8. LOVE LANGUAGE I

34 3 0
                                    

Menjadi anak pertama bagi Raina terkadang susah-susah gampang. Apalagi punya adik yang kelakukannya sudah mirip dakjal. Tiap hari bisanya ganggu terus. Tidak pernah bisa membiarkan dirinya tenang barang sedetik pun.

But another lucky is... Raina punya adik bungsu yang bisa diajak kompromi untuk mengerjainya balik. Ya gimana, nasib mereka sama, sering sekali dijadikan objek kejahilan Cakra.

"KomaaAaaRrrRrr! mau bangun enggak?!" Pagi ini si gadis bermata coklat sedang mencoba membangunkan adiknya.

Saat ini posisi adiknya sedang meringkuk bergelung di bawah selimut dan memeluk erat boneka Marsha tanpa scarf di kepala.

Jika diamati dengan seksama, boneka itu cukup menyeramkan karena penampakannya yang botak hanya tersisa sedikit poni di depan serta mata belo dan gigi dua biji yang nongol.

Segala macam cara sudah Raina coba, dari mulai yang terhalus sampai yang terbrutal tapi tetap saja tidak memberikan efek apapun pada seonggok daging bernyawa di depannya ini.

"Wah parah nih kebo jadi-jadian kaga mau bangun." gadis itu bergumam sambil menatap laki-laki yang sedang tidur begitu pulas dan hampir membanjiri seluruh kasurnya.

Sekali lagi. "Ca... Ca..." Raina menarik napas, "CACA MARICA, HEY HEY!" Lanjutnya dengan dua kali tamparan di pantat sesuai ketukkan.

Namun hasilnya, tetap saja.. dia pulas.

Maka, saat ini dia mencoba membangunkannya dengan cara yang lebih gahar dengan mendorong-dorongnya sampai seonggok daging itu bergeser ke tepi ranjang.

"ck, bugang puguh deui sia teh teu hudang-hudang," gadis itu berdecak seraya geleng-geleng.

Karena jengah melihat adiknya yang tidak ada hilal bangun sama sekali, tiba-tiba gadis itu tersenyum mencurigakan. Perlahan wajahnya dia dekatkan di telinga Cakra.

Dan,

"CAKRAAAA ADA KEBO MATI SURI!!!" Raina berteriak hingga membuat seonggok daging bersendi itu tiba-tiba melotot lantas berubah menjadi makhluk bernyawa.

GUBRAK!

Raina berhasil menumbangkan makhluk itu hingga bersentuhan dengan ubin lantai.

Pemuda itu langsung berdiri clingak-clinguk mencari-cari apa yang diucapkan Raina, "HAH? Mana teh kebonya udah idup lagi!?"

Wajahnya kentara sekali menunjukan kondisi antara bernyawa dan tidak. Tatapannya masih mengambang, menelisik ke sekeliling kamar membuat kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan sebagai bentuk pemastian.

Dengan sekali tarikan Raina membawa adiknya menuju standing mirror di dekat nakas.

"Nah, ini kebonya lagi ngaca. Keliatan gak di mata lo?" jawab Raina sambil melihat pantulan wajah adiknya yang nampak sekali kebodohannya.

Cakra sekilas menoleh pada kakaknya, lalu kembali melihat kaca seraya mengucek-ngucek matanya.

Puk!

Boneka botak itu mendarat di wajah Raina. "si bangsat, maksud lo gue kebonya gitu?!"

"HAHAHAHAHA," Raina terbahak kemudian hingga membuat lututnya mleyot seperti jelly.

"lo ganggu orang tidur aja dah!" Cakra menggerutu dengan sedikit kerutan dikeningnya lantas kembali naik ke atas kasur dengan tidak lupa memungut kembali boneka botak tadi.

Baru akan bergelung kembali dengan selimutnya, Raina berhenti tertawa. Wajahnya berubah ke mode serius buru-buru menarik selimut laki-laki itu, "ganggu tidur mate lu pecak bambhank. Lo liat sekarang udah jam enam. Lo mau jadi pajangan lapangan hah?!" gadis itu menjawab dengan bersungut-sungut.

NO LONGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang