(26) posesif

3.3K 353 27
                                    

"berhenti. Percuma memaksanya untuk berbicara" ujar sebuah suara dari arah belakang Edward tampak seorang pria yang tengah tersenyum manis kearah Edward, namun bagi Edward senyum itu sangat lah menyeramkan

"Harusnya kau sedikit bermain-main dengannya percuma hampir dua bulan ini aku membuatnya hidup, sementara kau hanya menusuk tidak jelas" lanjut pemuda itu. Ditangan terdapat pisau kecil yang sejak tadi ia mainkan

"Apa rencana mu? Menyiksanya. Itu cara murahan" ujar Edward menatap pemuda itu datar

"Aku akan membuatnya memohon kematian" ujar pemuda itu mengiris tipis kulit wajah Valen, senyum masih terlihat diwajahnya yang tampan. Pemuda itu mulai mengikuti Valen tidak ada sejengkal tubuhnya yang luput dari pisau kecil ditangannya itu

"Ahg" teriakan demi teriakan Valen menggema di ruangan tersebut, dalam hitungan detik tubuhnya sudah bersih tanpa sedikitpun kulit Bahkan kuku tangannya tidak luput dari goresan pisau dingin.

"Suaramu mengganggu pendengar saja" ujar Pemuda itu menutup mulut Valen dengan kain, kasar memaksakan kain itu masuk hingga pangkal tenggorokan nya.

"Begini lebih baik" lanjut pemuda itu, sementara Edward hanya memandangi tanpa minat

"Aku tidak pernah menyangka adik ku yang manis bisa bersikap keji seperti ini, aku penasaran apa yang akan Wilona katakan jika melihat karya mu itu" ujar Edward tersenyum penuh kemenangan saat melihat wajah penuh peringatan dari pemuda itu, pemuda itu maju dan melepaskan baju yang ia kenakan dan bergegas membersihkan tubuhnya yang terkena darah Valen

" Jangan pernah sekalipun kau bilang hal ini pada Wilona atau aku akan mengadukan hal yang sama"

"Kita lihat siapa yang lebih Wilona percaya aku atau kamu" ujar Edward meremehkan, Wiliam merasa dirinya diremehkan melemparkan yang ia kenakan tadi kemudian mengusapkan baju itu ke tubuh Edward

"Willy awas kamu ya" teriak Edward ketika sang adik berlari meningkatkan Edward bersama beberapa pengawal seta Valen diruangan itu

"Urus dia jangan buat dia mati"

"Baik tuan" ujar penjaga sebelum tuan tubuh tegap Edward menghilang dibalik tembok

***

Saat ini Wilona tengah berada di taman, menikmati udara pagi yang segar. Bersama Leon serta para pelayan setianya

"Nona saya sudah menyiapkan cemilan seperti biasa" Anna meletakkan cemilan di hadapan Wilona

" Terima kasih kak Anna" ujar Anna sopan

" Kenapa kau harus bersikap ramah kepada pelayanan Wilona" tegur Leon ketika melihat sikap Wilona yang menurut nya sangat aneh, terutama ketika status sosial mereka lebih tinggi dari pada pelayanan.

" Bukan kah kita harus bersikap sopan kepada yang lebih tua" tanya Wilona saat melihat wajah Leon yang tidak enak dipandang seperti sekarang ini, sedangkan Leon hanya menanggapi dengan senyum mengejek

"Tapi mereka hanya pelayan Wilona status sosial mereka itu rendah, tidak sepantasnya kita bersikap seperti itu" bantah Leon lebih tepatnya ia tidak suka saat sang adik memanggil pelayan dengan sebutan kakak, ia tidak rela perhatian Wilona terbagi

"Ayo lah kak, menghormati orang yang lebih tua bukankah sebuah keharusan. Bahkan bagi kita yang seorang bangsawan, bukankah kita tidak boleh memandang rendah orang lain" jelas Wilona

" Kau tau dari mana bahwa kita harus menghormati orang yang lebih tua, kau kan tidak diajarkan tata Krama" kata Leon yang terdengar sedikit mengejek

" Aku.. tentu saja belajar dari buku dan pengalaman" ujar Wilona lirih

" Pengalaman?" Ulang Leon

The Secret Lady Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang