Butuh peluk untuk redakan sesak
Rasanya, sudah cukup dipaksa untuk kuat
Mari beranjak dari luka yang terlampau mengikat
Selebihnya, biarkan luka mencari jalan untuk obatnya~~~
D-Day.
Ujung dari segala bentuk proses belajar dan mengejar dari tiga tahun lalu akhirnya terbayarkan hari ini. Bertualang dengan segala rasa-rasa emosi remaja SMA, akhirnya, seragam putih abu itu resmi mereka tanggalkan diganti dengan busana serupa jati diri.
Euphoria begitu kental melingkupi wajah-wajah mereka. Sebab hari ini adalah jawaban dari perjalanan panjang yang sudah lama dinanti-nanti.
Seperti pecah telor!
Beberapa dari mereka ada yang terus bersorak, tertawa, menangis haru, beradu rasa bahagia bahkan bertaruh masa depan.
Proses pembentukan dan penentuan jati diri akan dimulai dari sini. Menggiring mereka pada jalur tumbuh dan beranjak. Mencari dan menerima. Menemukan dan ditemukan. Hingga mampu bermetamorfosis menjadi manusia utuh yang kokoh pada pendiriannya.
Gara sebetulnya ingin sekali melanjutkan kuliah musik di luar negeri. Bermimpi menjadi musisi yang dikenal dunia dengan karya-karya menakjubkan yang dia miliki. Namun jauh pada hal itu, ada beberapa yang belum siap dia tinggalkan di sini. Walau rasanya tetap sama; sepi. Tapi setidaknya, di sini ada satu yang menjadi harapannya agar tetap bertahan untuk terus di jalur aturan Tuhan.
Tidak masalah jika saat ini mimpi besarnya terpaksa harus sedikit terhambat. Yang satu itu bisa dia gapai di lain hari. Yang terpenting saat ini adalah dia harus menuntaskan perasaan yang tengah dia rasai. Ya, perasaan bahagianya tidak kalah besar dengan temannya yang lain. Hatinya tengah dilingkupi rasa lega. Dia sedikit tidak percaya bahwa dirinya mampu melewati sepi dan pahit selama tiga tahun ini.
Memang tidak dapat dipungkiri, sanggupnya, tidak lain hanya karena seseorang yang dia yakini sengaja Tuhan hadirkan meski -aromanya- tidak untuk dia miliki.
Dari tempatnya duduk Gara mencoba menjelajahi objek di sekelilingnya. Di sini, di lapang outdoor ini begitu ramai siswa-siswi berlalu-lalang terpantul netranya. Satu panggung megah di sana sengaja didirikan untuk mereka sejak kemarin. Hatinya sedikit tidak sabar karena hari ini dia akan kembali merasakan rasa bahagia satu panggung dengan Raina. Tidak sekedar petik-petik senar sembunyi-sembunyi. Tetapi benar bertindak sebagai pelakon vokal tanpa rasa takut dan ragu yang membuntuti.
Atensi Gara buyar ketika notifikasi masuk di ponselnya.
Gara tersenyum simpul mendapati pesan dari perempuan itu. Rasanya, akhir-akhir ini Tuhan begitu baik padanya. Hal-hal pahit yang selalu dia dapati, ternyata dia diberi ijin untuk cicipi apa itu rasa bahagia walau hanya seujung jari. Hubungannya dengan Raina pun dirasa semakin dekat. Dia senang menjadi seseorang yang selalu Raina andalkan. Menjadi alasan ketika Raina tertawa. Menjadi tempat bagi Raina berbagi lelah.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO LONGER
RomanceDalam sekejap takdir semesta seperti sedang mencemoohnya. Merangkulnya dengan fakta mengejutkan bak hantaman meteor tak kasat mata hingga sesakkan dada. Hantaman yang mampu mendorongnya paksa pada kubangan rasa tanpa daya. Menenggelamkannya bersama...