🕊️ Bagian 16

924 102 19
                                    

"Bencilah saudaramu yang berbuat buruk, tapi janganlah kau benci orangnya. Bencilah dosa sepenuh hatimu, tapi maafkan dan sayangilah saudaramu yang berbuat dosa. Kritiklah pembicaraannya tetapi hormatilah saudaramu yang bicara. Karena tugas kita menghilangkan penyakit, bukan menghilangkan orang yang sakit."

•Imam Syafi'i ( Rahimahullah )•

----

Malam ini terlihat lebih terang, seakan bulan dan bintang tengah berbahagia memberikan cahayanya. Di sebuah taman yang berukuran lumayan luas, di atas rumput manila tersebut, terlihat Anantha, Azka, dan Kaivan tengah berbaring dengan posisi Kaivan berada di tengah-tengah antara Anantha dan Azka.

Tatapan keduanya tampak lurus memandangi deretan bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Malam itu tak begitu dingin, hingga membuat ketiganya masih bisa menahan hawa malam tersebut.

"Mama, Papa!" panggil Kaivan.

"Ya sayang?" jawab Anantha.

"Kaivan ngantuk nih, Papa sama Mama belum mau tidur?" tanyanya.

"Ya udah, Van. Kalau kamu udah ngantuk banget Mama anterin ke dalam ya, Mama sama Papa belum mau tidur," ujar Anantha.

"Atau Papa panggilin Bibi biar ke sini?" tawar Azka.

Kaivan menggeleng, merasa tidak setuju dengan usulan kedua orang tuanya. "Kaivan bisa pergi ke dalam sendiri kok, Mama sama Papa di sini aja. Okey?"

"Beneran? Nggak mau Mama atau Papa anterin sampai kamar?" Kaivan mengangguk lucu.

"Ya udah deh terserah Kaivan," tutur Anantha.

Kaivan lantas bangkit dari posisi berbaringnya kemudian melangkah sedikit cepat masuk ke dalam, meninggalkan Anantha dan Azka di sana. Setelah kepergian Kaivan, Azka meraih tangan Anantha lalu menggenggamnya.

Keduanya saling menatap dengan posisi yang masih sama, seulas senyum terpancar menghiasi wajah mereka. Tak berlangsung lama, keduanya kembali memusatkan pandangannya ke arah langit.

"Jangan pernah tinggalin aku ya, sayang?" tutur Azka.

"Aku enggak akan pernah pergi kecuali kamu yang memintanya sendiri, Mas. Tapi, aku juga akan pergi kalau suatu saat kamu benar-benar melukai perasaan aku," tutur Anantha yang entah kenapa membuat Azka diam.

Azka melepas genggamannya, Ia lantas duduk yang disusul oleh Anantha. "Kenapa, Mas?" tanya Anantha dengan kerutan bingung di dahinya.

"Mas mau ngomong sesuatu sama kamu, An." Mendengar itu, tentu saja perasaan Anantha tiba-tiba berubah tidak enak, Ia merasa suaminya akan membicarakan sesuatu hal yang penting.

"Mas mau ngomong apa?" tanyanya.

"Tapi, kamu harus janji jangan marah sama Mas ya?" peringat Azka yang semakin memperdalam kerutan di dahi Anantha.

"Ya tergantung Mas mau ngomong apa, ngomong aja, Mas."

Azka tampak ragu-ragu, tetapi Ia sedikit yakin jika istrinya tersebut pasti akan memahaminya. "Tadi sore, Andhara telfon aku," jeda Azka.

Anantha yang mendengar nama Andhara keluar dari bibir suaminya, merasakan hatinya kembali dikuasi oleh rasa cemburu.

"Andhara ngomong apa sama kamu?" tanya Anantha dengan nada suara yang sudah berbeda.

"Besok dia mau ngajak aku makan malam, sayang. T--tapi kamu tenang aja kok, dia ngizinin aku ajak kamu sama Kaivan juga. Kamu mau kan?" tutur Azka.

Anantha diam sejenak, Ia terlihat mempertimbangkan ajakan tersebut. Jika Ia menolak untuk ikut, Ia sama saja membiarkan suaminya jalan berdua dengan perempuan lain. Jika dirinya melarang Azka, pasti laki-laki itu berpikir kalau Ia terlalu mengekang. Namun, jika dirinya mengiyakan, Ia takut kalau Andhara bisa seenaknya dengannya.

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang