Dua minggu setelah Inaya dan Garion kembali bertemu dan memadu kasih dengan segala percekcokan dan perdebatan karena Garion yang begitu cemburu dengan idola-idola Inaya, mereka kembali disibukkan dengan realita yang mau tak mau harus mereka hadapi.
Selama dua minggu kemarin, hampir setiap malam Garion menginap di apartment Inaya dan itu sedikit membuat Inaya kerepotan karena sudah dipastikan mereka akan bercinta berkali-kali hingga subuh dan akan bangun terlambat esok harinya, dan itu benar-benar melelahkan.
Garion sengaja melakukan itu agar pacar cantiknya itu tidak lagi menghilang tanpa kabar dan berakhir dengan luka-luka, lebam-lebam yang terukir indah pada tubuh sempurna kekasihnya. Garion yang kerap kali ingin menanyakannya selalu ia urungkan karena memang pacar cantiknya itu selalu mengalihkan pembicaraan setiap kali Garion ingin membahasnya.
Menyimpan beban hidup sendiri itu benar-benar menyiksa. Selain bingung untuk menyelesaikannya, kita pun butuh seseorang untuk setidaknya membantu mencari jalan keluar. Karena pada dasarnya kita ini mahkluk sosial.
Dari semua kejadian yang menimpa Inaya beberapa bulan yang lalu, tidak ada satupun yang tahu tentang kejadian menyeramkan itu, kecuali orang-orang yang terlibat dalam masalah kemarin.
Bukan, bukannya Inaya tidak mempercayai sahabat-sahabatnya atau bahkan pacarnya. Hanya saja, Inaya terlalu takut kehilangan orang-orang yang selama ini mendukungnya jika Inaya bercerita tentang semua kejadian yang dia alami. Siapa yang mau berteman atau berdekatan dengan orang yang penuh dengan masalah yang cukup pelik seperti Inaya?
Kehilangan ibu, dibenci oleh nenek dan ayahnya sendiri. Menjadi incaran adik tiri dan mantan kekasih yang masih terobsesi akan dirinya. Kehancuran Cafe-nya yang sudah dia bangun dengan susah payah. Pacar yang sesekali selingkuh. Siapa yang masih mau berdekatan dengan orang penuh masalah sepertinya?
Mungkin memang masih ada yang mau berteman atau bahkan berdekatan dengannya. Namun, Inaya tidak ingin mengambil resiko. Sudah cukup ia kehilangan semuanya selama ini.
Seperti sekarang. Inaya yang sedang fokus untuk mengembalikan Cafe-nya yang hancur terus menerus berdoa agar semuanya berjalan dengan lancar. Untung Inaya selalu diajarkan menabung sejak kecil oleh sang Bunda sehingga uang-uang yang selama ini Inaya punya bisa membantu untuk memperbaiki Cafe-nya yang tidak karu-karuan bentuknya.
"Mbak, maaf banget ya. Saya bener-bener gak tau kejadian ini mbak" ucap Reno salah satu pegawai Inaya yang ia percayai.
"Gapapa Ren. Namanya juga bisnis. Pasti ada aja orang-orang yang sirik atau bahkan kejadian-kejadian kayak gini" ucap Inaya sambil tersenyum tipis.
Setidaknya, Reno tidak bertanya kejadian sebenarnya yang membuat tempatnya mencari uang ini hancur.
"Tapi beneran deh mbak, orang yang ngehancurin Cafe ini jahat banget pasti mbak. Bener-bener ga berprikemanusiaan! Tunggu aja karmanya dari Allah" kata Reno sambil menggeleng-gelengkan kepalanya heran.
"Maafin aja ya, Ren." ucap Inaya lalu menepuk pundak anak buahnya itu pelan.
"Mbak Ina terlalu baik!"
Inaya terkekeh pelan mendengar ucapan Reno. Mau bagaimana lagi? Marah pun tidak akan membuat Cafe ini kembali berdiri kokoh, mau marah pun tidak akan membuat masalahnya selesai. Ia hanya harus menerimanya dengan lapang dada, dan menunggu tangan Tuhan yang bekerja atas semuanya.
"Oh iya mbak. Waktu kejadian Cafe ini hancur. Mbak kemana? Saya tungguin gak muncul-muncul. Saya juga sempet telfon mbak berkali-kali tapi gak aktif terus" kata Reno yang membuat Inaya terbungkam.
"S-Saya bener-bener sibuk buat nyelidikin khasus ini. Tapi ternyata emang tangan orang yang sirik sama saya aja yang ngelakuin semua ini" jelas Inaya sambil berdoa dalam hati semoga anak buahnya itu percaya dengan ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dive
Random⚠️21+⚠️ Backstreet? Apa enaknya sih dari hubungan sembunyi-sembunyi? Merasa tidak diakui oleh kekasih sendiri. Sedangkan Obsesi dan Posessive? Apa enaknya memiliki pasangan yang sangat terobsesi dengan kita? Dikekang sana-sini. Dikejar-kejar layakn...