🕊️ Bagian 32

689 78 6
                                    

Penyesalan terbesar keduaku ketika, aku menyerahkan semua kepercayaanku pada seseorang yang berkali-kali menyakitiku.

- Anantha -

---

Dalam temaram lampu yang redup, di tengah sunyinya malam, dan ditemani rintikan hujan yang seolah ikut menangis melihat keadaan ibu satu anak tersebut. Sudah hampir tengah malam Anantha masih setia duduk di bawah ranjang dengan kaki tertekuk dan kedua tangan yang memeluk kakinya.

Matanya sembab, wajahnya terlihat merah akibat menangis. Pintu kamar pun berkali-kali diketuk oleh Azka tetapi, Ia tak menghiraukannya. Hatinya terlalu sakit atas apa yang Azka lakukan.

Apa ini arti dari cinta kamu, Mas?

Kenapa kamu berkali-kali menyakiti aku dengan alasan yang sama, yaitu karna perempuan lain.

Hanya seginikah rasa sayang dan cinta kamu? Demi Tuhan, aku bener-bener kecewa sama kamu, Mas.

Walaupun kamu belum secara langsung mengambil keputusan, aku sudah melihat keputusan tersebut dari mata kamu.

Apakah kamu akan benar-benar memilih untuk kehilangan aku? Enggak! Kamu nggak bisa ngelakuin itu, Mas. Kamu nggak boleh menikahi Andhara, kamu cuma milik aku! Hanya aku!

Anantha semakin menangis, kepalanya terasa pening. Ia takut jika Azka akan tetap menikahi Andhara dan memilih untuk kehilangannya.

Ia menatap ke arah perut buncitnya, Ia mengusapnya lembut.
"Anak ini, Mas. Apa kamu sama sekali nggak mikirin calon anak kita? Apa anak yang Andhara kandung lebih berarti buat kamu daripada darah daging mu sendiri ini?"

Ya Allah, kuatkan hamba.

"Kemana janji kamu, Mas? Kamu sudah berjanji nggak akan mengulangi kesalahan kamu lagi, tapi ini apa?"

Anantha menutup wajahnya, isakan pilunya terdengar jelas di tengah sunyinya malam. Hingga akhirnya Ia memegangi kepalanya yang semakin berdenyut. Bibirnya juga sudah terlihat begitu pucat dan raganya terlihat lemah.

"Astagfirullah," gumam Anantha yang semakin tak bisa menahan rasa pusingnya sampai tiba-tiba ....

Bruk!

Semuanya gelap dan Anantha kehilangan kesadarannya.

---

Laki-laki itu terlihat mondar-mandir di depan ruang UGD seorang diri. Wajahnya tampak pucat karena khawatir dengan sang istri yang tengah dirawat oleh dokter di ruangan. Ia bahkan merasa takut jika sampai istri dan calon anaknya terjadi sesuatu hal buruk.

Azka bersyukur karena tadi Ia nekat mendobrak pintu kamar sebab kunci cadangan kamarnya tengah hilang. Mungkin, jika Ia tak mencurigai tangisan Anantha yang tiba-tiba tak terdengar lagi, bisa saja Anantha akan pingsan sampai besok dan calon anak mereka terjadi hal buruk.

Maafin aku, sayang. Aku udah buat kamu kaya gini. Batin Azka.

Azka mengusap wajahnya gusar, ini sudah hampir satu jam tetapi dokter juga belum keluar. Padahal dirinya di sini sangat mengkhawatirkan keadaan istrinya. Ia bahkan sampai mengabaikan panggilan telepon Andhara, Ia jadi muak dengan perempuan itu.

Nikah Dadakan 2 [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang