Prolog

41.2K 793 9
                                    


"Gimana bisa?" tanya gadis itu dengan nada setenang mungkin. Sejak ia membuka matanya, ia mencoba untuk tenang supaya tidak salah mengambil tindakkan.

"Gue gatau, sumpah demi apapun! Gue gak inget sama sekali" balas laki-laki itu yang semakin lama semakin panik, membuat dirinya terbawa suasana.

Inaya menarik selimutnya agar semakin menutup badannya yang tidak dilapisi kain sehelai pun. Inaya terus memperhatikan laki-laki yang bahkan ia tidak tahu siapa namanya. Ia berusaha tenang dan berusaha ingat apa yang terjadi semalam.

"Gue tau, kita sama-sama terjebak. Tapi gue mohon sama lo untuk tutup mulut" kata laki-laki itu.

"Iya, gue juga malu ngumbar aib sendiri. Tapi,"

"Apa?"

"Kalo gue hamil gimana? Gue yakin kemaren gak ada pengaman sama sekali" ucap Inaya dengan nada serak.

Garion yang baru saja menyadari itu kembali membaringkan kepalanya dan menjambak rambutnya frustasi.

"Bangsat!" batinnya mengumpat.

"Gue bakal tanggung jawab, lo gak usah takut!" balas Garion pada akhirnya.

Keduanya terdiam memikirkan hal-hal yang akan terjadi kedepannya. Inaya menutup matanya erat. Jujur, ia memang bukan gadis kecil yang akan menangis meraung-raung saat keperawanannya diambil dengan orang asing.

Meskipun ia merutukki kebodohannya dan sakit hati mengingat keperawanannya yang selalu ia jaga selama ini  untuk ia berikan pada suaminya kelak, harus kandas hanya dengan kejadian satu malam yang bahkan sama sekali tidak dia ingat.

Mau menyesal pun sudah terlambat. Semua sudah terjadi, percuma ia menangis meraung-raung layaknya remaja piyik yang baru saja direnggut keperawanannya, tidak akan memperbaikki kenyataan dan yang penting tidak akan mengembalikkan keperawanannya.

Yang ia harus lakukan hanyalah, berdoa, meminta ampun pada Tuhan untuk kebodohannya, dan berusaha untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Ia sudah dewasa, 21 tahun usianya. Tidak ada gunanya ia menyesali semua ini hingga terlalu larut.

"Gue gak akan maksa lo buat tanggung jawab. Bukan cuma lo yang kena, gue juga turut andil dalam masalah ini. Gue cuma mau, lo lupain kejadian ini. Dan anggap kita gak pernah ketemu, seperti sebelum-sebelumnya." jelas Inaya.

Garion yang mendengar itu hanya menutup kepalanya dengan bantal.  Kesempatan itu Inaya gunakan untuk bangkit dari kasur dan mengambil dress yang semalam dipakainya tepat disamping kasurnya, sebuah keberuntungan.

Setelah selesai menggunakan dress itu, tanpa mengucapkan satu kata Inaya bergegas meninggalkan kamar hotel dan kembali pulang ke apartmentnya meninggalkan Garion yang masih tidak bergerak dari posisinya.

"Bangsat Garion, lo goblok banget sumpah!" maki Garion pada dirinya sendiri.

TBC

hay hay halo! semoga suka ceritaku yaa!!

DiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang