27.

67 9 0
                                    

Saran music :

Mungkin cocok untuk part ini.

***

Haruto meminta Junkyu untuk mengambilkan sebuah kertas di laci samping ranjangnya itu.

"Jun, boleh tolong ambilin kertas yang di laci gak?"
Ucap Haruto.

"Kertas?"
Junkyu mengobrak-ngabrik laci nya dan menemukan 2 kertas yang dilipat rapih.

"Ini?"
Junkyu menyerahkan kertas itu.

"Hm, thanks."
Haruto membuka kertas nya satu persatu kemudian melipatnya lagi.

"Ini untuk lo, dan ini untuk lo."
Haruto menyerahkan masing-masing kertas itu kepada Junkyu dan juga Hana.

"Apanih?"

"Itu surat.."

Junkyu mencoba membukanya, namun terhenti.

"Eits, jangan dibaca sekarang."

"Trus kapan?"

"Nanti, kalo semisalnya gue pergi, baru deh lo baca surat itu."

"Lo ngomong apaansih? jangan gitu lah! LO PASTI SEMBUH KOK!"
Tegas Junkyu.

"Iya ih! Kak Ruto gak boleh ngomong gitu!"

"Hm, udah, kalian simpen aja suratnya, inget, jangan dibaca sekarang ya."

"Huh, iya-iya"

Junkyu memasukkan kertas itu ke saku baju nya, begitu juga Hana.

"Hiks, Lo gak akan ninggalin gue kan? dan yang lainnya?"
Ucap Junkyu denga raut wajah sedih.

"Heuh, gue gak bisa jawab soal itu, menurut gue itu keputusan tuhan, tentang gue harus pergi dalam waktu dekat,atau memberi gue waktu yang lebih panjang lagi."
Ucap Haruto.

"Tapi gue gak mau kehilangan lo, udah cukup papa Junmyeon pergi ninggalin gue, masa lo mau nyusul?!"
Ucap Junkyu, lelaki itu mulai meneteskan air matanya.

"Loh, siapa yang mau nyusul bokap lo itu? ogah banget gue, udahlah gausah dibahas soal itu, justru cuman bikin lo sedih nangis terus, ayolah, masa nangis terus? bangkit dong!"
Bujuk Haruto.

"Hiks, kenapa pula harus ada di fase sulit terus menerus? gimana gue gak nangis? lo gak tau rasanya jadi gue, jadi Kim Junkyu."

"Yang bertahun-tahun lamanya, hidup dengan penuhnya kisah luka dan air mata, goresan dihati, memori menyayat hati."
Ucap Junkyu.

"Gak semuanya penuh luka dan air mata, coba lo pikir, sekarang lo udah merasa bahagia atau belum? kehadiran Hana? belum cukup untuk bikin hari-hari lo di lembaran baru akan bahagia?"

"Jangan karena memori yang lalu, yang pasang surut akan perlakuan negatif, bikin lo jadi lembek kayak gini."

"Lo boleh nangis jun, lo boleh jatuh dan terpuruk, lo boleh ngerasa kalo  diri lo gagal, lo boleh sedih, lo boleh marah, kecewa?, tapi satu hal yang nggak boleh apalagi sampai lo lakuin."

"Menyerah. Jangan masukin kata itu dalam kamus lo, lo harus bangkit dari semua memori masa lalu, lo bisa buka lembaran baru. Mulai semuanya dari awal, dan bangun memori masa kini."
Ucap Haruto.
Suasana semakin larut dalam kesedihan, menyangka atau tidak? seorang Haruto yang dikenal dingin dan cuek, ternyata memiliki peduli yang begitu besar.

"Srrttt.."

Haruto sukses membuat orang di sekitar banjir air mata di pipinya.
Begitu juga dengan Haruto sendiri.

"Entah kapan, tidak ada yang dapat menebaknya, kejutan dari tuhan yang akan datang."
Ucap Haruto.

***

Haruto POV

"Mungkin hari ini,esok, atau nanti? atau juga lusa?"

"Mungkin saja tuhan akan mengambilku dalam waktu dekat, baik itu hitungan detik,menit,hari, atau hembusan nafasku."

"Apakah aku akan mendapatkan kesempatan lagi? seperti waktu yang lebih panjang? aku belum puas membuat kenangan dengan seluruh keluargaku."

"Sejujurnya, aku tidak tega melihat Junkyu, aku dapat merasakan kebaikan hatinya, ketulusannya. Dia benar-benar tidak ingin aku pergi, namun kembali pada takdir, sebagai mahkluknya aku hanya bisa berpasrah diri."

"Apapun yang telah direncanakan tuhan, itulah yang terbaik.
Sebaliknya, jika terus saja ditentang, maka mahkluk itu telah menyia-nyiakan nikmat yang di anugerahkan."

- Haruto Watanabe.

DEAR JUNKYU [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang