🕊 Bagian 5

1.8K 140 9
                                    

Hubungan itu dijalani dua orang yang sama-sama saling memperjuangkan, bukan hanya satu orang yang berjuang dan satu pihak hanya bertingkah seenaknya tetapi merasa dirinyalah yang benar-benar pejuang.

----

Perlahan, sinar matahari mulai menenggelamkan silaunya, di balik kepergiannya yang terhalang oleh langit jingga, terdapat semburat senja terlihat mempesona. Di atas hamparan pasir putih, dengan pemandangan lautan yang tampak tenang, Azka dan Anantha menghabiskan waktu bersama sore ini di pantai.

Kali ini tak ada Kaivan, sebab Azka sendiri yang meminta. Azka tidak mau kejadian kemarin malam sesaat Kaivan menggagalkan misi romantisnya bersama Anantha kembali terulang. Dengan bujukan maut, akhirnya Anantha pun mengiyakan agar tidak membawa Kaivan.

"Sayang?" Anantha menoleh sesaat merasakan tangan kirinya digenggam hangat oleh tangan Azka yang berukuran lebih besar darinya.

"Kenapa, Mas?" tanya Anantha.

Azka menoleh sejenak ke arah istrinya, kemudian kembali mengalihkan pandangannya ke arah senja di depan sana.

"Kamu itu memang indah seperti senja, tapi kamu lebih istimewa darinya." Anantha mengerutkan dahinya.

"Kenapa gitu?" Mendengar pertanyaan sesuai dengan harapannya, Azka memposisikan tubuhnya hingga condong ke arah Anantha. Ia menatap manik mata indah Anantha seraya tersenyum tampan.

"Karena kalau senja, dia akan pergi sesaat menjelang malam, tapi kamu akan tetap bersama aku dan nggak akan pernah ninggalin aku sampai kapanpun itu," tutur Azka yang disambut rona malu di kedua pipi Anantha.

"Ih ... apa sih, Mas. Gombal!" ucap Anantha malu-malu seraya mengalihkan pandangannya dari tatapan Azka.

Melihat istrinya yang salah tingkah, Azka menahan rasa gemasnya ingin menghujani seluruh wajah istrinya dengan ciuman. Ia masih cukup sadar di mana mereka sekarang.

"Sayang, lihat aku dong," pinta Azka.

Anantha menggeleng. "Nggak! Nanti kamu gombali aku lagi, aku kan malu, Mas!" omel Anantha dengan bibir yang Ia kerucutkan dan tentunya menambah kesan menggemaskan.

Azka terkekeh. "Enggak, sayang. Mas mau ngomong sesuatu sama kamu," tutur Azka.

Anantha pun akhirnya menurut, Ia kembali menghadapkan tubuhnya ke arah Azka dan menatap laki-laki itu seperti awal.

"Kenapa, Mas?"

"Makasih ya, kamu udah mau menemani laki-laki kaya aku, yang sampai sekarang belum bisa menjadi suami sempurna buat kamu. Tapi, aku bangga punya istri kaya kamu, sayang. Kamu bisa ngertiin aku, kamu bisa menjadi rumah untuk seorang suami sekaligus seorang sahabat, aku nggak minta apapun dari kamu, hanya satu, An. Jangan pernah tinggalin aku, apapun yang terjadi." Anantha tersenyum manis kemudian membalas genggaman suaminya.

"Mas, gimana bisa aku ninggalin kamu sedangkan hati aku sudah benar-benar mencintai kamu. Terlebih lagi, Allah juga sudah mengaruniai kita Kaivan sebagai penguat cinta kita, gimana bisa aku melakukan hal buruk itu? Nggak akan mungkin, Mas." Mendengar itu, Azka lantas tersenyum bahagia kemudian mendekap Anantha seraya mengecup lembut pucuk kepala istrinya.

Di sela-sela keromantisan keduanya, Azka teringat akan sesuatu.

"Sayang?"

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang