17. Moment Ter...?

10.7K 1.3K 51
                                    

Maaf baru up😁

Happy Reading ❤️

"...OMA MENINGGAL!!" Teriak Kiara spontan saat membaca pesan dari salah satu anggota polisi.

Semua orang sontak saja menatap Kiara bertanya-tanya. Pasalnya, tadi gadis itu hanya enteng-enteng saja. Terus tiba-tiba ngomong ngelantur. "Kiara?" Panggil Bita sembari mengusap lengan sepupunya.

Kiara menatap Bita dengan mata berkaca-kaca. "Oma... meninggal..." ucapnya.

"Kiara, jangan ngomong kayak gitu..." seru bunda Alqia.

Gadis itu menggeleng, ia mengulurkan tangannya memberikan ponselnya ke orang-orang disana. Dengan telaten mereka membaca pesan itu. "Innalilahi wa innailaihi rojiun.."

♡(> ਊ <)♡

Jenazah almarhumah Nova sudah sampai di kediaman Algara. Tangis Kiara tidak bisa ditahan lagi. Air matanya turun dengan deras saat melihat mayat milik Omanya.

Sementara Bita, ia hanya menatap kosong kearah jenazah neneknya. Pemakaman dilakukan besok, karena sekarang sudah malam. Saat ini dipangkuan Bita ada kitab suci.

Lantunan surah Ya-sin terdengar merdu memenuhi penjuru ruangan itu. Pak Devaro dan keluarga juga ikut membaca surah tersebut. Varga melantunkan surah tersebut dengan sesegukan.

Air mata Bita tidak turun walau setetes sedari tadi. Sementara Kiara cewek itu bahkan sudah histeris sedari tadi. "Omaaaa!!! Kenapa tinggalin Kiara?!! Oma nggak kasihan sama Kiara? Kiara udah ditinggalin Mama sama Papa. Sekarang? Oma juga tinggalin Kiara, OMAA!!! JAWAB KIARA!!!" gadis itu menggoyang kan tubuh kaku milik nenek nya.

Buru-buru Bita menyelesaikan bacaannya. Gadis itu menghampiri sepupunya yang tengah histeris. "Kiara, nggak boleh gitu. Oma udah tenang, Kiara harus ikhlas, ya?" Tangan Bita mengusap punggung Kiara yang bergetar hebat.

Kiara beralih menatap Bita. "Iya! Lo bisa ngomong gitu, karena Oma bukan Nenek kandung Lo!" Katanya.

"Kiara... enggak gitu, kamu tenangin diri kamu. Ini takdir dari Allah dan kita harus terima takdir itu dengan ikhlas, nggak boleh kayak gitu. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Sudah dijelaskan di dalam Al-Qur'an surah Al-imran dan Al-Ankabut." Jelas Bita.

Kiara terdiam sejenak. "Hm." Jawab Kiara acuh. Ia kembali menangisi kepergian sang nenek.

Tidak lama setelah itu, Cinta datang, "Tante, Tante harus maafin Omaa!" Ujar Kiara menyuruh.

"Insya Allah, saya sudah maafin dia." Ucap Cinta. Hamdalah sontak keluar dari mulut Bita dan Kiara. Sementara orang tua Bita? Mereka sibuk menghubungi Nino dan Cindy untuk mengabari kabar kematian Bu Nova.

Kiara kembali menangis ditemani Cinta yang mengelus punggung nya. Sementara masih ada beberapa orang yang sedang membaca surah Yasin. Kaki Bita melangkah keluar dari ruangan yang dipenuhi banyak manusia.

Ia berjalan menuju ruang tamu untuk menyapa tamu. Ilona datang lalu memeluk Bita erat. "Lo yang sabar Bita. Turut berdukacita." Sahut Ilona lirih.

Bita melerai pelukan mereka, ia tersenyum. "Iya, makasih udah datang Ilona."

"Lo nggak nangis, Bita? Aneh." Heran Putra.

"Nangis juga nggak buat Oma aku hidup lagi, kan?"

Putra menggeleng kan kepalanya, "tapi kalau lo nggak nangis, orang-orang bakal heran kenapa lo nggak nangis. Kayak lo nggak ada rasa sedih gitu." ujarnya berpendapat.

Love Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang