🕊️ EXTRA PART

1.5K 90 19
                                    

Beberapa tahun kemudian ....

Langkahnya terlihat sangat terburu-buru, bahkan raut wajahnya pun tampak mencemaskan sesuatu. Usia yang sudah tak lagi muda, membuat perempuan itu tak bisa berlari dengan cepat memasuki gedung sekolah. Bahkan kedatangannya membuatnya menjadi pusat perhatian karena memang Ia terkenal sebagai donatur utama sekolah favorit ini.

Setelah tiba di depan ruang kepala sekolah, Ia mengetuk pintu itu sebelum akhirnya Ia dipersilahkan untuk masuk.

"Silahkan masuk dan duduk, Bu Anantha," ujar kepala sekolah tersebut.

"Iya, Pak. Terima kasih," jawab Anantha lantas duduk di samping seorang remaja laki-laki yang tengah menunjukkan wajah datar sedatarnya itu.

Anantha menoleh sejenak ke arah putranya, Ia menatapnya kesal. Ia sangat yakin jika laki-laki itu kembali berbuat masalah.

"Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih karna Ibu mau datang ke sekolah ini," ucap kepala sekolah itu yang membuat Anantha mengalihkan pandangannya ke pria setengah baya tersebut.

"Ah iya, Pak. Jadi, alasan saya dipanggil ke sini kenapa, ya?"

Kepala sekolah itu tampak menghela napasnya pelan. "Seperti biasa, Bu. Kaivan anak Ibu kembali membuat masalah di sekolah, sehabis istirahat tadi dia dan dua temannya membolos jam pelajaran dan merokok di rooftop sekolah lalu mengerjai seorang siswi dengan menguncinya di kamar mandi yang rusak, saya memanggil Ibu ke sini karna kami dari pihak para guru sudah tidak bisa memberikan hukuman yang membuatnya jera, karna setiap guru BK ataupun saya memberinya hukuman, dia hanya menganggap semua itu hal sepele," jelas kepala sekolah itu yang sontak saja membuat Anantha menatapnya seolah tak percaya.

Ia pun kembali menatap Kaivan dengan marah. "Kamu apa-apaan sih, Van? Kamu--"

"Apa, Ma? Mama mau marah? Silahkan," sela Kaivan dengan gaya songongnya.

"Saya mengatakan ini bukan untuk membuat hubungan Ibu dan Kaivan jadi bermasalah, tapi karna sikap Kaivan yang terus-terusan seperti ini, akan membuat nilai bagus dia tercemari karna perilaku minusnya. Kaivan itu adalah anak yang paling pandai dan cerdas di sini, tapi kami tetap tidak bisa menjamin nilainya akan sempurna kalau perilakunya masih tetap buruk dan tidak bisa diubah," papar kepala sekolah.

"Ya lagian Bapak siapa sih? Bapak itu bukan orang tua saya, ngapain ngatur-ngatur saya harus ini itu?" timpal Kaivan yang langsung mendapat cubitan dari Anantha.

Kepala sekolah itu yang memang sudah hafal dengan sikap muridnya tersebut hanya mampu menggelengkan kepalanya.

"Eum ... sebelumnya saya mewakili anak saya, mau mengucapkan banyak sekali permintaan maaf yang sebesar-besarnya karna perilaku buruk yang selama ini anak saya perbuat, Pak. Bahkan bukan sekali atau dua kali tetapi, lebih dari itu. Jadi, karna memang ini mungkin agak merugikan sekolah atau penilaian Bapak, saya akan mencoba berbicara dengan anak saya dan mengambil keputusan tegas," jelas Anantha.

Kepala sekolah itu mengangguk paham. "Baiklah, Bu Anantha. Jika itu cara Ibu, saya sebagai kepala sekolah di sini hanya bisa berharap agar Kaivan bisa cepat berubah lebih baik lagi."

"Iya, Pak. Sekali lagi saya meminta maaf dan sekarang saya mohon pamit untuk membawa Kaivan pulang dan menyelesaikan masalah ini," tutur Anantha.

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang