Siang ini suasana kelas Raina sedang tidak kondusif. Ah ralat. mungkin bukan hanya kelas Raina tapi juga terjadi dengan kelas-kelas lainnya. Mereka si pemilik bangku-bangku penuh coretan di atasnya sudah melakukan table visit kemana-mana.
Biasalah, surganya para siswa adalah saat guru-guru yang tiba-tiba mengadakan rapat. Apalagi katanya rapat sekarang akan sangat menyita banyak waktu karena sedang mendiskusikan perubahan kurikulum. Semoga saja sampai jam pulang sekolah.
Begitu harapannya.
Di salah satu kelas dua belas terlihat siswa-siswinya sedang sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Mereka tampak sedang menikmati kekosongan jam yang jarang-jarang mereka dapatkan. Rasanya, ini adalah waktu yang tepat untuk mereka berpesta kebebasan.
Sejauh ini, masing-masing dari mereka ada yang sedang mengerjakan tugas, ghibah oppa-oppa Korea, menyemili kuwaci, pun ada yang sedang menyulam khayalan dengan mata terpejam.
Dari seisi kelas yang sedang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing, di sudut sana ada segerombol anak yang aksinya cukup menyita perhatian.
Mereka, seolah sedang menggelar kontes band dadakan. Mengalunkan melodi-melodi yang berhasil meraup atensi pada dua insan beda gender yang sejak tadi --mungkin-- sudah hampir lima lagu mereka senandungkan.
There's no religion that could save me,
No matter how long my knees are on the floor,Sepasang mata bobba eyes-nya terus menatap Raina dengan tatapan yang.. syarat akan pemujaan.
Tatap itu terus terkunci pada dua bola mata coklat yang sudah menjadi ciri khasnya. Seolah dirinya sedang menyelami hal paling syahdu di muka bumi pada sepasang bola mata si empunya. Dia tengah tenggelam pada sosok perempuan yang mampu mengubah pusat gravitasinya.
Menyadari dirinya sedang ditatap begitu lekat, Raina membalas tatapan laki-laki itu sambil terus bernyanyi dan.. tersenyum.
Sangat manis.
Kolaborasi ini menggiring laki-laki itu pada perasaan yang tidak seharusnya dia rasa. Membawanya pada letupan-letupan yang tidak boleh dia tunjukan. Dan memaksa perasaan itu untuk tetap diselimuti sikap seolah tak ada magnet ketertarikan.
Diantara mereka, hanya Nino yang sadar dengan situasi antara mereka berdua.
So keep in mind all the sacrifices I'm makin'
Will keep you by my side
Will keep you walkin' out the doorPetikan senar halusnya terus mengiringi alunan suara Raina. Begitu lembut menyelusup pada indera penangkap suara, bagai hembusan angin yang membelai dedaunan. Kidungnya berhasil menjadi candu untuk mereka si penikmat melodi tertata.
Kolaborasi Raina dan si pemilik bobba eyes memang selalu ditunggu-tunggu oleh mereka karena nada-nada yang mereka alunkan selalu menjadi adiksi yang sulit dihindari.
Hal itu terbukti dengan atmosfer kelas yang berangsur hening. Senandungnya sudah berhasil menggeser fokus teman-temannya hanya pada mereka berdua. Tanpa terkecuali. Mereka seakan dijadikan pengamatan yang tidak boleh terlewatkan.
Pun, entah sejak kapan Nino berhenti bertalu-talu pada meja di hadapannya.
Situasi ini seperti disulap menjadi konser akustik dadakan. Berpasang-pasang mata bak menjadi lampu sorotan untuk special stage keduanya.
Cause there'll be no sunlight
If I lose you, babyDia ikut bersenandung bersama Raina, berbaur dalam untaian nada-nada yang Raina lafalkan. Dari sudut pandang manapun, ini adalah pemandangan yang harus diabadikan, lantaran sekarang jarang-jarang Raina mau menyedekahkan suara merdunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NO LONGER
RomanceDalam sekejap takdir semesta seperti sedang mencemoohnya. Merangkulnya dengan fakta mengejutkan bak hantaman meteor tak kasat mata hingga sesakkan dada. Hantaman yang mampu mendorongnya paksa pada kubangan rasa tanpa daya. Menenggelamkannya bersama...