Saat Wilona turun dibawah sudah ada Duke Razel, edward, Wiliam dan Leon mereka tampak sangat tampan dengan pakaian yang mereka kenakan saat ini perpaduan antara warna putih dan biru tamak sangat selaras dengan mata mereka."Putri siapa ini cantik sekali" ujar Duke Razel menyambut kedatangan putrinya mengulurkan tangannya bermaksud membantu putrinya berjalan sementara kedua hewan yang mengikuti putrinya tengah memandang penuh permusuhan kepada anggota keluarga Wilona. Wilona yang melihat respon kedua hewan itu batuk singkat lalu tersenyum kearah Duke menerima uluran tangannya dengan senang hati
"Terima kasih atas pujinya" ujar Wilona santai, semetara sang Duke yang mendapat respon singkat dari putrinya hanya bisa tersenyum paksa, Hatinya sakit ketika putrinya tidak menyebut dirinya ayah.
Apa ini yang putrinya rasakan ketika ia harus hidup jauh dari keluarganya, putrinya yang akan menginjak usia delapan tahun tampak lebih dewasa dibandingkan umurnya. Ia hanya sekali melihat Putri kecilnya itu menangis selebihnya hanya wajah datar yang selalu ia tampakkan.
"Yang mulia Duke Cardis etma de Razel, tuan muda Edwardo etma de Razel, tuan muda Wiliam Erna de razel, tuan muda Leonardo Erma de Razel berserta tuan putri Wilona etma de Razel telah tiba" Seorang kesatria langsung mengumumkan kedatangannya, Wilona hanya berfikir apa kesatria itu tidak haus ketika harus berteriak mengumumkan kedatangan para bangsawan setiap saatnya
" Apa kau gugup" tanya Duke Razel saat mereka mulai memasuki ruangan, Wilona menggunakan kepala singkat kemudian menggenggam erat tangan sang ayah
"Jangan gugup. Aku dan saudara-saudara mu ada untukmu" bisik Duke Razel saat mereka mulai berjalan, ingin sekali ia berkata bahwa mereka pada akhirnya akan melihatnya mati entah malam ini atau nanti.
Banyak pasang mata yang melihatnya entah apa yang mereka pikirkan tentang gadis kecil yang berusaha berjalan seirama dengan orang dewasa disekitarnya
"Jalan mu lambat" entah angin apa Leon langsung mengendong wilona. Wilona yang mendapatkan perlakukan tiba-tiba hanya bisa diam memproses tindakan leon, bukankah pemuda ini membencinya
"Jangan berharap lebih aku hanya tidak ingin dipandang buruk oleh para bangsawan" ujar Leon pelan saat Wilona terus memandanginya, saat Wilona sudah duduk ditempatnya ia terus-menerus memandangi sekitar,
mengawasi setiap pelayan dan para penari yang sedang tampil acara dimulai mulai dangan dansa. Edward Wiliam dan Leon sudah berdansa ditengah aula, kini tinggal dirinya dan sang ayah
"Apa kau bosan" tanya Duke Razel
"Tidak, saya hanya bingung dan belum terbiasa dengan semua ini" ucap Wilona pelan sambil memakan Cupcake yang telah disediakan
"Kemari lah" Wilona melangkah mendekati sang Duke perlahan, jari besarnya menghapus krim disudut bibirnya
" Seorang Putri harus tampak sempurna, aku tidak menuntut mu untuk selalu sempurna cukup menjadi dirimu sendiri.tetap menjadi Wilona yang pemberani dan baik, ayah menyayangimu" ujar Duke saat Wilona sudah berada di pangkuannya
Cup
Kecupan singkat sang Duke layangkan ke pipi tembem Wilona, ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya kuping dan wajahnya mulai memerah. Saat acara dansa telah usai dilanjutkan dengan acara utama yaitu tarian pedang Leon berjalan menuju aula bersiap untuk memulai menari bersama beberapa bangsawan dan kesatria, makanan mulai dihidangkan Wilona yang melihat Duke ingin meminum teh yang ada dihadapannya langsung dirampas dan diminum habis oleh Wilona.
" Ada apa dengan mu Wilona" ujar Duke saat cangkirnya dirampas olah sang putri
Minuman pertama aman pikirannya, kemudian Wilona turun dan melangkah kerah Edward dan Wiliam meminum air yang ada dimeja keduanya, sejak meminum air milik Edward dadanya mulai sakit namun ia tetap melaksanakan untuk menghabiskan milik Wiliam wajahnya mulai pucat"Wilona dimana sopan santun mu " ujar Edward saat minumannya dan milik Wiliam di minum tanpa ijin
" Aku hanya haus, aku ingin ikut menari pedang bersama kak Leon aku permisi" ujar Wilona jalannya mulai sempoyongan dadanya terasa sakit ia buru-buru berlari kerah Leon yang tengah menari tanpa memperdulikan panggilan Edward yang terdengar khawatir.
Wilona melihat tarian pedang akan segera berakhir mempercepat larinya saat sebuah pedang terlihat ingin menebas leon dari arah belakang, Wilona langsung memeluk dan memutar tubuh Leon agar tidak terkena tebasan pedang tersebut menjadi dirinya sebagai tameng untuk melindungi Leon
Ckrss
"Aku harap kau suka hadiah yang aku berikan Leon " ucap Wilona saat ia sudah berada diperlukan sang kakak memeluknya erat tubuh pemuda itu dari mulutnya keluar darah segar langsung mengotori pakaian Leon, rasa sakit akibat tebasan pedang dipunggung nya masih terasa
Pesta tersebut langsung ricuh para kesatria langsung melindungi para bangsawan wanita dan para pria langsung melawan para penyerang sementara Leon masih berusaha melindungi Wilona yang tengah terluka, berusaha membawanya menjauh dari tengah aula
Huk
Huk
"Apa yang kau lakukan, bukan ini yang aku inginkan" ujar Leon yang memeluk tubuh penuh darah Wilona saat dirinya sudah berada diposisi yang cukup aman bersama wilona.
" Aku.. huk hanya melindungi kakak...huk..huk cukup aku yang...huk menerimanya..huk hukk... Apa huk_ " ucap Wilona disertai dengan batuk darah gaun yang awalnya berwarna warna putih kini sudah berubah belumur darah
"Berhenti bicara aku kan membawamu, aku tidak ingin kau mati seperti ini" potong Leon berusaha mencari pertolongan di tengah kericuhan pesta saat ini
"Percuma...huk..huk racunnya sudah menyebar... Huk dadaku sakit...huk..huk" Wilona mulai terbata-bata dadanya sakit belum lagi darah yang terus keluar
"Leon apa yang terjadi pada Wilona" ujar Edward yang entah datang dari mana
"Kak to.. tolong aku harus bagaimana" ujar Leon putus asa wajahnya nampak sangat panik
"Kak..percuma..huk.. huk.. biarkan aku memenuhi..huk keinginan....huk kalian untuk ikut dengan bunda huk...huk" ujar Wilona nafasnya Mulai berat pengkhianatan nya mulai mengelap
"Bukan ini yang aku mau bangun... Hiks...hiks" ujar Leon sebelum tubuh Wilona melemah diperlukannya
Leon POV
Entah apa yang terjadi semua berjalan terasa tiba-tiba aku sudah memastikan semua makanan malam ini akan aman, Tapi apa yang aku alami malam ini seorang gadis kecil yang aku benci mengorbankan nyawa demi melindunginya orang yang membencinya.
Tubuh Wilona yang lemas diperlukan ku dengan darah yang mengalir dari tubuh nya, Edward membawa ku ke Sebuah ruangan disana sudah ada tabib yang menolong para bangsawan yang terluka. Para penyerang sudah ditangkap hanya beberapa orang yang melarikan diri namun masih dikejar oleh para kesatria Duke Razel
"Apa yang terjadi kenapa dia bisa terluka" ujar Edward saat aku sudah meletakkan Wilona di kasur, wajahnya kini kian memucat tangannya mulai dingin
"Leon jawab" Edward mengguncang tubuh ku dengan kuat
"Tadi dia menghalangi pedang yang menebas ku, aku berusaha melindunginya dari para penyerang membawanya ketempat yang aman tapi aku tidak tau dia telah meminum racun. Dia bilang racunnya telah menyebar" jelas Leon dengan pandang kosong
"puas sekerang dia akan mati seperti keinginan kalian semua, sejak kecil aku berusaha menepati janji dengan bunda sementara kalian terus membuatnya menderita" ujar Wiliam seraya mendorong bahu ku dengan keras, pandangan Wiliam tampak kosong seakan-akan ia telah gagal melindungi sesuatu yang sangat berharga bagi nya.
Hai aku up nih aku nggak tau Kalian puas apa nggak sama chapter kali ini, Aku pribadi masih belum ngerasa puas sama chapter kali ini kalo menurut kalian. Aku minta doa Kalian semoga urusan aku diberikan kelancaran biar aku bisa sering-sering up kaya awal
Jangan lupa follow
WP @blue_bubbles 11
Ig @blue_bubbles11kritik dan saran aku tunggu ya see you next chapter bay bay 💞💞
KAMU SEDANG MEMBACA
The Secret Lady
General FictionIngatan terakhir Airin tengah berada di kamar karna patah hati saat itu hujan tengah turun dan saat dia terbangun tiba-tiba saja dia menjadi Wilona Etma de Razel seorang putri terbuang yang dibenci ayah seta ketiga saudara kandungnya Hanya satu har...