Keesokan harinya..
"Tumben sepi, padahal udah jam......." ucap Haruto terjeda, ia melihat ke arah jam di ponselnya.
"Jam 07.55, bentar lagi bel masuk"
Lanjutnya."Nah, itu Junkyu, eh Jun----- aaarghh"
Panggilnya terputus.
Tiba-tiba saja ia mengeluh sakit dan memegang dada sebelah kiri nya."Aaaarghh... k -kenapa harus sekarang... aaargg..."
Haruto menggerang kesakitan, ia buru-buru berlari ke arah toilet, agar tidak ada yang melihatnya."Heung? Kayak ada yang manggil tadi? siapa ya?"
Ucap Junkyu sambil celingak-celinguk."Ah bodolah, paling setan iseng, dudududududu"
Junkyu melanjutkam langkahnya."Haaah... haaahh..."
Haruto menghela nafas lelah usai berlari dan tiba di toilet."Aaaargh... kenapa masih sakit....aaaaargh...."
Haruto masih memegangi dada sebelah kirinya yang terasa sakit itu, ia berdiri di depan wastafel yang juga tersedia cermin.Setelah itu, ia mengeluarkan sesuatu dari saku celana nya.
Berupa, botol kecil yang berisi obat berjenis pil.
Haruto memakan sebutir pil tersebut."Haaahh... syukurlah, sudah lebih baik sekarang..."
Syukurnya, ia melihat ke arah cermin."Hm, ada apa denganku akhir-akhir ini?"
Gumamnya."Kenapa rasa sakit ini lebih sering terjadi, bahkan dalam selisih waktu yang singkat, biasanya tidak."
Keluhnya."Apalagi, sakitnya semakin sulit ditahan lama, kalo aja tadi gue ga minum obat pereda rasa sakit, mungkin udah ga kuat gue."
Lanjutnya."Hampir aja gue ketahuan Junkyu, untung dia belom sempet nengok, semoga aja dia ga liat gue."
Harap nya."Apa gue semakin parah? hm, gak mungkin, gue pasti masih ada kesempatan banyak, hm, iyakan?"
"Izinkan aku, tuhan.."
***
"Gimana dok? saya akan baik-baik aja kan?"
Tanya Haruto kepada seorang dokter."Hasil pemeriksaan, kondisi jantung anda semakin melemah, kalau boleh saya sarankan, anda melakukan operasi pemasangan ring, itu mungkin pilihan yang terbaik untuk saat ini.."
Ucap dokter itu."Pemasangan ring dok?"
"Iya, karena hasil cek tadi, jantung kamu saat sini, kondisinya cukup lemah, apa akhir-akhir ini kamu ada keluhan?"
Tanya dokter itu."Iya dok, sering terasa sakit tiba-tiba, nyeri, dan biasanya setelah saya minum obat pereda nya, langsung lebih baik, namun, belakangan ini sulit untuk saya kendalikan dok."
Jawab Haruto."Berapa lama kira-kira?"
"Belum lamanya, sekitar seminggu terakhir."
"Hm, kamu harus putuskan secepatnya, supaya segera di tangani, apa kamu tidak akan bilang soal ini kepada orangtua mu saja?"
"Tidak, jangan katakan apapun pada mereka, saya gamau mereka cemas, saya bisa mengurus ini sendiri."
"Tapi nak---"
"Dok, saya mohon.. jangan bilang apapun tentang penyakit saya, lagipula jika tuhan mengambil saya, saya sudah ihklas."
"Saya permisi"
Haruto beranjak dari kursi dan pergi.
***
"Hmmm....."
"Mungkinkah? hari ini? atau sebentar lagi, tuhan mengambilku?"
"Kumohon, tunda lagi, biarkan aku menebus keegoisanku, aku mohon.."
"Jangan.. jangan sekarang, aku ingin melihat dunia ini lagi esok, lusa, dan sampai aku melihat kakak dan adik ku bahagia, walaupun aku pergi nanti.."
"Kumohon..."
Haruto berjalan sendirian di malam hari, ditengah keramaian kota.
Ia hanya bergumam dan memikirkan hal-hal itu di benaknya, sepanjang jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR JUNKYU [END]
Fanfiction❝ Ajari aku apapun, asal jangan tentang bagaimana aku harus tanpamu.❞