Arabella Part 4

6K 386 0
                                    

Tiga minggu setelah pemakaman jasad Ara dengan sikembar bernama Adella telah berlalu.

Seorang gadis dengan wajah manis masih betah dengan tidur panjangnya yang membuat orang-orang disekitar menunggu dengan begitu sabar. Kemudian, seorang laki-laki paruh baya masih merengkuh istrinya yang kembali terisak ketika menatap wajah gadis di brankar.

"Mas kapan Ara bangun mas?...hikss" tanya seorang wanita bernama Zifa sambil menatap suaminya dengan tatapan yang menyedihkan. Bisa dilihat dari kantung matanya yang berwarna hitam, matanya berair, hidung merah, dan air mata yang sebentar lagi mengering.

"Sabar sayang, kita hanya bisa berdoa supaya Ara cepat bangun" sang suami ikut menatap gadis yang sedang berbaring di brankar sendu, Azlan.

"Tapi kapan mas? Kapan Ara bangun? Dia udah tiga minggu ngga sadar-sadar..." ucap Zifa dengan suara putus asa.

"...ini semua salah ku, iya kan mas? IYA KAN?? AKU TIDAK PANTAS DISEBUT IBU. Aku tidak pantas mas" lanjut perempuan itu diakhiri dengan nada lirih.

"sssttt... kamu sangat pantas menjadi ibu sayang, kita cuma lalai menjaga Ara sama Adel. Oleh karena itu setelah Ara sembuh kita perbaiki diri supaya lebih pantas untuk menjaga Ara dan menghindari kejadian seperti ini lagi" jelas Azlan menenangkan sang istri.

Kemudian Azlan beralih menatap anak sulungnya yang menatap brankar dengan pandangan kosong dan sesekali menitihkan air matanya.

Mereka berdua adalah orang tua si kembar Arabella dan Adella. Dari kecelakaan tiga minggu lalu, yang selamat adalah si gadis bisu yang terus menerus mengucapkan kata 'mati' saat ketiga gadis hampir kehilangan kesadaran.

Sedangkan pemuda yang menatap kosong brankar di depan bernama Sean Pradipta. Pemuda yang memiliki status sebagai mahasiswa di salah satu Universitas Jakarta terbaik, dan menjadi incaran para gadis seusianya. Dia sudah kehilangan adik pertamanya, dan dia bertekad akan lebih over untuk menjaga adik yang terakhir supaya tidak melakukan tindakan bodoh seperti waktu lalu hingga membuat adik yang satunya meninggal.

Sean meneliti brankar yang ditempati adik bungsunya. Tapi tunggu.... Dia tidak salah melihat kan, kalau jari-jari Arabella bergerak. Langsung saja dia mendekati brankar dan menekan tombol nurse call yang ada di atasnya membuat Zifa juga Azlan mendekat.

"Ada apa bang?" tanya Azlan bingung.

"Tadi abang liat jari Ara bergerak pi" dengan wajah gembira Sean menatap orang tuanya.

"Waaah beneran? Pi, Ara sadar pi" ucap Zifa dengan mata yang terus memperhatikan wajah Ara. Hingga dokter tiba dan disaat itu juga Arabella membuka mata sepenuhnya.

"Eungh.."

"Tolong mundur berikan saya ruang untuk memeriksa pasien" ucap Dr. Adi yang dibelakangnya terdapat dua perawat. Ya sekarang yang merawat Ara adalah Dr. Adi, seseorang yang ditolong Serena Arabella hingga menjadi dokter profesional seperti sekarang.

"Hallo Ara kamu dengar suara saya kan? Kalau bisa anggukan kepala kamu" mendengar instruksi itu, Ara mengangguk pelan sambil memandang wajah Dr. Adi

"Bang Adit" semua orang tersentak termasuk Dr. Adi. Keluarga Ara kaget karena akhirnya Ara bisa berbicara, sedangkan Dr. Adi tersentak karena panggilan Adit hanya untuk orang-orang yang benar-benar dekat dengannya.

"Kenapa kamu panggil saya Adit? Tunggu, kamu bisa bicara? Coba ulangi" mata Dr. Adi yang tadinya redup kini sedikit memiliki binar harapan.

"Aku Serena Arabella" ucapnya pelan sembari menatap Dr. Adi

"..." yang lainnya masih terdiam di tempat.

"Tapi yang kamu maksud sudah tiada. Dia meninggal bersamaan dengan meninggalnya kembaranmu" ucap Adi lirih dengan tatapan redupnya.

"Aku bakal jelasin. Bisa nggak tolong telfonin bang Vian, Mommy, sama Daddy buat Ara" pintanya yang langsung dilaksanakan oleh Dr. Adi. Entah kenapa Dr. Adi memiliki sebuah harapan tersendiri dalam hatinya.

Keluarga Ara mendekat ke arah brankar kemudian mereka memeluk Ara dengan lembut satu persatu.

"Kamu bikin kita khawatir. Jangan kayak gitu lagi ya..." ucap Zifa yang diangguki pelan oleh Ara. Mereka sengaja tidak mengungkit tentang kematian Adella karena tidak mau membuat Ara merasa bersalah.

"Kamu bisa bicara sayang..." kata Zifa dengan haru. Sean dan Azlan juga sangat terharu sampai tidak sadari menitihkan air matanya.

"Maaf" satu kata keluar dari mulut Ara membuat mereka tersenyum bahagia hingga melupakan sedikit kesedihannya.

"Abang mau tanya, kenapa kamu bilang kalo kamu Serena Arabella? Padahal nama kamu kan Arabella Calvita" akhirnya Sean mengeluarkan pertanyaan yang sedari tadi mengganjal pikirannya.

Ara tersenyum. "Nanti setelah orang yang ditelfon dokter Adi dateng, kalian juga bakal tau. Tapi aku minta kalian jangan marah" ucapnya membuat perasaan mereka bertiga sedikit tidak enak.

Sekitar setengah jam mereka menunggu, akhirnya Dr. Adi muncul bersama ketiga orang yang tadi Ara maksud.

"Maaf, ada apa?" tanya Vian dingin. Semenjak adiknya meninggal, dia bersikap sangat dingin dan dia sekarang memilih menyibukkan diri untuk melupakan kesedihannya. Namun kini dirinya diminta untuk datang ke rumah sakit entah untuk apa.

"Bang Vian nggak kangen Ara? Padahal Ara udah berjuang buat tetep hidup biar kita bisa ke korea bareng" ketiga orang yang di bawa Adi diam mematung.

"Gue nggak kenal sama lo" ketus Vian tidak peduli. Ara menampakkan mata yang berkaca-kaca, dia sedih melihat Vian berubah.

"Tapi Ara kenal. Abang selalu panggil aku Ara kecil padahal aku udah besar sampe akhirnya Ara ngembek dan nggak mau ngomong sama abang kalo abang masih manggil aku Ara kecil hiks.. Te-terus kalo nggak percaya aku masih inget sebelum kecelakaan, aku pernah ngumpetin bokser upin ipin punya abang. Pasti abang belum ketemu kan? Ya iyalah Abang kan tau kalo Ara jago ngumpetin sesuatu apalagi ngumpet. Coba abang cari deh di samping sepatu yang Ara kasih buat abang" cerocos Ara dengan mata berkaca-kaca. Mengesampingkan rasa malunya, Vian mendekat kemudian memeluk Ara dan menumpahkan tangisannya.

Yenny dan Nando terlihat masih mematung. Mereka memang tau kalau Vian itu maniak upin ipin, tapi yang mengetahui ini hanya empat orang yaitu Vian, Yenny, Nando, dan Ara. Setelah tersadar dari rasa terkejutnya, mereka mendekat kemudian memeluknya sayang.

"Kamu Ara kacil kami? Tapi kenapa kamu berada di tubuh anak ini sayang?" tanya Nando yang sudah melepaskan Ara.

Ara mulai menceritakan kejadian yang dia alami.

Arabella Secon Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang