PART 21 - MATI RASA

3.6K 185 12
                                    

Perempuan itu berjalan ke apartment seseorang dengan beberapa kotak makan yang berada ditangannya.

Perempuan itu tersenyum manis sambil membayangkan betapa lahapnya laki-laki yang dia sayangi menyantap masakannya.

Ia memasuki apartment itu setelah berhasil memasukan password, dan berjalan masuk kedalam apartment itu.

"Garion, aku bawain makanan buat kam—oh ada tamu?"

Laki-laki itu terkaku ditempat saat mendengar suara perempuan yang mengganggu pikirannya akhir akhir ini.

"Ngapain lo disini?" bukan Garion, bukan juga Inaya. Melainkan perempuan yang sangat dibenci Inaya.

"Kenapa? Ngerasa terganggu sama kehadiran gue?" Inaya menjawab dan tersenyum tipis. Ia lalu meletakkan bawaannya diatas meja makan. Dan duduk tepat disebelah Garion.

Garion terhenyak ditempatnya. Ia benar-benar merindukan perempuan ini. Ia merindukan Inaya yang sudah menghilang selama sebulan. Entah kemana perempuan ini pergi.

Garion berdiri dari kursi dan menarik tangan Inaya pelan. "Ayo kita pindah" Ia sadar, suasana saat ini sangat amat canggung.

Tatapan Zora yang seperti orang resah dan ketakutan serta tatapan Inaya yang memilik banyak arti.

"Kenapa? Masih ada tamu loh disini, gak boleh gitu kamu, Yang!"

Garion kembali diam begitu juga dengan Zora. Bingung harus berbuat apa.

Inaya yang merasa suasana berubah menjadi canggung pun mulai membuka suara.  "Atau kalian mau ngobrol berdua? Gue keluar dulu deh kalo gitu"

"Jangan!"

"Kenapa? Abis kalian keliatan kayak serius banget tadi."

"Iya, gue lagi ngobrol sama calon pacar gue"

"Zor!—"

"Loh? Sama? Selain orangtua gue, sama pacar, apalagi yang mau lo rebut?" perkataan Inaya membuat Zora tertawa sinis.

"Semua yang lo punya lah!"

"Ya buah emang jatoh gak jauh dari pohonnya sih. Emaknya lonte, ya anaknya juga kan?"

"MAKSUD LO APA?!" Zora memukul meja makan dan bangkit berdiri dari kursi karena merasa tersinggung dengan ucapan Inaya.

"Kenapa? Kok tersinggung banget kayaknya?" kata Inaya sambil senyum.

"Omongan lo harus dijaga!"

"Loh? Kalo nyokap lo gak ngangkang didepan bokap gue, gue gak bakalan ketemu sama lo sekarang!"

"Anj—"

"Kenapa? Ngerasa tersinggung? Bagus kalo lo cukup tau diri sama kelakuan lo!"

"Seenggaknya Oma udah bener-bener percaya sama gue!"

Inaya tersenyum sinis sambil menaikkan sebelah alisnya. "Gue gak peduli sama oma. Gue udah bukan cucunya!"

Garion masih saja terdiam mendengar omongan keduanya yang sama sekali tidak ia mengerti.

"Gue gak peduli lo mau ngerebut siapapun dari hidup gue. Keluarga, temen, atau bahkan pacar gue sekali pun," Inaya menjeda ucapannya sebentar.

"Tapi satu yang harus lo tau! Tuhan gak pernah tidur!" ucap Inaya lalu bangkit dari kursinya dan menatap Garion lurus.

"Aku gak peduli kamu selingkuh atau apapun." Inaya berjalan mendekat kearah Garion.

"Mau kamu selingkuh sama banyak perempuan atau menyakiti aku dengan cara lain pun, aku gak peduli!"

Inaya membalikkan badannya dan berjalan meninggalkan apartment laki-laki itu. Ia berlari kecil masuk kedalam mobil dan mencengkram setiran mobil dengan kuat hingga kukunya memutih.

"Anak perempuan pertama, bahunya harus sekuat baja, hatinya harus setegar karang"

Inaya selalu mengingat kata-kata itu untuk menguatkan dirinya kala ia sedang benar-benar terpuruk.

Terkadang, menyemangati diri sendiri itu perlu, bahkan sangat perlu. Lebih baik mendengar pujian dari diri sendiri, daripada menerima pujian dari orang-orang namun tidak tulus.

Inaya menjalankan mobilnya meninggalkan apartment Garion, entah kemana ia akan membawa dirinya nanti. Yang jelas, ia benar-benar ingin melepas penat.

Setelah semua yang ia hadapi kemarin, ini hasil yang ia dapat. Penghianatan.

Kalian tau kan? Kalau insting seorang wanita itu kuat? Mereka bisa tau, jika pasangan mereka bermain dibelakang mereka.

Inaya tau, pasti ada sesuatu antara pacar dan adik tirinya itu. Namun, Inaya lebih memilih diam. Karena ia tidak mau membuang-buang waktunya untuk hal yang tidak penting. Toh, laki-laki di dunia ini tidak hanya Garion Dimitri seorang.

Inaya menginjak rem dengan kuat saat melihat ada seorang anak kecil yang tiba-tiba saja menyebrang jalan.

Inaya membelalakan matanya dan langsung berlari keluar menghampiri anak kecil yang hampir ia tabrak itu.

"Astaga! Dek? Kamu gapapa kan?"

Anak kecil itu tetap menutup wajahnya. Mungkin, masih kaget. Terlihat dari badannya yang juga bergetar.

"Ya ampun Natasha!" teriak seorang wanita paruh baya dan berlari menghampiri anak kecil itu.

"Bu, maaf. Ini salah saya, nyetir sambil melamun, saya akan tanggung jawab bu!" ucap Inaya pada wanita paruh baya yang tengah memeluk anaknya.

Wanita paruh baya itu menengok kearah Inaya dan terhenyak ditempatnya sambil terus memperhatikan Inaya.

Inaya yang merasa risih diperhatikan pun menjadi salah tingkah. Ia menepuk pelan pundak wanita paruh baya itu dan memanggilnya pelan.

"Ya? Maaf,"

"Saya minta maaf bu—"

"Oh gapapa, ini salah Natasha juga. Dia gak sabaran mau beli es krim yang ada di sebrang jadi dia nyebrang sendiri. Maafin anak saya ya, nak"

"Gapapa bu, salah saya juga nyetir sambil melamun" kata Inaya pada wanita paruh baya itu.

Ia melirik Natasha yang tengah melihatnya dibalik pinggang mamanya.

Inaya mensejajarkan badannya dengan Natasha dan tersenyum manis. "Maafin kakak yaa! Puji Tuhan kamu gak kenapa-kenapa"

"Maafin Tasha juga ya kak" ucap anak kecil itu dengan serak.

Inaya tersenyum dan mengelus kepala Natasha dengan lembut. "Gapapa! Oh iya, kakak kan udah tau nama kamu. Sekarang, gantian."

Inaya menyodorkan tangannya pada Natasha sambil tersenyum manis "Halo! Nama kakak Inaya"

Wanita paruh baya itu semakin terdiam mendengar Inaya menyebutkan namanya.

Akhirnya aku nemuin dia, Nay. Cantik, seperti kamu.

"Yaudah, saya antar pulang yaa, maaf, saya belum tau nama ibu."

"Diana, panggil tante aja!"

"Ah, iyaa tante Diana. Ayo, Inaya anter pulang"

"Gak ngerepotin, nak?"

"Enggak sama sekali tante. Ayo Tasha, kita beli es krim, terus kakak anter pulang!"

"MAUUUU!!!" teriak Tasha anutsias lalu menarik tangan Inaya melupakan Diana yang berada dibelakang mereka.

Aku akan jaga dia, seperti yang kamu bilang, Nay!

TBC

Hehehe. Nih, aku Update. See you di part selanjutnya!😘

DiveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang