemudi lalu duduk ke kursi belakang tepat di samping Kara. "Hug?"

Tanpa kata, Kara langsung memeluk Arga, tangis wanita itu kembali pecah. Dia akan berubah menjadi wanita cengeng jika sudah berhubungan dengan anak, "Apa Reen memang tidak pantas memiliki anak?"

"Sstt, jangan bicara seperti itu, little girl. Kamu pasti akan punya anak, percayalah."

Di kursi depan, Asya hanya diam. Mau cemburu tapi Kara dan Arga adalah Paman dan keponakan, dia juga tidak bisa cemburu tanpa sebab seperti ini pada keduanya. "Tapi kapan, Uncle?"

"Sabar ya?"

Arga terus memeluk Kara sampai wanita itu ketiduran dalam dekapannya, Arga menatap Asya tak enak hati. "Asya, bisa gantikan aku menyetir?"

"Bisa," Asya langsung pindah ke kursi pengemudi, dia pun menyetir mobil sampai ke kediaman Dave.

***

Dave menatap sendu wajah tenang istrinya yang tengah terlelap, mata sembab Kara sudah menjelaskan segalanya. Hanya tentang anak yang membuat istrinya itu bisa menangis berhari-hari, "Sayang. Maafkan aku, kita pasti akan segera memiliki anak, percaya padaku."

Ddrrtt ....

Dave menatap ponselnya yang berdering, pria itu bergegas berdiri dan pergi ke balkon untuk menjawab panggilan. "Halo, Mam."

"Kamu di mana, Nak?"

"Di mansion, ada apa, Mam?"

"Bisa pulang ke kediaman utama? Ada hal penting yang harus Kakekmu sampaikan,"

Dangerous Girl Mischief [The End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang