Perjalanan menuju Alexander hospital terasa begitu lama. Setelah menenangkan diri, Gibran dengan keluarganya langsung pergi menuju tempat dokter Jena Apuspita bekerja untuk meminta keaslian hasil DNA.Sekitar limabelas menit berkendara, sampailah mereka di rumah sakit. Mereka berlari menuju resepsionis menanyakan keberadaan dokter Jena Apuspita, tapi jawaban resepsionis membuat mereka kecewa.
"Maaf pak, tapi dokter Jena belum kembali ke rumah sakit. Satu jam lalu dia pergi karena ada urusan mendadak"
"Gitu ya... Yasudah, kalau begitu kami pamit. Terimakasih sebelumnya" pamit Gibran mewakili keluarganya.
"Baik, sama-sama pak" balas resepsionis sambil tersenyum.
Mereka berjalan hendak keluar dari bangunan rumah sakit. Namun sepertinya keberuntungan berpihak kepada mereka, di sana terlihat dokter Jena yang baru saja kembali dari urusannya.
"Dokter Jena!" panggil Rafa yang pertama melihatnya.
Dokter Jena menoleh sembari melemparkan senyuman, wanita yang memiliki usia yang sama dengan Nina-ibu Darius menghampiri mereka.
"Ada yang bisa saya bantu?"
"Dokter, saya mau cek keaslian surat hasil DNA" ucap Gibran.
"Baik, kalian bisa ikut ke ruangan saya. Mari.." ajaknya, setelah itu dokter Jena berjalan memimpin.
Dinsa melihat Gibran yang sedang melamun, langsung saja dia memegang lengan suaminya hingga membuat Gibran tersadar.
"AYO mas"
Keempat orang itu menyusul dokter Jena di belakangnya. Sesampainya di sebuah pintu, mereka masih mengikuti dokter Jena memasuki ruangan.
Dokter Jena mempersilahkan duduk, namun karena hanya tersedia dua bangku, akhirnya Reynald dan Rafael memilih berdiri di belakang orang tuanya.
"Mana hasil DNA nya, pak?" tanya dokter Jena meminta.
"Ini dok. Kalau boleh kami tau, siapa orang yang sudah membuat tes DNA atas nama adik saya itu?" tanya Gibran dengan rasa penasaran yang tinggi.
"Pertanyaan bapak tidak bisa saya jawab secara lugas. Saya hanya memberi sedikit bocoran, beliau adalah orang yang sangat perpengaruh di dunia" jawab dokter Jena berusaha untuk menenangkan nada bicaranya.
"Ini memang asli, saya sendiri yang menanganinya" ucap dokter Jena sembari menyodorkan kembali surat tersebut.
"Apa dokter tidak bisa memberi tau siapa namanya? Atau alasannya melakukan ini semua? Apa dia ada hubungan dengan keluarga saya sampai melakukan hal ini?" tanya Gibran beruntun.
"Mohon maaf pak, tidak bisa. Silahkan keluar"
Akhirnya, dengan sangat berat hati mereka keluar dari ruangan dokter Jena. Mereka tidak ingin membuat masalah dengan dokter pribadi keluarga Alexander.
Di luar, Gibran melampiaskan emosinya dengan menendang-nendang udara. Tidak lupa tangannya terkepal erat.
"Argghhh... Sial! Siapa dia?" rutuknya merasa frustasi.
"Tenang mas, kita cari tau itu nanti. Yang terpenting kita harus membalas perbuatan Juna dan keluarganya" ucap Dinsa berusaha menenangkan suaminya.
Gibran terdiam, dia memandang lekat wajah cantik istrinya. Tangan kekar miliknya digunakan untuk memegang bahu Dinsa.
"Sayang... Apa kita bisa bertemu Rena lagi?"
Dinsa terdiam, begitu pula si kembar. Rafa terlihat menunduk menahan kesedihannya sedangkan Rey menatap wajah menyesal ayahnya dengan pandangan miris.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Secon Life
Teen FictionBRAK Kecelakaan itu tidak dapat Ara hindari. Orang-orang yang melihat kecelakaan langsung memanggil ambulance dan polisi untuk mengamankan lokasi kecelakaan supaya jalanan tidak macet. Ara hanya bisa berujar lirih dalam hati tanpa meminta pertolonga...