Arabella Part 18

1.2K 94 7
                                    


Di depan pintu kamar Kiara, Ara merasakan aura aneh yang membuatnya merinding. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri untuk memastikan tidak ada siapapun selain dirinya.

Ara mulai mengetuk pintu. Kamar di mansion Alexander memang kedap suara, sistemnya orang di luar kamar tidak akan mendengar suara yang ada di dalam sedangkan dari dalam dapat mendengar suara dari luar.

"Kiara, ini aku"

Tak beberapa lama pintu terbuka memperlihatkan Kiara dengan raut wajah yang kusut. Namun Kiara langsung berjalan menuju balkon meninggalkan Ara tanpa menutup pintu.

Ketika memasuki kamar Kiara, Ara dapat merasakan hawa yang membuat bulu kuduknya meremang. Aura di sini bahkan lebih pekat dari yang Ara rasakan di luar pintu.

Sampai di balkon, Ara duduk di kursi samping Kiara dan mulai melakukan aksi membujuknya.

***
"Lakukan apa yang aku perintahkan. Jangan sampai meninggalkan jejak sekecil apapun!" kata sosok laki-laki yang duduk di kursi kebesarannya.

"Baik king" jawab para bawahan yang telah diberi tugas.

"Sayang, aku pastikan kamu senang dengan hiburan yang akan aku tunjukkan" gumannya merasa tidak sabar.

Orang itu adalah Aldo Setrian Gilbert, Aldo berniat memberikan hiburan untuk kekasih hati sekaligus tunangannya, Kiara. Meskipun pangkatnya hanyalah wakil dalam organisasi, namun semua anggota pun tau bahwa Aldo merupakan orang yang berkuasa kedua setelah Kiara.

Sedangkan di sebuah rumah mewah yang dihuni oleh keluarga kandung Ara atau Rena.

"Siapa sih, kok nggak ada orangnya?" tanya Dinsa ketika membuka pintu rumah.

Tadi dia mendengar dengan jelas jika bell rumah berbunyi, tetapi setelah pintu di buka tidak ada orang sama sekali.

Pandangan Dinsa mengarah ke bawah dimana terdapat sebuah amplop coklat polos. Wanita itu mengambilnya dan menutup pintu. Kakinya dia langkahkan masuk ke dalam rumah.

Terus berjalan sampai menuju ruang keluarga, dimana tempat untuk keluarga kecilnya bersantai bersama. Di rumah yang mewah itu Dinsa hanya sendirian, kedua anaknya sedang nongkrong di caffe tidak jauh dari rumah, dan suaminya yang bekerja di kantor.

"Amplop apa ya? Apa punya mas Gibran?" guman Dinsa bertanya-tanya. Dia menduga amplop ini merupakan milik suaminya yang terjatuh.

Setelah duduk di sofa ruang keluarga, Dinsa memberanikan diri untuk membuka amplop tersebut.

Di dalam amplop, terdapat dua surat yang sangat Dinsa pahami. Yang pertama adalah surat hasil DNA. Namun milik siapa, Dinsa pun tidak tahu.

Namun setelah dibaca secara cermat, hatinya merasa dingin dan tangannya gemetar.

"Apa! Maya bukan adik kandung mas Gibran?" pekiknya merasa syok.

Lembaran kedua mulai dia baca, namun sebelum itu dia menarik nafas yang banyak untuk mempersiapkan hatinya pada lembaran kedua.

"... Juna merupakan rival Gibran semasa SMA. Dan motif mereka adalah menguasai harta keluarga Gibran Sanjaya" ucap Dinsa ketika membaca bait terakhir.

"YA ALLAH" pekiknya merasa seperti terjatuh dari ketinggian.

"Bagaimana bisa seperti ini? Ya Allah hamba telah berdosa ya Allah, maafkan hamba dan suami hamba. Rena... Maafin bunda sama ayah yang udah nggak percaya sama kamu Renaa" ratap Dinsa ketika mengingat perlakuannya pada sang putri.

"A-aku harus telfon mas Gibran" dengan tangan yang gemetar sembari menahan tangis, Dinsa mendial nomor suaminya.

Ketika panggilannya diangkat, Dinsa langsung berteriak hingga membuat Gibran terkejut.

"MAS"

"Ya ampun sayang.. Jangan teriak-teriak dong, nanti tenggorokan kamu sakit"

"Mas, hiks... Pulang mas"

"Sayang?! Kamu kenapa?"

"Pulang mas, pulang hiks.. hiks.."

"Oke aku pulang. Tenang ya sayang"

"Cepet mas"

"Iya, kalo gitu mas tutup telepon nya ya?"

"Iya"

'Tut

Panggilan pun dimatikan, Dinsa duduk di sofa untuk merenung sembari menunggu Gibran datang. Fikirannya hanya berisi satu nama yang merupakan anaknya, atau lebih tepatnya almarhum anaknya, Ara.

Lelehan air mata terus mengalir dari mata yang terlihat mirip seperti Ara.

Beberapa menit kemudian sebuah suara menggema penuh rasa khawatir terdengar dari arah pintu.

"Bunda... Bunda dimana?"

"Bunda..."

"Reynald, Rafa.. Bunda di sini" Dinsa berkata dengan keras menyatakan keberadaannya. Tangan kanannya terangkat untuk menghapus air mata yang tidak berhenti mengalir.

Tibalah kedua anak laki-laki yang merupakan kakak Ara di ruang keluarga. Keduanya berlutut pada Dinsa yang duduk di sofa.

"Bunda kenapa? Tadi ayah nelfon kita katanya bunda di rumah lagi nangis" tanya Rafa sembari menggenggam tangan sang ibu.

"Duduk sayang, kita tunggu ayah ya?" Kata Dinsa sembari mengisyaratkan untuk duduk di sampingnya.

"Oke bunda" balas Rumah dan Rafael mengalah.

Dari luar terdengar suara mobil milik Gibran, tidak beberapa lama kemudian suara lelaki itu terdengar sampai ke ruang keluarga.

"SAYANG"

Dinsa tidak sanggup menjawab, dia masih larut pada lamunannya. Melihat itu Rafael segera menjawab untuk mewakilkan sang bunda.

"AYAH. KITA DI SINI"

"Sayang kenapa kamu nangis?" Tanya Gibran setelah sampai di ruang keluarga. Lelaki yang menjadi ayah Ara dan kembar(R) duduk di samping Dinsa kemudian memeluknya.

Sesaat, Gibran merasa jika Dinsa berontak untuk melepaskan pelukannya. Setelah pelukan terlepas, Dinsa menyodorkan surat yang merupakan isi dari amplop tadi.

"Ini mas, tadi aku nemuin amplop di depan pintu. Sebelumnya juga bel rumah bunyi, tapi nggak ada orang sama sekali"

"Karna penasaran jadi aku baca, aku pikir ini punya kamu. Tapi disitu tertulis kalo Maya itu bukan adik kandung kamu, terbukti ada DNA nya yang dites langsung sama dokter Jena Apuspita. Dan yang lebih bikin aku syok, Juna ternyata rival kamu sewaktu SMA itu loh. Yang hampir bikin kamu kritis. Keluarga mereka juga yang fitnah Rena mas" jelas Dinsa.

Mendengar apa yang diucapkan Dinsa, kembar dan Gibran terkejut setengah mati. Mana mungkin-pikir mereka.

Segera Gibran mengambil dua helai kertas yang ada di tangan istrinya. Gibran menempatkan tangannya lebih rendah supaya kembar ikut melihatnya.

Ekspresi ketiganya menjadi jelek, hatinya terasa dingin. Jadi selama ini mereka tertipu dengan keluarga Juna?

Juna adalah rivalnya yang menghilang saat kelulusan SMA.

Maya yang bersama mereka bukanlah adik kandung Gibran.

Dan Via tentu saja bukan sepupu Rey, Rafa, dan Ara.

Lalu dimana Maya-adik Gibran yang sebenarnya?

Arabella Secon Life Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang