"Nak, apakah wanita yang menyuapi mu tadi sering mendatangi kalian?"
"Bisa dibilang, hampir setiap hari Tuan, nona tadi datang dan menyuapiku dan ibuku" Jawab anak laki-laki tersebut dengan lugu.
Kini Seokjin tersenyum. Entahlah. Memikirkan dan bahkan menanyakan hal itu saja membuat dadanya berdesir. Perlu diketahui, bahwa ini bukan pertama kalinya Seokjin jatuh cinta. Sehzade tersebut pernah memiliki kisah kasih rahasia dengan sepupunya yang bernama Sana.
Mereka menyimpannya dengan rapih, sebelum akhirnya diketahui oleh Ibundanya, Sultana Nilufer, dan kemudian Sultana tersebut membuat Sultan menikahkan Sana dengan anak dari seorang Pasha. Siapa yang dapat menolak Haseki sultana-nya Sultan Seyaze tersebut? Pun Nilufer melakukannya demi melindungi Seokjin.
Karena jika sampai hubungan rahasia mereka terungkap, mereka akan dianggap sebagai pengkhianat Dinasti. Paling ringan hukumannya adalah dicambuk dan diasingkan. Sedangkan paling berat ialah dipenggal. Memang sekejam itu, namun itulah peraturan turun temurun pada masanya. Dilarang keras menikahi sesama pemilik darah Dinasti Savatan karena akan dianggap menikahi saudara sendiri.
Semenjak masa lalu itu terlewati, Seokjin menutup hatinya dari apa yang orang namakan cinta. Bahkan Yohan sudah paham betul bahwa Seokjin akan seperti itu. Jangan ditanya, sudah banyak selir yang mencoba menggoda Seokjin, namun justru hal itu membuat ia semakin menutup diri seolah membangun benteng pertahanan yang hanya dapat ditembus oleh wanita yang ia izinkan kelak.
Tapi bak terkena sihir, tatapan wanita yang baru saja ia temui; pun ditambah fakta tentang kebaikan hati si wanita bertudung hijau, mebuat Seokjin seolah rela jika benteng yang telah ia bangun dapat diketuk pintu gerbangnya dan dengan senang hati akan dipersilahkan masuk dan menyinggahi hatinya. Atau mungkin Seokjin berpikiran terlalu jauh.
"Nah sudah sampai. Kalian bisa masuk dan memakan makanan yang kita beli di pasar tadi, itu akan cukup sampai besok pagi."
"Setelah itu, pengawalku akan mengurus semua kebutuhan kalian dan memberitahu mu Ibu, pekerjaan apa yang dapat kau lakukan. Dan kau nak, mulai lusa akan dapat bersekolah". Tutur Seokjin seraya menolah kepada Yohan untuk memberi kode bahwa selepas dari sini, Yohan harus mengutus anak buah mereka demi titah yang baru saja ia sampaikan.
"Terimakasih atas kebaikan hatimu, Sehzade Seokjin". Jawab sang Ibu buta sembari tersenyum tulus.
"bagaimana kau bisa tahu siapa aku?" Tanya Seokjin bingung.
"Jika seseorang memiliki pengawal pribadi, dan sangat perhatian serta tanggung jawab pada rakyat terlantar seperti aku dan anakku, mestilah ia pemimpin kota ini" Jeda sang ibu yang dihadiahi tatapan tulus Seokjin.
"Aku banyak mendengar tentangmu dan kecakapanmu dalam memimpin disini. Semoga Tuhan melindungimu dan selalu melimpahkan kebahagiaan. Dan kudengar kau sangat tampan, semoga kelak kedua mataku diberkati untuk melihatnya" Kini siapapun dapat melihat kedua mata Ibu tersebut berkaca-kaca.
Seokjin terharu mendengarnya. Namun bak dinding kokoh, ia sudah terbiasa dilatih agar tidak terlena dengan segala pujian. Namun doa dari ibu ini membuat hatinya tersentuh. Semoga saja diijabah oleh Yang Maha Kuasa.
-----
"Sepertinya ada yang sedang kepincut" Yohan berkata sembari terkekeh kecil. Lebih tepatnya terkekeh karena mengingat perkataannya untuk Seokjin sebelum ini, yaitu agar kelak segera ada wanita yang memasuki hidup sehzade itu, dan ternyata sangat cepat terkabul. Hidup ini sungguh lucu, pikirnya.
"Apakah kau peramal, Yohan?" heran Seokjin sambil menggelengkan kepala.
"Siapapun yang melihat kalian tadi, dapat menebaknya, bodoh"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Golden Era [Jinrene & Bangtanvelvet] ✔️
FanficHarta. Tahta. Wanita. 3 Kata yang menggambarkan kisah Seokjin bersama ke enam pengawalnya. Selamat datang di kehidupan Dinasti Savatan, tempat dimana Sultan dan Sultana memimpin generasi ini pada masanya. Tolong jangan terbutakan oleh kilauan berlia...