Sudah dua minggu sejak kejadian di hotel itu, Inaya kembali beraktifitas seperti biasanya. Pergi ke kampus pada pagi hari, pulang pada sore hari, dan berjalan-jalan bersama teman-temannya pada malam hari.
Kadang bahkan teman-temannya yang datang untuk menggeledah apartment Inaya kadang juga menginap hingga mereka terlambat datang ke kampus. Untungnya, tadi malam mereka tidak datang. Sebetulnya karena Inaya mengarang alasan bahwa ia akan pulang kerumah orangtuanya.
Tapi sebenarnya, Inaya membutuhkan waktu sendiri, waktu untuk menenangkan hati dan pikirannya yang masih stuck pada kejadian dua minggu yang lalu. Inaya terus berusaha mengingat, namun hasilnya nihil. Dia tidak mengingat apapun.
Yang ia ingat, hanya ia sudah terlalu mabuk, badannya panas, dan semuanya gelap. Hanya itu yang dia ingat. Dia ingin sekali bertanya pada Giselle dan Nina, namun ia belum menemukan waktu yang tepat.
drttt...drrttt...
Inaya berjalan menuju kasurnya untuk mengambil iph-nya lalu menggeser tombol hijau itu tanpa melihat nama penelephone yang tertera.
"Halo"
"LO KEMANA SIH NEK?! GUE HUBUNGIN SERIBU KALI GAK ADA RESPON BANGET!" teriak si penelephone yang sangat ia kenali suaranya tanpa perlu melihat namanya.
"Sorry Gis, gue lagi di kamar mandi tadi, kenapa?"
"Ampun deh. Lo masih dirumah bonyok?"
"Udah balik ke apart tadi subuh, kenapa emang?"
Sorry banget gue bohong, Gis. batinnya bersuara.
"Gue sama anak-anak mau ketempat lo, mumpung gak ada dosen"
"Hah?! Serius lo gak ada dosen?!"
"Makanya, punya hape digunain, punya group itu dibaca! Kan si Aceng udah bilang hari ini si Wanti ke Jakarta sampe minggu depan, otomatis matkul dia kosong selama seminggu ini"
"Ya maaf sih, hape gue dicharge dan gue fokus siap-siap aja dari tadi"
"Dasar manusia goa! Yaudah kita otw, jangan kemana-mana. Jangan tidur!"
"Iyaa! Bawel lo!"
"Kita mau beli makan dulu, Marvelle si babon satu udah ribut aja minta dikasih makan lo mau nitip apa?"
"Hahahahaha.....ya lo urus lah kembaran lo itu. Gak deh, gue udah order makanan tadi"
"Kalo bukan kembaran gue, udah gue balikin deh ke habitat aslinya!.....EH GUE DENGER YA KAMBING!" teriak Marvelle dibalik telephone.
Inaya terkekeh dan menggelengkan kepalanya mendengar pertengkaran kecil itu.
"Yaudah, kita otw. Bye bitch!"
"Iya, ati-ati lo semua" ucap Inaya lalu mematikan sambungan itu.
Inaya bangkit dari kasurnya dan bergegas menuju dapur untuk menyiapkan cemilan yang pasti akan dicari oleh teman-temannya yang perut karet itu.
**********
"Akhirnya gue bisa selonjoran disofa ternyaman" ucap Athala yang sudah merebahkan dirinya diatas sofa milik Inaya.
"Maruk tempat banget lo, cumi. Bangun! Gue juga mau duduk!" Teriak Nina sambil memukul-mukul paha Richard.
"Apa deh lo?! Bilang aja lo mau deket-deket sama gue" ucap Athala.
"Na to the jis. Mendingan gue deket sama Calvin dari pada sama lo." ucap Nina lalu duduk tepat dibawah kaki Athala.
"Cieeee, jadi udah bisa nerima Calvin nih?" kata Marvelle.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dive
Random⚠️21+⚠️ Backstreet? Apa enaknya sih dari hubungan sembunyi-sembunyi? Merasa tidak diakui oleh kekasih sendiri. Sedangkan Obsesi dan Posessive? Apa enaknya memiliki pasangan yang sangat terobsesi dengan kita? Dikekang sana-sini. Dikejar-kejar layakn...