2. BEING A SLAVE

83 10 2
                                    

Terhitung dari semenjak pertama masuk sekolah hingga dua semester terlewati, ternyata kepopuleran Cakra cukup bisa diacungi jempol. Dirinya sudah berhasil menjadi objek yang namanya sering disebut oleh warga sekolah terutama di kalangan kaum hawa.

Istilahnya dia sudah menjadi most wanted boy di sekolahnya.

Ya, bagaimana tidak? Popularitasnya sebagai atlet Taekwondo dengan berbagai macam medali, sudah berhasil memberikan bonus proporsi tubuh yang cukup menggiurkan bagi pasang-pasang mata yang haus standar.

Untuk tampang? Yaaa lumayanlah. Si remaja bermata coklat dengan bulu mata lentik ini memiliki kulit berwarna Tan dan rahang yang cukup tegas. Berbanding terbalik dengan kakaknya yang dilihat dari visual wajah malah terlihat lebih imut menggemaskan.

Untuk melihat seberapa populernya dia, lihat saja sekarang. Laki-laki itu sedang bermain basket dengan tampilan yang enggak keren-keren amat ‒menurut Raina‒, tapi dari setiap koridor kelas baik lantai atas maupun lantai bawah para gadis sedang tercengo-cengo menontoninya.

"Eh lo gebet aja itu si Cakra. Gak apa-apa berondong, toh dia ganteng bisa buat dipamerin." ucap salah satu siswi yang Raina lewati di koridor lantai atas.

Raina sudah cukup sering mendengar lontaran-lontaran kalimat seperti itu. Bahkan Raina pernah dibuat kaget ketika mendengar ada yang rela dijadikan selingkuhan yang penting bisa jadi pacar Cakra.

Sudah hilang memang kewarasan mereka.

"Padahal apa sih yang dilihat dari bocah itu, keren juga enggak. Slengean sama nyebelin mah iya." Gumam Raina sembari menggulirkan pandangan melihat seberapa banyak yang menatap 'lapar' pada adiknya.

Raina bergidik ngeri. "Bisa-bisanya mereka kepincut sama bocah yang suka melukin si botak," bisik gadis itu sebab takut ada yang mendengar ucapannya.

"Ya ampuuun Luhung kamu ganteng banget siiih..." lagi, ujar salah satu siswi dengan tangan dikepalkan di dada serta mata yang terlihat mendamba.

Sepertinya itu anak jurusan sebelah.

"huweeekk, ganteng darimananya?" Raina membatin.

"Eh Raina!"

"Hah?"

Gadis itu dikejutkan dengan tangan seseorang yang tiba-tiba menyentuh pundaknya.

"Bilangin sama adek lo dong buat follback gue di Instagram." Gadis tadi terlihat mengotak-atik ponselnya. "Nama akunnya veracallista255." lanjutnya sembari menunjukan ponsel yang berisi feeds Instagramnya pada Raina.

"hngg.. iya tar gue bilangin," Raina tersenyum canggung. "Udah ya gue buru-buru!" putusnya lantas buru-buru dia pergi dari sana karena malas sekali jika harus berlama-lama dengan fans dadakan Cakra.

Meski begitu, di sepanjang perjalanannya menuju perpustakaan tetap saja ada yang menghadangnya untuk menyampaikan hal-hal yang ditujukan pada adiknya.

Rasanya risih. Tidak nyaman. Hingga terbersit dalam benaknya ingin memiliki power invisibility untuk menghindari makhluk-makhluk berobsesi tinggi ini.

Tolong.. bebaskan Raina.

Kadang Raina merasa lelah sendiri kenapa orang-orang malah bilang ini itu padanya, padahal tinggal langsung bilang saja pada Cakra tidak usah menjadikannya perantara.

"RAINA!"

Seketika Raina menghentikan langkah. Rasanya darahnya sudah akan meletus bak lava dalam gunung merapi.

Gadis itu memejamkan mata sebagai representasi dari kejengahannya. Dia menarik napas dalam lalu menghembuskannya kasar.

"hhhh.. sabar, sabar. Awas aja kalo minta yang aneh-aneh gue gampar dah ini cewek!"

NO LONGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang