Ingin sekali Darius menenggelamkan wajahnya di rawa-rawa. Jadi, saat dia dan Ara melakukan 'itu' disaksikan oleh kedua alter ego Ara? Atau bahkan dia melakukannya dengan mereka bertiga? Astaga.. Darius berfikir bagaimana cara menyembunyikan wajahnya ini, dia sangat malu..
"I-ini.."
"Apa keputusan kamu setelah ini. Apa kamu mau ninggalin aku karna aku bukan Ara yang kamu cintai?" tanya Ara dengan tatapan sendu.
"Kenapa kamu ngomong gitu.." seloroh Darius tidak habis pikir.
"Aku.. Juga mau cerita sesuatu. Dan mungkin habis ini kamu bakal benci sama aku" Memikirkan kembali ucapannya, mungkin ini waktu yang tepat untuk mengungkapkan semua yang dia tutupi. Sebelum memulai, Darius mempersiapkan hati dan mentalnya untuk menjelaskan.
Di dalam kepalanya, dia memiliki banyak pertanyaan yang mengarah pada kekhawatiran.
Bagaimana kalau Ara membenciku..
Apa setelah ini, Ara akan menjauhiku..
Bagaimana kalau Ara meminta berpisah..
'Tidak, tidak, itu tidak mungkin. Setelah semua yang aku dan Ara lakukan, sampai kami yang dulunya ini masih terlalu labil dan kekanakan menjadi saling mengerti dan memahami. Tidak mungkin Ara minta berpisah, bukan?' batinnya bersitegang.
Sesaat kemudian, Darius tersadar kalau dia terlalu lama diam hingga membuat Ara terus memanggilnya karena khawatir terjadi sesuatu pada Darius. Dia pun memulai penjelasannya. Memilih kata supaya Ara tidak salah mengartikan.
"Sewaktu orang suruhanku bilang kamu kecelakaan, aku sempet nggak percaya. Tapi.. setelah aku liat korban kecelakaan secara diam-diam aku jelas kaget. Dan karena kebetulan keluarga aku ada di rumah sakit buat jenguk temennya Mommy, aku minta Kiara buat gunain mesin penemuannya yang bisa narik jiwa orang yang meninggal dan di masukin lagi. Kalau secara kasarnya, kamu kelinci percobaan dari alat penemuan Kiara.."
Mendengar penjelasan itu, otak Ara berfikir keras. Mulai dari kejadian yang menurutnya tidak mungkin dapat terjadi. Bagaimana bisa ternyata ada hal-hal yang di luar nalar manusia dapat diciptakan oleh manusia sendiri.
"Dan setelah semuanya berhasil, kami sekeluarga juga nunggu kamu sadar buat memastikan keberhasilan alat itu. Disana aku nemuin fakta kalo jiwa yang sekarang bukan lagi jiwa yang dulu menempati tubuh Ara. Jujur aku sedih, tapi yang ada di fikiran aku setelah kecelakaan itu aku pengen miliki kamu seutuhnya. Seyakin itu aku sama kamu. Karena setelah liat kamu koma, aku bermimpi kalau aku dipertemukan tiga perempuan cantik di tempat yang sangat indah. Di situ mereka ngulurin tangan buat aku, dua dari mereka mukanya kaya Ara sama Adel, sedangkan satunya memang agak asing tapi yang aku tau muka dia mirip seperti adik angkatnya Vian. Dan keinginan buat miliki kamu, dan menjadi kebahagiaan kamu semakin menjadi"
"Aku nggak tau itu cinta atau obsesi. Maafin aku" ucap Darius mengakhiri penjelasannya yang panjang.
"Jadi selama ini kamu tau kalau aku bukan Arabella Calvita? Ak-aku bingung mau nanggepin gimana.." kerutan di dahinya terlihat jelas ketika Ara mengernyit.
"Ini terlalu nggak masuk akal buat aku" lanjutnya kemudian hanya ada keheningan diantara mereka.
-Arabella Second Life-
Hari senin di AHS, sekolah baru saja membubarkan upacara untuk terakhir kalinya sebelum liburan. Beberapa siswa-siswi perwakilan kelas membawa bingkisan hadiah dari lomba yang dimenangkan. Harusnya semua murid sudah boleh pulang ke rumah masing-masing, namun karena ini adalah hari terakhir mereka di AHS, jadi mereka menghabiskan waktu di kantin.
Seperti halnya siswa lain, rombongan Darius dan Ara sedang berbincang mengenai rencana liburan mereka sembari makan. Kamudian Kiara dan Ara izin untuk ke toilet. Tentang semalam, mereka tidak membahas lebih dari itu.
Beberapa menit setelah kepergian keduanya mereka kedatangan tiga orang yang sangat mereka kenali, Erika, Vita, dan Ava.
"Hallo guyss, boleh gabung nggak?"
Mereka saling pandang, pasalnya di meja mereka sudah pas jika di tambah Kiara dan Ara. Tapi kedua perempuan itu sedang ke toilet sehingga terlihat masih ada yang kosong. Dan itu dimanfaatkan oleh Erika.
"Udah penuh btw" celetuk Manda. Erika menatap tajam Manda hingga membuatnya mengumpati si mulut yang asal ceplas ceplos.
"Masih ada dua kok yang kosong" kata Erika lagi, kali ini dengan senyuman yang menurutnya manis namun tidak untuk yang melihat.
"Itu buat Kia sama Ara, mereka lagi ke toilet" balas Dini sensi.
"Oh, yaudah gue pinjem dulu sebentar. Lagian mereka juga nggak ada sii" ucap Erika, kemudian dengan santainya dia duduk di kursi Kiara sebelumnya.
"Hai Aldo ganteng banget si?" tangan Erika dengan usil menyolek lengan Aldo. Ketika merasa tidak digubris, Erika kembali berulah dengan mengusap-usap lengannya.
"Jangan cuek-cuek dong. Masa cewek cantik gini kamu cuekin?"
"Al.." rajuknya dengan nada yang dimanja.
"Lepas!" Aldo menepis tangan Erika yang setia menempel pada lengannya hingga tangan itu terantuk pelan ke tangan Dini. Dini langsung merespon menggosok-gosok tangannya dengan ekspresi jijik yang kentara.
"Minggir" suara datar Kiara mengalun lembut ditengah ketegangan.
"Wahh, dateng juga cewek sok cantik" kata Erika sembari tersenyum miring. Kiara menaikkan sebelah alisnya merasa tertarik, namun hal itu malah membuat Aldo semakin terpesona.
Ara langsung di tarik minggir oleh Darius. Kini mereka tidak ada yang duduk, keduabelas orang tersebut berdiri ketika merasa suasana bertambah tegang.
"Gue bilang Minggir""Siapa lo, blagu banget jadi bocah! Lo nggak tau yaa.. Gue itu calon pacarnya Aldo" ucapnya dengan sangat percaya diri. Aldo merasakan bulu kuduknya meremang, ini lebih menyeramkan jika dibandingkan melihat sempaknya mimi peri secara live.
"Baru calon, kan? Kenalin, gue Kiara tunangannya Aldo" balas Kiara sembari tersenyum miring.
"W-what? Tunangan?!" teriakan Erika begitu menggelegar sehingga penghuni kantin semakin banyak yang menonton.
"Cewek miskin dan udik kayak lo, tunangan dia?" ucapnya tidak percaya. Mereka yang mendengar pun memberikan respon yang berbeda-beda.
"Kenapa lo berfikir kalo gue miskin dan udik?" tanya Kiara.
"Well, di sekolah ini cuman lo doang yang asal-usulnya nggak jelas. Nggak punya orang tua, alamatnya juga banyak, pasti lo gelandangan kan? Bahkan dari penampilan lo aja udah keliatan kalo lo itu cuman orang udik.."
"..beda sama gue yang fashionable, pinter, berbakat, kaya raya. Kurang apa lagi gue? So, lo tetep nggak mau sama gue?"
"Gue akui, lo terlalu pintar menilai orang lain, tapi sayang lo terlalu bodoh menilai diri lo sendiri" kata Kiara yang jelas menusuk hati.
"Tapi gue suka.. Lebih baik musuh yang jujur daripada teman palsu" ucapan Kiara jelas membuat Ava dan Vita melotot tidak terima, merasa kalau Kiara sedang menyindirnya.
Vita berjalan maju sampai kini tepat berada di depan muka Kiara. Tangannya terangkat untuk memberikan tamparan. Entah kenapa Vita ingin sekali menampar muka Kiara yang menurutnya sok itu.
"Berani banget lo-.." ketika tangan Vita hampir mengenai pipi mulus dengan perawatan puluhan juta milik Kiara, sebuah tangan kekar yang sedari tadi terdiam akhirnya bertindak.
"Berani banget lo mau nampar adik gue"
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella Secon Life
Teen FictionBRAK Kecelakaan itu tidak dapat Ara hindari. Orang-orang yang melihat kecelakaan langsung memanggil ambulance dan polisi untuk mengamankan lokasi kecelakaan supaya jalanan tidak macet. Ara hanya bisa berujar lirih dalam hati tanpa meminta pertolonga...