🕊️ Bagian 29

694 65 4
                                    

Kisah Rumah Seseorang yang bercahaya

      Habib Umar bin Hafidz

Dari rumah rumah yang penghuninya baca quran, berdzikir, ratib dan bersholawat, cahaya yang lebih terang hingga ke langit adalah cahaya dari rumah oran ni Dee g yang bersholawat kepada Baginda Rasullullah ﷺ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّد وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّم

----


Perlahan, Anantha menuruni beberapa anak tangga untuk menyusul suami dan anaknya yang berada di ruang tengah di mana tempat keluarganya berkumpul. Sore ini Jakarta tengah diguyur hujan yang lumayan lebat, membuat siapapun enggan untuk keluar rumah. Hal itu juga tentu saja membuat Anantha mengidam-idamkan semangkuk bakso untuk menghangatkan perutnya.

"Lho, Kaivan. Kamu sendirian aja, Papa mana?" tanya Anantha ketika melihat putranya tengah menonton televisi seorang diri.

Kaivan menoleh, melihat mamanya yang berjalan ke arahnya.
"Papa tadi nemenin Kaivan, Ma. Tapi barusan aja Papa bilang ada kerjaan, ya udah deh Papa pergi ke ruang kerjanya," jawab Kaivan.

Anantha mengangguk paham. Namun, seketika Ia mempunyai ide untuk memberitahu kabar tentang kehamilannya sekarang juga. Sebab, Kaivan juga sedang tidak dalam mode rewelnya. Jadi, Ia dan Azka mempunyai waktu berdua.

"Ya udah, kalau gitu Kaivan di sini dulu ya. Mama mau nyamperin Papa kamu bentar, nanti kalau liat Bibi tolong bilangin suruh buatin Mama bakso ya, sayang?" Mendengar itu, Kaivan mengangguk dengan mulut yang penuh keripik ketela.

"Makasih, sayang!" Karena tak mampu menjawab sebab mulutnya yang masih sibuk mengunyah, Kaivan hanya mengacungkan satu ibu jarinya bermaksud oke.

Anantha pun lantas pergi dan memutuskan untuk ke ruang kerja suaminya. Ia tidak sabar untuk memberitahukan kabar bahagia ini. Ia yakin Azka juga akan sebahagia dirinya.

Kini, langkahnya telah berhenti ketika Ia sudah berada di depan pintu ruang kerja Azka. Tangan kirinya terulur untuk mengetuk pintu tersebut.

"Aku udah bilang, An. Jangan gila kamu! Pake dong hati kamu, kamu juga harus mikirin perasaan aku dan Anantha, jangan seenaknya memutuskan hal yang bahkan aku sendiri sama sekali nggak setuju akan hal itu!"

Mendengar suara Azka dengan nada marahnya, Anantha mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu. Ia begitu penasaran kenapa Azka bisa semarah ini? Pikirnya.

"Apapun alasan kamu, aku nggak akan mau nurutin permintaan konyol kamu ini, Andhara!"

Semakin tak bisa menahan rasa penasarannya, Anantha langsung membuka pintu tersebut tanpa izin.

"Permintaan apa, Mas?"

Suara Anantha seketika membuat Azka langsung menatap ke arah pintu yang di sana terlihat istrinya menatapnya penuh tanya.

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang