Part 28 - MELLA?!

3.2K 88 4
                                    

Pagi yang cerah dengan matahari yang cukup terik bersinar menyinari bumi. Tapi tidak dengan hati perempuan cantik yang sedang berdiri dibalkon menatap kosong kearah jalanan kota Bandung yang sudah ramai dengan aktivitas manusia.

Cuaca yang bagus tidak mendukung suasana hatinya yang lagi-lagi kacau. Tidak tahu kapan bisa sembuh dan dengan cara apa untuk menyembuhkannya.

Mengingat masa lalu memiliki beberapa sudut pandang. Tergantung diri kita yang menentukan. Akankah menjadi sebuah pembelajaran hidup? Sebuah penyesalan? Sebuah kenangan manis? Atau bahkan sebuah kenangan pahit yang membekas seakan tidak pernah hilang.

Inaya selalu menanggap bahwa apa yang sudah terjadi di masa lalu adalah kenangan pahit yang harus dimaafkan dan menjadikannya sebagai pembelajaran hidup.

Tapi bagaimana jika masa lalu itu masih terus menghantuinya hingga saat kini?

Terkadang ia berpikir bahwa orang-orang yang ada disekitarnya ini hanyalah teman-teman atau pacar sementara. Karena pada dasarnya ia tetap merasa kesepian. Ia takut orang-orang yang sekarang berada disekitarnya akan menghilang dan menjauhi dirinya pada akhirnya.

Sama seperti apa yang keluarganya lakukan.

Ding Dong

Suara bel memecahkan lamunannya. Ia menutup matanya dan memejamkan matanya sejenak sebelum berjalan kebawah untuk membukakan pintu pada tamu yang datang.

"Mami?" tanya Inaya sambil membelalakan matanya.

Wanita paruh baya yang masih saja terlihat cantik itu tersenyum lembut dan menatap Inaya dengan mata yang berkaca-kaca.

"I-ini beneran mami Mella?" tanya Inaya sambil menahan air matanya yang akan jatuh.

"Iya sayang, ini mami" ucap Mella-tante kandung Inaya tersenyum lalu memeluk Inaya erat.

Mella merasa sesak didalam dada dan hatinya tertusuk ribuan jarum. Ia mengingat Luna. Almarhumah sahabat yang juga menjadi iparnya.

Mella, Luna dan Diana sudah bersahabat sejak mereka menempuh pendidikan di sekolah menengah atas. Ketiganya memiliki paras cantik bak dewi pada masanya.

Luna dan Diana sering kali menginap dirumah Mella yang memang saat itu kedua orangtua Mella selalu berada diluar kota bahkan luar negri untuk menyelesaikan bisnis mereka.

Hingga pada akhirnya Luna jatuh cinta pada Hendrick, kakak kandung Mella yang kedua yang saat itu sedang menyusun Tugas Akhir sambil sesekali mengurus bisnis keluarganya.

Keseringan menginap dirumah Mella membuat Luna jatuh hati pada Hendrick. Hingga suatu saat Luna tahu bahwa Hendrick memiliki pacar, hati Luna hancur namun Luna memendam perasaan itu sendiri dan mencintai Hendrick dalam diam.

Bahkan kerap kali Luna menahan air matanya saat melihat sang pujaan hati bermesraan didepannya. Namun apa yang bisa Luna lakukan selain diam dan menerima kenyataan bahwa Hendrick memang bukan siapa-siapanya dan ia sama sekali tidak memiliki hak untuk cemburu ataupun marah.

Mella yang melihat sahabatnya sedih pun akhirnya dengan berani melabrak sang kakak yang sedang bermesraan dengan sang pujaan hati dan tak tanggung-tanggung Mella langsung memberi tahu sang kakak mengenai perasaan sahabatnya itu.

Luna merasa ingin mati saja. Atau paling tidak pergi dari hadapan Hendrick selamanya. Luna menghindari Hendrick dan juga Mella sang biang keladi. Cukup lama Luna tidak bermain bahkan menginap dirumah Mella karena masih merasa malu.

"Ayo dong! Udah tiga bulan tau lo gak kerumah gue! Mama gue udah nanyain lo tau!" kata Mella sambil mencebikkan bibirnya.

DiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang