Prolog

1.6K 148 0
                                    

"Jiwa yang tenggelam"





.
"Mama, vio sayang mama." suara lemah gadis kecil itu membuat hatinya terasa di sayat oleh pisau berkarat, sangat sakit.

"Jangan menyalahkan diri mama, bagi vio dan kak vino mama itu adalah mama terbaik untuk kami." manik mata berwarna abu itu terlihat sayu, akan tetapi aura cantiknya masih terlihat jelas.

"Maaf jika vio hanya bisa menemani mama selama 16 tahun..."suara itu terdengar sangat amat getir. "Mama, vio sayang mama dan kak vino. Vio....vio juga sayang papa." suara itu amat lirih di akhir, seolah ia tak rela untuk mengucapkannya.

Wanita yang tengah menggenggam tangan kecil itu semakin mengeratkan genggamannya. Dia benci saat harus terlihat lemah di hadapan gadis kecilnya.

"Mama, jika kak vino pulang, katakan pada kakak maaf karena vio tak bisa menyambutnya. Dan mama...." gadis kecil yang menyandang status sebagai putri pertama kerajaan Delsen itu terlihat berusaha membalas genggaman sang ibu. "Jika mama lelah, mama boleh menyerah, vio menunggu mama. Selamat tinggal mama."

Isakan sudah tak terelakkan lagi, hatinya hancur saat harus menyaksikan sendiri bagaimana sang buah hati harus pergi lebih dulu dari pada dirinya. Tangannya masih menggenggam erat tangan kecil sang anak, masih berusaha mencari kehangatan suhu di kulit putih itu, akan tetapi hanya rasa dingin yang ia rasakan. Violette Delsen, putri kecilnya telah pergi meninggalkannya di umurnya yang baru genap 16 tahun 2 hari lalu.

Kelopak mata yang bergetar itu perlahan terbuka, menampilkan manik coklatnya yang kini memerah, menahan cairan bening agar tidak jatuh. Ia tak ingin terlihat lemah, akan tetapi bayangan saat sang putri meninggalkannya 2 tahun lalu itu kembali membuka lukanya dan membuatnya tak berdaya.

"Vio...."lirihnya tak bertenaga.

Wanita yang kini terlihat amat menyedihkan itu menundukkan kepalanya, kembali memejamkan matanya dan membawanya ke bayangan masalalunya yang lain.

"Permaisuri, rombongan Putra Mahkota sudah sampai di depan gerbang kerajaan, sebentar lagi akan sampai di halaman istana."

Wanita yang telah berkabung selama satu bulan itu menatap sang pelayan pribadi. Dengan penuh semangat wanita nomer sati di kerajaan delsen itu melangkah menuju halaman depan istana.

"Perang telah kami menangkan Yang Mulia, tapi Maafkan kami Yang Mulia, kami tidak bisa menjaga Putra Mahkota. Putra Mahkota gugur dalam perang."

Deg.

Langkah kakinya terhenti dan maniknya menatap kosong pada barisan prajurit yang baru saja pulang dari perang itu. Tadi, apa yang ia dengar? Putra Mahkota gugur? Itu artinya, Vinonya... Tidak, dia sungguh tidak kuat lagi. Kakinya yang sudah tidak kuat lagi untuk berdiri itupun meluruh, air mata jatuh membasahi wajahnya.

Setelah kehilangan putrinya kenapa kini dia harus kehilangan putranya? Putranya bahkan belum melewati masa dewasanya. Kenapa takdir begitu kejam padanya?, dia sudah kehilangan keluarga besarnya lalu kini dia harus kehilangan dua anaknya, kenapa bisa seperti ini? Seolah semua memang telah di rencanakan.

"Vio, apakah vio mengajak kak vino untuk menemani vio? Lalu mama bagaimana? Siapa yang akan menemani mama?." bisikan itu hanya bisa di dengan oleh angin yang melambai. Tidak ada yang bisa mengerti oleh rasa sakitnya, walau itu sang raja sekalipun.

Maniknya kembali terbuka. Menatap penuh sesal pada tanah di bawahnya. Semua ini salahnya, jika saja dulu ia tak di butakan oleh cinta mungkin semua tidak akan seperti ini. Mungkin ayah, keluarga besarnya beserta kedua anaknya tidak akan menjadi korban.

Dia.

Son Naeun Michelles, putri pertama Grand Duke Astorn Michelles.

Palsu, sakit, bodoh dan.... dendam.

Itu yang naeun rasakan saat ini.

naeun harap, jika boleh mengulang semuanya dari awal maka dia akan mengubah alur cerita miliknya. dia tak ingin menjadi gadis bodoh yang buta akan cinta.

kriet.

manik sayu milik permaisuri yang terlihat menyedihkan itu menatap pintu sel yang terbuka, sosok cantik yang menghancurkan hidupnya berdiri di sana. naeun menggertakkan giginya, menahan lonjakan marah yang ada di dadanya.

"kak naeun, apa kabarmu?". suara lembut itu membuat naeun muak, tapi ia enggan membalas, cukup dengan tatapan penuh kebencian miliknya yang ia berikan pada perempuan itu.

wanita cantik itu merundukkan kepalanya hingga kini bibirnya tepat berada di telinga kiri naeun. "terimakasih atas semua kebodohanmu kak, sekarang sudah waktunya kau beristirahat." bisiknya dan di sertai senyum menawan miliknya.

"kak naeun, apakah ada kata-kata terakhir?." tanyanya setelah mengambil jarak antara mereka.

naeun mengepalkan kedua tangannya kencang, dengan tatapan penuh kebencian miliknya dia berucap, "aku bersumpah akan membalas semua yang telah kalian lakukan padaku dan keluargaku." ucapnya penuh dendam.

dan yang naeun ingat setelah itu hanyalah senyum licik milik perempuan itu sebelum gelap mengambil alih penglihatannya.

"dewa, jika memang sosokmu itu ada, kumohon ijinkan aku untuk memperbaiki semuanya."




















T.B.C

22 Agustus 2021.



Next or unpub?.

Start Over Again [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang