Inaya kembali membuka matanya saat ia merasa terganggu, bunyi sebuah nada dering yang terus berbunyi membuatnya harus membuka mata.
Ia segerah meraih handphone-nya yang berada diatas nakas dan mengangkat panggilan tersebut.
"Hmmm?" gumamnya sambil kembali mentup matanya.
"BAGOSSS!!!!"
"Apa sih Vel?"
"GUE TELFONIN GAK DIANGKAT-ANGKAT DARI TADI!"
"Gak usah teriak gue gak budek!"
"Kirain! Soalnya ditelfonin berkali-kali kok gak diangkat, kirain udah ilang tuh kuping!"
"Gak lucu"
"Sialan lo!"
"Kenapa telfon?"
"Gue otw"
"Hmmm, masuk aja gue masih ngantuk"
"ASTA-"
Sebelum Marvelle melempar kalimat sumpah serapahnya, Inaya langsung menutup sambungan itu, dan melempar handphone-nya ke bantal yang dipakai Garion.
Mengingat kejadian semalam, Inaya segera membuka matanya dan bangkit dari atas kasurnya. Ia melihat pantulan dirinya pada cermin, dan meringis kesal melihat 3 tanda yang terukir rapi dileher mulusnya.
Inaya segera membersihkan dirinya, dan cepat-cepat menyamarkan tanda itu dengan foundation yang sewarna dengan kulit lehernya. Setelah itu ia segera keluar dari kamar untuk menunggu kehadiran sahabatnya.
Tiba-tiba saja pikirannya melayang pada kejadian tadi malam, malam dimana ia kembali melakukan hal dewasa bersama dengan orang yang sama.
Ia tidak tahu mengapa ia bisa sebodoh dan segampang itu memberikan 'jatah' pada Garion, yang jelas-jelas sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengannya.
Dia juga tidak tahu, harus disebut apa hubungannya ini. Teman? Mana ada teman tapi bobok bareng.
Friends with benefit? Tidak juga, mereka tidak sedekat itu untuk disebut teman.
Backstreet? Apalagi ini. Saling suka saja tidak apalagi saling cinta.
Mungkin bisa dibilang teman one night stand.
Enak aja! Gue bukan jalang sekali pake buang!
Pemikiran-pemikiran itu teralihkan saat seseorang yang ia tunggu tadi datang. Ia tersenyum senang melihat Marvelle sang sahabat datang bersama dengan seseorang.
Tunggu, seseorang?
APA?!
Inaya langsung membelalakan matanya saat seseorang yang bersama Marvelle datang. Untuk apa laki-laki itu datang?!
"Nek! Kaget banget lo liat Garion kaya liat setan" ucap Marvelle yang mengalihkan pandangannya dari Garion.
"Oh..ma-maaf. Gue kira lo dateng sendiri"
Marvelle terkekeh melihat wajah Inaya "Gue emang dateng sendiri, tadi gak sengaja ketemu dia di lift. Gue lupa kalo dia satu gedung sama lo, ya gue ajak kesini aja" jelas Marvelle.
Inaya hanya tersenyum kikuk dan merasa sedikit canggung, berbeda dengan Garion yang terus memperhatikan gadis cantik yang sedang duduk disofa ruang tamu itu.
Sial, kalau tidak ada Marvelle, sudah sejak tadi ia menerkam gadis itu. Lihatlah penampilannya.
Rambut pendeknya yang sedikit acak-acakan, bibir merah alaminya, kaos press body yang memamerkan lekukan tubuh, dan dua gundukkan kesukaannya, dan jangan lupa celana pendek yang menurutnya sangat pendek, yang memamerkan paha mulus itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dive
Random⚠️21+⚠️ Backstreet? Apa enaknya sih dari hubungan sembunyi-sembunyi? Merasa tidak diakui oleh kekasih sendiri. Sedangkan Obsesi dan Posessive? Apa enaknya memiliki pasangan yang sangat terobsesi dengan kita? Dikekang sana-sini. Dikejar-kejar layakn...