Besok harinya....
"Mi, Bella ada hape nggak?" Zifa mengalihkan pandangannya pada Ara. Dia mengangguk kecil.
Kini Ara sudah tidak memakai kursi rodanya lagi, tentu saja diliputi dengan perdebatan ringan karena sifat keras kepalanya.
"Ada kok, kalo kamu mau yang baru nanti mami bilang sama papi" Zifa memberikan tawarannya.
"Nggak usah. Ara pake hapenya Bella atau Della aja deh mi" tolak Ara halus
"Bentar ya.. Mami ambilkan" setelah Ara mengiyakannya, Zifa berjalan menuju kamarnya dan mengambil ke dua ponsel milik kedua anak perempuannya.
Zifa kembali ke kamar Bella yang sekarang ditempati oleh Ara. Dia berjalan menuju kasur dan duduk di samping anaknya yang sedang mengotak atik laptop.
"Ini sayang, mami kasih dua duanya barangkali kamu butuh semua" Ara menerima ponsel itu dengan senang hati.
"Makasih mami"
Cup'
Ara mencium pipi Zifa membuat wanita paruh baya itu mematung. Sepersekian detik kemudian dia tersenyum senang.
"Yaudah mami keluar ya" sebelum keluar, Zifa memberikan kecupan singkat di kepalanya.
Cup'
Sekarang giliran Ara yang mematung. Selama dia di keluarga kandungnya dia tidak mendapat kecupan atau elusan lembut lagi, semuanya lenyap.
Ara mulai membuka ponsel Della. Dia sudah mengetahui sandi dan pola dari kedua ponsel ini berkat Bella dan Della.
Ara mulai menambahkan email miliknya yang ada pada ponselnya dulu. Dia juga melihat tugas apa saja yang belum dikerjakan karena dia berniat akan bersekolah besok.
Ara berhenti untuk sejenak, ah dia teringat perkataan Bella yang bilang bahwa dia akan dijodohkan. Sebenarnya buka dijodohkan lebih mengarah ada yang ingin mempersunting Ara.
Biarkanlah, Ara akan mengurusnya ketika semua sudah berkumpul....
Ara kembali memilih data-data yang penting termasuk pelajaran lalu mengumpulkannya di ponsel Della, sedangkan ponsel milik Bella dia gunakan untuk WhatsApp, Instagram, viu, dll.
***
Makan malam hari ini dan sebelumnya selalu hening, tidak ada pembicaraan saat makan karna itu peraturannya.Terlihat Ara yang makan dengan lahap membuat yang lain tersenyum tipis dalam diam.
Mereka baru memulai pembicaraan ketika berada di ruang keluarga.
"Mi, pi, Bella bilang dia mau di jodohin" ketiga orang yang ada di sana mengalihkan pandangannya pada Ara.
"Bukan mau jodohin tapi ada yang pingin nikahin dia" Ara menyengir polos ketika kata-katanya diralat.
"Ohh, terus gimana? Diterima gak?" tanya Ara kepo. Azlan dan Zifa mengulas senyum manis.
"Itu semua terserah kamu. Kita semua nerima keputusan kamu, kamu bisa nolak ataupun terima dia"
"Tapi kan kalo ditolak nanti orang tua dia hancurin perusahaan papi gimana?" Ara ingat sekali, Bella bilang bahwa orang tua dari calon suaminya itu mengancam akan menghancurkan perusahaan keluarganya jika menolak. Dia tidak mau sampai itu terjadi.
"Itu nggak masalah sayang, selama kamu hidup nyaman kita akan selalu memberikan apapun semampu kami" Zifa menatap Ara sayang.
"Boleh nanti ketemu sama orang itu nggak?" tanya Ara hati-hati
"Memangnya ada yang ingin kamu sampaikan?" Ara mengangguk tegas
"Ya. Ara mau bilang Ara mau menerimanya. Masih SMA kan?" Azlan, dan Zifa balas mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Secon Life
Roman pour AdolescentsBRAK Kecelakaan itu tidak dapat Ara hindari. Orang-orang yang melihat kecelakaan langsung memanggil ambulance dan polisi untuk mengamankan lokasi kecelakaan supaya jalanan tidak macet. Ara hanya bisa berujar lirih dalam hati tanpa meminta pertolonga...