16.

81 9 0
                                    

Di sekolah.
Junkyu berdiri dengan bersandar di tembok.
Tiba-tiba Haruto datang dan langsung mencengkram kerah seragam Junkyu, menahannya di tembok.

Haruto tidak mengalihkan tatapan nya ke lain arah selain pada Junkyu.
Tatapannya penuh tanda tanya, emosi, dan juga geram.

"Maksud lo apa hah?! Jelasin sama gue! maksud lo apa? manggil nyokap gue dengan sebutan mama?! hah!"
Tegas Haruto.

"Harusnya gue yang nanya! kenapa lo manggil nyokap gue dengan sebutan mama!! Dia itu, wanita itu, Park So Eun, orang yang melahirkan gue!"
Balas Junkyu, menepis kasar tangan Haruto yang mencengkram kerah seragamnya.

"Dia, nyokap gue. Bukan nyokap elo!"
Tegas Haruto sambil menunjuk wajah Junkyu.

Aroma pertengkaran mulai muncul, murid-murid lain di sekitar sana memperhatikan mereka.
Tidak ada yang berani melerai sepertinya.
Sebab Junkyu dan Haruto nampak seperti Harimau yang sedang berebut mangsanya.

"DIA NYOKAP GUE!!"
Teriak Junkyu, mendorong kasar bahu Haruto.

"Heuh, maksud lo apa ngaku-ngaku kalo lo anak dari nyokap gue hah?! CAPER LO?! BASI!"

BUGH!

Teriak Haruto kemudian memukul rahang Junkyu, cukup keras.

"LO YANG CAPER! JELAS DIA NYOKAP GUE! PARK SO EUN!!"

BUGH!

Junkyu membalas pukulannya.
Haruto mendengus kasar sembari menggerakkan rahang nya perlahan, nampak kesakitan.

"APA BUKTINYA HAH? GUE KIM JUNKYU, ANAK NYA, ANAK KANDUNGNYA, DARAH DAGINGNYA!"

"HARUSNYA GUE YANG MINTA BUKTI!. LO MAU BERTINDAK APALAGI SIH? GAK PUAS LO JADI PENGGANGU GUE DI KELAS?"

"NYOLOT LO YA!?"

"LO YANG NYOLOT!"

"APA LO?!"

"APA?!"

"HEURGH!!"

BUGH.

BUGH.

BUGH.

BUGH.

BUGH.

Mereka justru saling pukul, tiada ampun, keduanya sama-sama dikuasai emosi.
Sudut bibir Junkyu sudah berdarah, sementara Haruto luka dibagian pelipisnya.

Priiiiiittttt.

Suara pluit dari pak satpam, menghentikan aksi mereka.
Haruto dan Junkyu berhenti memukul dan hanya berdiam saling menatap geram, mereka hanya mendengus berkali-kali sambil memegangi bagaian tubuh mereka yang luka, sesekali menyeka darah yang keluar.

Mereka ibarat banteng yang sedang ngos-ngosan, mendengus, menghembuskan nafas berkali-kali dan siap menyeruduk.

"heh heh heh! Kalian ini apa-apaan sih? Siapa yang suruh berantem?! Hah?! Siapa? Kalian ini sudah besar, masih kayak anak kecil saja, apaan coba berantem kayak tadi? Mau jadi jagoan?!"
Ucap pak Satpam.

"Lihat, murid lain memperhatikan kalian! kalian tidak malu? apa jadinya etika sekolah ini dengan tingkah laku kalian?! kalian bukannya sudah kelas 11? berikan contoh kepada adik kels kalian!. Sudah, jangan dilanjutkan, ikut saya ke ruang guru! AYO!"

Pak Satpam bergegas mendorong bahu kedua murid itu dan berjalan menuju ruang guru.

***

"Kalian kenapa berantem tadi?? pagi-pagi sudah bikin ulah saja! kalian itu kenapa harus berantem? Gak malu?"
Ucap seorang guru, tengah memarahi kedua murid itu.

"Dia duluan pak."
Tuduh Haruto kepada Junkyu.

"Dia duluan pak, dia yang mukul saya duluan."
Tuduh Junkyu balik.

"Apaansih lo?! Gausah fitnah!"

"Dih, lo yang fitnah! Jelas lo dateng narik-narik gue, trus mukul gue."

"Sudah-sudah! Kalian ini, dinasehati tidak kapok juga? Kalau gitu kalian bapak beri hukuman!!"

"Bersihkan toilet laki-laki dan sapu lapangan lari estafet! Sekarang!"
Tegas guru itu.

"Tapi pak---"

"Gausah ngebantah! Sudah bagus tidak bapak skors kalian! Sana!"

Junkyu tidak menolak lagi, ia pergi dari ruang guru tersebut dan menuju UKS untuk mengobati lukanya terlebih dahulu, kemudian menjalani hukuman yang diberikan.

Disusul Haruto, yang masih geram dengan kejadian tadi.
Mereka melaksanakan hukumannya.

***

DEAR JUNKYU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang