9. LOVE LANGUAGE II

25 3 0
                                    

Setelah sesaknya mengikuti berbagai macam mata pelajaran, akhirnya mereka sampai di bagian ini. Jam pelajaran terakhir. 

Di jam pelajaran terakhir ini mereka hanya diberi tugas untuk mengerjakan beberapa soal yang sudah dikirim oleh gurunya ke e-mail masing-masing. Maka dari itu, mereka begitu heboh saling contek sana-sini.

Raina melirik jam di tangannya, ternyata waktu menuju bel pulang sekolah masih sekitar setengah jam lagi. Sudah dipastikan mereka semua akan ada yang menyelinap untuk pulang duluan melalui jalur rahasia.

Ya faktanya, meskipun kelas Raina adalah salah satu kelas unggulan di sekolahnya, tapi hal itu tidak menjamin para siswanya menjadi kaum 'lurus'. Layaknya remaja pada umumnya, mereka pun punya kadar kenakalan yang berbeda.

Sebab unggul, bukan berarti tidak nakal bukan? Begitupun sebaliknya, yang nakal, bukan berarti bodoh bukan? Karena biasanya kita semua hanya berfokus pada cover, tidak dengan isi.

Drtt.. drrt..

Ponsel Raina bergetar.

Raina tersenyum simpul

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Raina tersenyum simpul. Dia kembali melirik jam yang melekat di tangan kirinya, ternyata tinggal beberapa menit lagi bel pulang sekolah berbunyi.

"Ce, lo balik sama siapa?"

"Dijemput Kak Fasha, kenapa emang?" jawab Eilla yang sudah menyapirkan tas totebag dipundaknya.

Raina mengangguk, "Oh, enggak. Kalo harus naik ojol gue tungguin dulu gitu biar lo gak sendirian."

Hari ini kebetulan Eilla memang tidak membawa kendaraan, sedang di service katanya.

"Utututu, sweet banget sih temen gue ini," Eilla berujar dramatis dengan memberikan tatapan seolah sangat terharu hingga membuat Raina terkekeh, "Gak apa-apa, lo langsung pulang aja sekarang kak Fasha lagi di jalan mau kesini katanya dosennya gak ada." Sambungnya lagi.

"Oke deh, abis ini gue langsung ke kelasnya Raka aja ya. Lo beneran kan gak apa-apa di tinggal sendirian?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan sebab dia merasa tidak enak jika harusmeninggalkan temannya untuk pulang lebih dulu.

"Iyaaaa, beneran Raina. Lo tuh kebiasaan deh suka gak enakan gini." Jawab Eilla dengan wajah seriusnya.

KriIiiiiIiing..

Akhirnya.. suara itu berbunyi.

Suara yang mampu membuat seluruh siswa berhamburan keluar kelas. Keluarnya mereka bak segerombolan anak ayam yang keluar dari kandang untuk cari makan, berdesak-desakan semacam takut kehabisan.

Raina menyampirkan tasnya di pundak lantas berdiri, "No, Ce, gue duluan ya." katanya. "Eh, Chio kemana?" ujarnya lagi setelah tersadar melihat kursi di samping Nino tak berpenghuni.

"Tadi keluar dipanggil Bu Nina." jawab Eilla.

Raina mengangguk paham.

"Hati-hati Rain." timpal Nino yang masih duduk di kursinya.

NO LONGERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang