07.

99 13 2
                                    

Hujan telah berhenti.
Junkyu berjalan pulang menuju rumahnya.

***

"Junkyu pulang.."
Ucapnya sembari memasuki rumah  dengan rambut dan almet seragamnya yang masih basah.

PLAKK

Papa Junkyu tiba-tiba saja mendekat dan langsung menamparnya tiada ampun.

Junkyu meringis dan memegang rahangnya itu.
Bibir nya pun gemetar menahan isak tangis.
Namun, air mata Junkyu tetap jatuh.

"KENAPA MALAH MENANGIS KAU? BOCAH SIALAN?!."
Bentak Junmyeon kepada anaknya yang tai bersalah apapun itu.

Junkyu masih terdiam, meringis dan tak menjawab apapun.

"SUDAH KUBILANG, KAU TIDAK PERLU KE SEKOLAH!! HARUS BERAPA KALI AKU BILANG? HAH!!."
Bentaknya lagi.

"KAU INI SAMA SAJA SEPERTI SO EUN, KERAS KEPALA!! DASAR TIDAK BERGUNA! AISSSH, WANITA SIALAN ITU..!!"
Lanjutnya sembari mengepal kedua tangannya.

"CUKUP."
Teriak Junkyu yang masih menesteskan air matanya.

"KALO PAPA MAU MARAH, MARAH AJA SAMA JUNKYU! GAUSAH BAWA-BAWA MAMA, MAMA GAK SALAH!!."
Lanjutnya, geram.

"Aisshhh, apa kau tau perbuatan wanita itu? dasar jalang!. Karena nya, aku kehilangan kesempatan menang tender ku!."
Bentak Junmyeon sembari menunjuk ke arah tak tertentu.

"SEKALI LAGI PAPA BILANG MAMA ITU JALANG, OK FINE. JUNKYU PERGI DARI RUMAH! JUNKYU CAPEK PA, JUNKYU LELAH."
Teriaknya kembali.

"Kau mengancam aku? Cih, siapa yang akan menghidupimu tanpa aku hah?."
Ucap Junmyeon, meremehkan.

"Tak apa, biar saja aku meninggal, biar saja aku pergi, biar saja aku kembali pada tuhan. Daripada harus bersama dengan orang tidak memiliki nurani seperti papa..."
Kata Junkyu, sukses membuat Junmyeon semakin geram.

"Aisssh! Kau pandai menjawab ya!!."
Junmyeon melayangkan tangannya.

"Kenapa? kenapa berhenti? pukul! Pukul Junkyu!. Asal papa tau! walau papa pukul Junkyu sekencang, sekeras bahkan sampai Junkyu bisu pun? itu tidak akan sama seperti rasa sakit yang di alami mama, begitu juga dengan luka di hati Junkyu, yang semakin hari bertambah goresan.."

"Karena siapa? papa. Karena papa yang terlalu banyak membuat goresan itu."
Ucap Junkyu, tangisannya semakin tidak tertahan.

Junmyeon terdiam dan menatap emosi anaknya itu.

Junkyu tidak merespon apapun, ia segera menuju kamarnya di lantai 2.

***

BRUK.

Junkyu membanting pintu kamar dan melempar tas nya begitu saja ke sembarang arah.

Ia melepas almet seragamnya, dan segera membaringkan diri di kasur nya itu.

Tangisannya belum usai, ia meletakkan kepala nya di bantal dan menghadap ke samping.

Menangis sesegukkan.

Junkyu POV

"Kenapa sih? Kenapa... ini terjadi, selalu, dan selalu terulang tanpa henti. Bahkan semakin parah.."

Junkyu pasrah akan keadaannya itu.
Dalam keadaan menangis, dan waktu yang menunjukkan pukul 19.00 kst.

Langitnya terang, bulan purnama menyinari nya.
Ditemani bintang-bintang berserakkan yang indah dipandang.

Tetap saja, aku, Kim Junkyu.
Terasa hampa tiap harinya.
Bentakan papa itu menyakitkan.
Menyerang batin anaknya ini, tentu saja aku.

Tadi, papa kembali membentakku sepulang sekolah, ah tidak.
Tepatnya sepulang berteduh di ruko tadi, hujan deras lumayan lama.
Aku harus menunggu reda hingga pulang malam.

Bentakan papa disertai tamparan, saat aku baru saja melangkahkan kakiku memasuki rumah.
Menginjak lantai dan meninggalkan jejak air, karena kakiku basah.

Aku tak masalah akan hal itu.
Tapi, papa benar-benar membuatku hilang akal rasanya.
Tiba-tiba ia menyalahkan mama dan mengungkit soal masa lalu, 18 tahun yang lalu.

Jelas aku marah, sangat marah.
Aku tidak suka jika ada seseorang yang berbicara soal mama yang bukan-bukan.
Apalagi orang itu papa, hah... aku sudah tidak meragukannya.

Air mata ku belum berhenti menetes.
Membasahi pipi mulus ku.
Bahkan membasahi bantal yang ku tindih dengan kepala ku ini.

Aku ingin memejamkan mata.
Kuharap setelah aku bangun ada mama di hadapanku.
Sedang tersenyum indah dan mengusap-ngusap rambutku.

Layaknya seorang ibu yang sedang gemas dengan anaknya.
Jiwa keibuan itu dapat kurasakan.
Namun tanpa wujud yang dapat ku lihat dalam pandangan mataku.

Mama, berapa lama lagi Junkyu harus menunggu?.

Mama, Junkyu harus berapa kali lagi memohon pada tuhan, agar kita bertemu?.

Mama gak lupa sama Junkyu kan?.

Mama pasti juga mencari Junkyu kan?.

Ma, Junkyu cuman butuh mama saat ini.
Ingin mengeluh,ingin menangis, ingin teriak dalam pelukan hangatmu.
Nuranimu, keibuanmu, sosokmu, anugerah terindah yang kunantikan.

"Tuhan, segera kabulkan anugerah itu."
- Kim Junkyu.

DEAR JUNKYU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang