02. Pak Kampret

26.2K 2.4K 206
                                    

Beberapa tahun kemudian....

Sekarang, umur Bita sudah menginjak kepala dua. Tepatnya, 20 tahun, dan insya Allah sebentar lagi 21 tahun.

Gadis itu, tumbuh menjadi gadis cantik dan sholeha. Tapi, sifatnya masih sama, yaitu ... unik? Oh, atau ... aneh?

Yah, mungkin, orang-orang yang melihat penampilannya saat, akan berpikir jika Bita gadis pendiam, pemalu, dan bersuara pelan nan lembut.

Tapi, ketika mengenal Bita, mereka akan dibuat heran dengan tingkahnya. Dimana gadis berhijab yang menutupi dadanya, gamis, serta memakai kaos kaki itu terkenal dengan tingkahnya yang bobrok, tidak bisa diam, asal ceplos, dan ceroboh.

Saat ini, Bita sedang berada di barisan bersama teman-temannya. Mereka berbaris di Lapangan karna perintah dosen. Entah lah, kampus Tata Surya ini begitu jauh beda dengan kampus-kampus lainnya.

"Gila eeh, lama banget Dosennya. Nggak tau apa, kalau disini panas?" celuntuk Kamilah--salah satu sahabat Bita.

"Biasa lah! Kita sebagai Mahasiswa-mahasiswi kudu sabar aja," balas Bita

"Tapi gerah, entar kulit gue yang putih bersih nan mulus ini hitam gimana?" kesal Kamilah sembari mengipas-ngipasi wajahnya.

"Ck! Kalau Allah kasih lo kulit hitam ya syukurin aja. Daripada nggak dikasih kulit gimana?" sindir Ilona---sahabat Terakhir Bita. Mereka bertiga, sahabat.

"Ihh kok lo--" protesan Kamilah berhenti saat Para Dosen-Dosen telah sampai diaula.

Panggil saja mereka, Pak Mars, Bu Meteroid, Bu Asteroid, Pak Meteor, Pak Neptunus, Bu Merkurius, Pak Venus, Pak Bumi, Bu Uranus, Bu Saturnus, Pak Jupiter, Pak Pluto, dan Pak Satelit.

Sekarang paham 'kan kenapa nama kampusnya, Tata Surya?

"Oke anak-anak, saya sebagai Pak Satelit ingin menyampai 'kan, bahwa akan ada lomba kelebihan. Mungkin kalian bingung, apa itu lomba kelebihan. Lomba kelebihan itu----saya juga nggak tau, semua akan di jelaskan oleh Pak Pluto."

Pak Pluto melirik sinis pada Pak Satelit, kemudian ia mengambil mic yang Pak Satelit sodorkan. "Oke. Mana suara nya!!!" teriak Pak Pluto.

"Hoo!" jawab para Mahasiswa-mahasiswi

"Lebih keras!"

"Heee!"

"Apa? Aku tidak mendengarnya. Lebih keras!!"

"HIIIIHIHIHIHI!!!" Teriak Mahasiswa-mahasiswi dengan sekuat tenaga suara mereka.

"Good! Ekhem!" dehem dulu, "Jadi, lomba kelebihan itu adalah lomba dimana kalian bebas memilih ingin masuk lomba apa sesuai kelebihan atau ke sukaan atau bakat kalian. Mengerti?" jelas Pak Pluto.

"NGERTI PAK!!!!" jawab mereka serempak dengan berteriak.

Terlihat Pak Pluto menggosok-gosok telinganya. "Nggak usah teriak! Saya denger!" sentak nya, kemudian bertanya. "Ada yang mau kalian tanya kan?"

Terlihat salah satu Mahasiswi mengangkat tangannya. Setelah dipersilahkan, Mahasiswi itu bertanya dengan suara lantangnya. "PAK, ADA LOMBA JOGET TIKTOK NGGAK?!!" tanyanya dengan nada ngegas.

"Kagak usah ngegas!" balas Pak Pluto, lalu menjawab pertanyaan Mahasiswi yang sudah nyengar-nyengir itu, dengan ngegas pula. "Nggak ada! Joget tiktok dapat dosa!"

♡(> ਊ <)♡

Bita berjalan sembari mengacak-acak tasnya, mencari sesuatu. Tadi, waktu dari sholat Dhuha di Mushollah. Bita kehilangan ponselnya.

"Ih, mana sih? Kok nggak ada? Perasaan tadi aku simpen disini deh." Gumam Bita sembari mencari-cari ponselnya di tas.

Terus mencari hingga, yap! Ketemu. "Alhamdulillah. Kamu ketemu juga!" kata Bita senang, dia berjalan sembari tersenyum.

Love Story (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang