Happy Reading ❤️
"Bita, tolong kerokin saya, kayaknya saya lagi masuk angin gara-gara kemarin abis jalan-jalan pakai motor." Suruh Devaro.
Bita yang sedang mencuci pakaian menghela nafas berat, kebiasaan perempuan itu adalah mencuci pakaian ketika malam hari. Entah kenapa dia sangat suka mencuci pakaian dimalam hari.
Perempuan itu kemudian membiarkan pakaian berputar-putar pada mesin cuci. Dia pun menghampiri suaminya di kamar yang tampak sudah tengkurap tanpa pakaian atasan dan hanya memakai celana pendek selutut.
"Aku lagi cuci baju, Mas." Katanya pada Devaro.
Devaro mendongak menatap kearah istrinya, "kan bisa tinggalin dulu, toh, pakai mesin juga. Lagian kamu, sih, nyucinya malem terus, enggak dingin apa?" cerocosnya.
"Ck, iya-iya, lagian lemah banget, kena angin doang langsung masuk angin, makanya, kalau anginnya mau masuk ke tubuh kamu, jangan kamu biarin," omel Bita seraya naik ke atas kasur dan duduk di samping suaminya yang sudah tengkurap.
"Minyak gosoknya mana? Koinnya mana?" lanjut perempuan itu.
"Enggak tau, kamu tolong cari lah. Saya males, enggak enak tau, mana hidung saya tersumbat sebelah."
"Ish, nyebelin." Bita kembali turun dari kasur tersebut, lalu berjalan menuju laci yang berada di sebelah lemari pakaian.
Setelah beberapa detik mencari minyak gosok dan koin kerokan dia pun mendapat apa yang ia inginkan, kemudian Bita kembali duduk di sebelah Devaro.
"Kamu bisa, enggak?"
"Bisa," Bita pun mulai membalur minyak gosok ke punggung suaminya. Lalu tangannya mulai aktif mengerok.
"Mas, kamu percayanya, bumi itu bulat atau datar?" Bita bertanya secara random pada Devaro.
"Kalau saya, sih, tim bumi itu bulat. Kalau kamu?"
"Iya, sama. Oh iya, aku punya pantun. Kamu dengerin, ya?"
"Iya,"
"Aku bukan babi, dan aku tidak buta, tapi cintaku padamu membabi buta. slebeeew!!" tutur Bita seraya mentoel-toel telinga Devaro pada akhir pantun yang dia copy dari orang lain.
"Apa, sih?" Devaro bertanya heran.
"Kamu mau lihat aku pargoy, enggak? Aku jago, loh, pargoy, nya!" Kata Bita. Entah kenapa wanita itu semakin hari semakin random pembahasannya.
"Apaan pargoy-pargoy, joget-joget enggak jelas. Udah, fokus kerokin saya aja. Enggak denger kamu, tadi saya muntah-muntah gara-gara masuk angin?"
"Iya, Baginda raja!" Bita akhirnya kembali fokus mengerok suaminya hingga merah, "wow, warna merah, warna cinta, tanpa cinta, hidup ini tidak bermakna." Gumam perempuan itu.
"Kamu kenapa makin hari makin random, sih?"
"Daripada kamu, makin hari makin galak, hu!"
"Enggak boleh ngelawan."
"Salah, Mas, itu bukan bahasa Indonesia baku, yang benar itu adalah 'tidak boleh melawan.' begitu," jelas Bita.
Devaro mengubah posisinya yang semula tengkurap menjadi terlentang. Dia menatap secara intens istrinya. Tangannya terulur menyentuh kening Bita. "Enggak panas, kok,"
Dengan sedikit kasar Bita menepis tangan Devaro dari keningnya. "Apa, sih, Mas? Orang aku enggak sakit juga, udah enggak mau di kerok, kan? Aku mau liat cucian soalnya."
"Keseringan nyuci malam enggak bagus, loh, yang." Tegur Devaro.
Bita menahan senyumnya, "yang, ying, yung, yeng, yooooong!" paparnya gemas dengan mencubit pipi Devaro. "Iya, ini tinggal dijemur, kok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Story (End)
Roman d'amourDilamar sama dosen sendiri?! *** Romantis-Komedi-Religi Syabita Putri Algara bertemu dengan laki-laki tampan nan cuek yang ia sebut dengan panggilan 'Kak Ganteng'. Namun, satu fakta mengejutkan... Ternyata Kak Ganteng itu adalah dosen barunya di kam...